“Luka itu masih ada, dia terselip rapi di dalam hati.”"Allah itu sayang banget sama kita. Turun surat ke 15 ayat 49: Nabbi 'ibaadiii anniii anal-ghofuurur-rohiim. Yang artinya: Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa Akulah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang,"
"Gimana gak makin cinta sama Allah, coba. Sehari aja kita di panggil lima kali, pesannya ada seratus empat belas pesan yang rugi kalau gak kita baca. Di saat orang lain benci sama kita, Allah enggak. Di saat semua orang yang kita sayangi ninggalin kita, Allah enggak. Allah sayang sama kita,"
Pagi-pagi di awali dengan mendengar lantunan ceramah dari sang calon jodoh, siapa yang tidak semangat mengawali hari kalau begini?
Aira terus mendengarkan suara Azka di sela-sela kegiatan memasaknya.
"Adem banget denger calon jodoh ceramah kayak gini," ucap Aira dengan tingkat percaya diri yang tinggi.
Setelah semua tugasnya selesai, Aira belum berniat untuk sarapan. Gadis yang masih mengenakan baju tidur motif kucing lengkap dengan hijab berwarna hitamnya itu memilih bermain ponsel di ruang tamu keluarga seraya menyalakan televisi.
Baru saja membuka aplikasi WhatsApp, pesan dari Arcelio tanpa sengaja Aira sentuh hingga pesan tersebut menjadi telah dibaca. Ada dua foto yang isinya gaun cantik yang Arcelio kirimkan padanya dengan teks sebagai pelengkapnya.
[ Kamu mau yang mana, Zuna? Aku mau kasih hadiah buat kamu ]
Aira terdiam memandangi kedua foto yang Arcelio kirimkan dengan tatapan kosong. Apa harusnya Aira menjauhi Arcelio? Jujur saja, luka itu masih ada. Meski terselip rapi di dalam hati, Aira tidak dapat menampik bahwa perasaannya untuk Arcelio masih ada walaupun sedikit. Mungkinkah dia jauhi saja Arcelio agar kata 'sedikit' itu hilang?
[ Zuna, sekarang kamu kayak beda banget ]
[ Aku jadi ngerasa kalau aku lakuin salah ke kamu ]Aira tersadar ketika Arcelio kembali mengirim pesan padanya. Masih sama, Aira tidak membalas pesan tersebut hingga akhirnya Arcelio meneleponnya. Dan, ya, Aira pun akhirnya mengangkat panggilan itu setelah bertarung dengan pikirannya sendiri.
"Zuna, aku bener-bener minta maaf kalau aku ada salah," ucap Arcelio yang tidak nyaman dengan sikap Aira sekarang.
"Kamu aneh sejak dua hari yang lalu," ucap Arcelio lagi.
Berusaha bersikap normal, Aira pun menarik napas pelan guna menghalau rasa gugup. "Mungkin karena aku mikirin mau ikutan program koas," kilah Aira dan bodohnya Arcelio mempercayai hal itu.
"Alhamdulillah kalau emang itu yang bikin kamu berubah, aku jadi lega," ucap Arcelio.
Aira kembali diam.
"Semangat ikutin programnya, ya, calon dokter!" ujar Arcelio memberikan semangat pada Aira.
"Kamu juga," balas Aira singkat.
"Ngomong-ngomong hari ini kamu free, gak?" tanya Arcelio.
"Iya, kenapa?" Aira balik bertanya.
"Niatnya mau ngajak kamu ke panti lagi, sama Cecei sekalian," ucap Arcelio mengutarakan tujuannya.
Seharusnya Aira menolah, namun ia justru mengiyakan ajakan Arcelio tersebut seolah ingin kembali menambah luka di hatinya.
***
"Zeyo apa kabarnya? Kangen banget sama dia," Arcelio membuka percakapan ketika Aira baru masuk ke dalam mobilnya. Jika biasanya Aira duduk di sampingnya, kini Ceisya yang mengambil posisi itu sedangkan Aira duduk di jok tengah.
"Baik, tapi sekarang udah mulai keluyuran main sama kucing tetangga," ucap Aira seraya tersenyum tipis meski senyuman itu nampak sekali tidak terlalu tulus.
"Wah, hati-hati, Zuna. Takutnya nanti Zeyo malah zina sama meong yang lain," kekeh Arcelio kemudian mulai menyalakan lagi mobilnya. Aira dan Ceisya kompak tertawa kecil mendengar penuturan Arcelio itu.
"Nanti mampir dulu ke super market, aku belum bawa apa-apa buat anak-anak," ujar Aira ketika Arcelio mulai melajukan mobilnya.
"Aira, aku mau tunjukin sesuatu sama kamu, aku jamin kamu bakalan teriak heboh!" ucap Ceisya seraya merogoh ponselnya yang berada di tas.
"Kalau enggak bikin aku teriak heboh, awas aja!" sahut Aira yang masih duduk anteng.
Ceisya mengulurkan ponselnya yang sudah terbuka dan menampilkan room chat Ceisya dengan ... Azka? Aira mengamati layar ponsel Ceisya dengan teliti. Memastikan sekali lagi bahwa yang di-DM oleh Ceisya benarlah Azka si Calon Jodoh-nya.
Aira mulai membaca isi DM yang Ceisya kirimkan pada Azka tersebut. Kurang lebih, begini isinya:
[ Assalamu'alaikum, Kak Azka! Kakak sepupuku udah lama ngefans sama Kakak. Maaf kalau berlebihan, tapi bagi dia Kakak bener-bener penyemangat hidupnya setelah ayahnya nyusul bundanya ke pangkuan Sang Ilahi. Kalau berkenan, tolong ucapin kata selamat ulang tahun untuk Aira yang ke-23, ya, Kak. Semoga bersedia melirik dan membalas pesan ini ]
Aira benar-benar terharu membaca pesan yang Ceisya kirimkan pada Azka. Adik sepupunya itu sampai berkali-kali mengirim pesan yang serupa pada Azka meski tanpa balasan. Sampai matanya membulat sempurna ketika melihat balasan dari Azka.
[ Wa'alaikumussalam. Bilang sama Aira, barakallah fii umrik ]
Singkat, namun mampu membuat jantung Aira berdisko tak terkendali!
"CEISYA!"
Ceisya tersenyum, sudah menyangka hal ini akan terjadi. "Napas, Aira! Napas!" ucap Ceisya mengingatkan kakak sepupunya itu.
"Ada apa?" tanya Arcelio penasaran.
"Kamu gak boleh tau, ini rahasia!" ucap Ceisya pada Arcelio.
Aira masih sibuk screenshot dan mengirim hasilnya ke ponselnya sendiri. Wajahnya memanas dan hatinya berbunga-bunga ketika membaca kembali balasan yang Azka kirimkan kepada Ceisya yang tertuju untuknya.
"Akhirnya, Cei! DIA TAU AKU HIDUP!" ucap Aira begitu semangat.
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romance[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...