“Jika kamu memilih Allah hingga kehilangan sesuatu, maka ribuan kali lipat balasan datang tinggal menunggu waktu.”
♥*♡∞:。.。 01: Sang Idola 。.。:∞♡*♥
"Aira, kamu itu harus SD!"
Zunaira, atau yang kerap di sapa Aira itu menatap adik sepupunya penuh tanya. Apa maksudnya dia harus SD? Dia, kan, sudah kuliah semester tujuh!
"Capek-capek aku belajar sampe sekarang, kamu seenaknya nyuruh aku balik lagi ke SD! Gak mau!" ucap Aira yang masih belum mengerti maksud dari Ceisya.
"SD itu sadar diri, tau! Kamu, kan, sering banget haluin jadi istrinya Kak Azka!" cibir Ceisya. Gadis yang lebih muda dua tahun dari Aira itu lelah tiap kali mendengar kehaluan yang sering Aira ceritakan padanya.
Aira berdecak kemudian memasang wajah seriusnya. "Aku lupa bilang sama kamu, Cei. Mulai sekarang aku gak mau halu lagi," ucap Aira terdengar serius.
Ceisya tersenyum lebar. "Nah, itu baru bener!" ucapnya antusias. "Ngomong-ngomong, apa yang buat kamu sadar diri begini?" tanya Ceisya penasaran.
"Aku gak mau halu lagi, Cei, soalnya kemaren malem Kak Azka bilang sama aku buat gak haluin dia lagi. Dia bilang kalau aku itu udah punya dia, jadi gak boleh halu-halu lagi," ucap Aira membuat bantal menghantam wajahnya yang masih senyum-senyum menikmati khayalan yang ia buat.
"Ih, makin hari halunya makin menjadi!" ucap Ceisya membuat Aira menyengir ke arahnya.
"Eh, mau curhat Cei," Aira membenarkan jilbabnya yang meleyot-leyot akibat di hantam bantal tadi. Gadis itu kembali memasang wajah serius membuat Ceisya yang polos dan lugu menatapnya dengan serius juga.
"Kamu inget waktu ayah bahas soal pernikahan aku di masa depan, gak?" tanya Aira yang di balas anggukan oleh sang adik sepupu.
"Aku bingung, Cei. Gimana kalau suatu saat aku nikah? Aku yakin aku bakal di hujat banyak orang," ucap Aira dengan raut wajah yang sedih secara tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Ceisya ikutan sedih. Ceisya sangat perasa, maka dari itu dia akan ikut sedih bila orang di dekatnya bersedih.
"Soalnya, kan, aku nantinya bakalan nikah sama Kak Azka,"
Selang tiga detik setelah Aira mengucapkan kalimat itu, Ceisya yang kepalang geram langsung melemparkan selimut ke tubuh Aira dan melemparkan bantal-bantal pada Aira.
"TUKANG HALU!" ucap Ceisya membuat tawa Aira menguar begitu saja.
***
"Selamat pagi, Ayah!" sapa Aira ketika melihat ayahnya mendekati meja makan.
"Pagi, Ai." Syabian membalas sapaan hangat sang putri dengan begitu senang. Pria empat puluh enam tahun itu mengusap kepala sang anak yang seolah sudah menjadi tradisi sebelum memulai hari.
Aira tertawa kecil kemudian menarik kursi untuk ayahnya duduk. Tak hanya itu, Aira pun terlihat begitu senang mengambilkan makanan yang diinginkan oleh ayahnya. Pagi ini Aira memasak makanan kesukaan Syabian, dan pria itu terlihat begitu bahagia melihat putrinya yang sudah tumbuh dewasa.
"Ini kalau sudah menikah, pasti suamimu betah makan di rumah," ucap Syabian memuji.
"Harus, dong, Yah! Pokoknya nanti suami aku harus makan masakan aku doang, gak boleh makan makanan di luar," ujar Aira dengan semangat menggebu.
"Belajar yang bener biar tahun ini lulus," pesan Syabian membuat Aira mengangguk patuh.
Syabian tertawa melihat tingkah anaknya yang terlihat begitu menggemaskan di matanya. Usianya mungkin sudah dua puluh dua tahun, tapi di mata Syabian, Aira tetaplah Aira kecilnya yang berusia tujuh tahun. Syabian bersyukur masih di beri umur untuk menikmati hari-hari tuanya dengan di temani oleh segala kelakuan random Aira yang selalu mengundang senyum dan tawa.
"Ai, Ayah harap kamu selalu di beri kebahagiaan oleh Allah jika suatu saat Ayah pergi," gumam Syabian teramat kecil hingga Aira tidak mendengarnya.
***
"Masnya jangan nekat! Inget, Mas! Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: fa inna ma'al-'usri yusroo yang artinya maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Istighfar, Mas. Mas masih muda, jangan karena ngerasa terlalu banyak beban malah nekat mau loncat," Aira menceramahi seorang laki-laki yang berdiri di atas pagar jembatan usai dirinya menarik sang lelaki menjauh dari tempat semula.
Lelaki itu tampak mengusap telinganya selama beberapa detik sebelum menatap Aira dengan bingung. "Mbak, yang mau loncat siapa? Saya lagi liatin perahu kertas yang baru saya lempar tadi, tapi gak muncul-muncul juga, mungkin udah tenggelam," ucap laki-laki itu.
Aira menepuk jidatnya sendiri. "Astagfirullah, maaf, ya, Mas. Saya kira tadi ... hehe," Gadis itu memberikan cengiran khasnya.
"It's okay, saya juga mau ngucapin terima kasih atas rasa peduli kamu," ucap laki-laki yang tidak Aira ketahui namanya itu.
Aira menganggukkan kepalanya. "Tapi Masnya gak bohong, kan? Beneran gak ada niatan mau loncat, kan?" tanya Aira berusaha memastikan.
Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Masih ada orang yang harus saya banggakan, jadi saya masih harus terus berjuang, kan?"
Aira tersenyum lega mendengarnya, berarti laki-laki ini tidak berbohong. "Bener! Kita harus inget orang-orang yang kita sayangi supaya semangat lagi menjalani hidup," ucap Aira.
"Tapi kadang suka capek," Laki-laki itu malah mengeluarkan keluh kesahnya.
"Kalau capek istirahat, jangan di paksain," ujar Aira membuat laki-laki itu menatapnya cukup lama sebelum Aira menegurnya untuk tidak menatap dirinya.
~•~
Hai, guys! Ini cerita baru yang semoga saja bisa memberikan inspiratif untuk kalian yang membacanya.
Zunaira atau Aira ini bukan seorang gadis yang pemahaman agamanya begitu bagus, ya. Justru, sosok Azka—idolanya—yang akan mengubah kehidupan Aira ke depannya nanti.
Di sini, kita akan belajar untuk menerima takdir yang telah Allah tetapkan dengan hati yang lapang, dan percaya bahwa apa yang Allah berikan pasti yang terbaik untuk kita.
Semoga sukaa💗
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romantizm[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...