15. Terlalu Berharap

10 7 0
                                    


“Takdir sudah ada yang menentukan, tugas kita hanya menjalankan apa yang telah ditetapkan.”

Waktu begitu cepat berlalu dan meninggalkan puing-puing kenangan yang tak akan pernah bisa dirasakan lagi. Arcelio dan Aira kabarnya akan segera lulus dan mendapatkan gelar wisuda setelah menyelesaikan semua tugas yang diberikan. Keduanya semakin dekat setelah menyusun skripsi bersama beberapa waktu lalu.

Tanpa bisa di cegah, Aira pun merasa nyaman dan bahkan ... menaruh perasaan pada Arcelio. Entah dari mana awalnya, yang jelas saat ini Aira sudah jatuh hati pada seorang Arcelio karena lelaki itu sangat baik hati dan juga lembut. Aira memang menyukai Arcelio, tapi dirinya juga masih berharap pada Azka.

Dan kini, Aira harus mendengarkan tawa jahat dari Ceisya yang mengejeknya. Ceisya begitu puas menertawakan Aira yang malah jatuh cinta pada lelaki yang dulu pernah Ceisya peringati untuk tidak jatuh hati padanya karena dulu mereka berbeda agama. Sekarang, kakak sepupunya itu malah menaruh perasaannya pada lelaki itu!

"Aduh, Aira! Perut aku sakit ketawa terus!" ucap Ceisya setelah puas menertawai Aira yang kini menatapnya galak.

"Diem, Cei!" ucap Aira memukul gemas lengan Ceisya.

"Udah diem, lho!" ucap Ceisya sembari senyum-senyum pada Aira.

Aira mulai memasang wajah seriusnya di hadapan Ceisya. "Menurut kamu, apa dia juga suka sama aku?" tanya Aira mulai takut. Takut bahwa hanya dirinya saja yang merasakan hal itu.

Ceisya tersenyum kecil pada kakak sepupunya itu. "Kalian udah lama kenal, dan dari cerita yang sering aku denger dari kamu sendiri tentang dia, besar kemungkinan kalau dia juga punya perasaan yang sama kayak yang kamu rasain."

"Masa, sih?" Aira masih belum yakin.

"Yang jadi pertanyaannya, kalau 'seandainya' dia sama Kak Azka ngelamar kamu, kamu pilih siapa?" tanya Ceisya menguji Aira.

"Jelas Kak Azka, lah!" ucap Aira cepat.

Ceisya menganggukkan kepalanya. "Berarti kalau semisal cowok itu gak bales perasaan kamu, potensi sakit hati kamu gak bakal lama," ucap Ceisya tiba-tiba.

"Maksudnya?" tanya Aira tidak paham.

"Aduh, calon dokter ... pinter di pelajaran aja tapi kalau soal begitu gak paham sama sekali," Ceisya begitu gemas pada gadis yang berstatus kakak sepupunya itu.

"Jadi gini, Aira-ku Sayang. Kalau seandainya temen kamu itu ternyata gak suka balik sama kamu alias cuma nganggep kamu temen ataupun sahabatnya, kamu gak akan terlalu sakit hati. Secara kamu punya penyemangat lain, kan?" ujar Ceisya menjelaskan.

***

Saat ini, Aira dan Arcelio telah mengenakan Toga sebagai bukti bahwa keduanya telah berada di tahap akhir dalam perjalanan pendidikan mereka saat ini.

"Zuna, di hari bahagia ini aku mau kasih berita baik untuk kamu," ucap Arcelio ketika keduanya telah menyelesaikan sesi foto.

Keluarga mereka terlambat datang karena ada kendala dan entah kenapa bersamaan. Alhasil, Aira dan Arcelio menyempatkan untuk mengobrol berdua sembari menunggu keluarga mereka.

Aira tiba-tiba gugup ketika mendengar ucapan Arcelio. Entah sejak kapan, Aira tidak tau pasti kapan dia menaruh perasaan pada Arcelio. Yang jelas, semenjak mereka menyusun skripsi bersama, Aira mulai menyadari bahwa dia telah jatuh hati pada sosok Arcelio.

"M-mau kasih berita baik apa?" tanya Aira mencoba menghalau kegugupan yang dirasa.

"Mama pengen punya menantu, dan bonusnya nanti aku bakal di jadiin manager di perusahaannya," ucap Arcelio semakin membuat Aira gugup.

Apa maksudnya? Apa Arcelio akan melamarnya?

"Aku udah putuskan untuk menikah di tahun ini," ucap Arcelio. "Aku akan menikah dengan seseorang yang pernah bilang ke aku kalau dia cuma mau nikah sama laki-laki yang seiman dengan dia," lanjutnya sembari tersenyum.

Aira makin gugup. Dia pernah berkata begitu pada Arcelio, berarti apakah dia adalah orang yang Arcelio maksud?

"Terus?" tanya Aira berusaha memancing Arcelio. Aira benar-benar penasaran dengan orang yang Arcelio maksud.

"Dan ini orangnya," ucap Arcelio menatap Aira.

Aira terdiam. Jadi benar dia orangnya? Arcelio melamarnya? Benarkah?

"Cecei," ucap Arcelio menyadarkan Aira bahwa Arcelio bukan menatapnya, melainkan seseorang yang ada di belakangnya.

Aira membalikkan badannya ketika mendengar langkah kaki yang mendekat ke arah mereka. Begitu melihat Ceisya dan kedua orang tua gadis itu datang padanya, Aira jadi bingung akan ucapan Arcelio tadi.

"Lio?" Ceisya tampak sedikit terkejut ketika melihat kehadiran mantan kekasih lima menitnya—Arcelio.

Arcelio tersenyum tipis kemudian menyalami tangan Ridwan dan Herra dengan sopan hingga Aira tersadar dan melakukan hal yang sama.

"Maaf Sayang kita telat," ucap Herra seraya mengusap pipi Aira.

"Gak apa, Bibi. Kalian sempetin dateng ke sini pun aku udah seneng," ucap Aira dengan mata berkaca-kaca. Padahal ia pernah bermimpi bahwa ketika dirinya wisuda, ada sosok Syabian yang datang memeluknya dan memberikan ucapan selamat padanya.

"Selamat dokter cantik, semoga selalu jadi orang yang bisa berguna bagi banyak orang, ya," tutur Ridwan pada keponakannya itu.

"Terima kasih atas do'anya, Om," ucap Aira tulus.

Arcelio mendekati Herra dan Ridwan. "Om, Tante, saya Arcelio. Saya berniat ingin menjadikan Ceisya sebagai istri saya, apakah kalian menerima lamaran saya?" tanya Arcelio tiba-tiba hingga membuat Aira, Ceisya dan kedua orang tua Ceisya terkejut mendengarnya.

Ceisya segera menatap Aira yang kini menunduk. Apakah seseorang yang sering Aira ceritakan padanya selama ini adalah Arcelio?






Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.

Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.

Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit

Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗

Garis Takdir [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang