“Dunia memang ajang komedi paling bergengsi, jadi harap siapkan hati untuk menerima kejutan yang bisa saja melukai diri.”Seolah tak puas dengan jawaban kemarin malam, kini Arcelio kembali mencoba menemui Zennor untuk kembali menanyakan hal yang membuatnya tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Arcelio mendatangi rumah Zennor yang lain karena yakin bahwa sang ayah tidak mungkin ke kantor di tanggal merah seperti ini.
Arcelio menepikan motornya di tepi jalan daripada memasuki ke halaman rumah Zennor. Anak tunggal Zora dan Zennor itu menyebrangi jalan untuk sampai ke depan gerbang besar rumah sang ayah. Tatapannya terpaku ketika pintu utama rumah tersebut terbuka dan menampakkan pemandangan yang membuat sesak di dadanya kian membeludak.
"Jadi ... papa udah punya keluarga baru?" gumam Arcelio terkekeh hambar.
Di hadapannya saat ini, nampak Zennor keluar dari rumah tersebut dengan seorang wanita yang terlihat lebih muda darinya dan juga seorang anak laki-laki yang kira-kira berusia sepuluh atau mungkin dua belas tahun.
Arcelio terpaku ketika melihat Zennor mencium kening wanita itu dengan mesra. Tak hanya itu, Zennor pun nampak tersenyum lebar pada anak laki-laki tersebut dan mengusap-usap kepalanya dengan penuh kasih sayang. Hal yang belum pernah Arcelio lihat dan Arcelio rasakan sebelumnya.
"Permisi, Mas," Seorang penjaga gerbang itu menyadarkan Arcelio yang kini mundur selangkah sebelum kemudian gerbang tersebut terbuka lebar.
Arcelio tetap diam di posisinya ketika Zennor menatapnya. Laki-laki itu menatap Zennor dengan mata berkaca-kaca. Ternyata Zennor sudah mengkhianati dirinya dan juga Zora sejak lama, hanya saja mereka berdua yang terlalu bodoh karena tidak mengetahuinya.
Pantas saja jika Zora sering memarahi dan menu*duh Zennor memiliki simpanan, ternyata tuduhan Zora itu memang benar adanya.
"Daddy, itu siapa?" Anak laki-laki yang sejak tadi menjadi alasan Arcelio merasa iri, kini mulai bertanya pada Zennor.
"Daddy?" Arcelio tertawa pelan kemudian menundukkan kepalanya ketika panggilan yang anak itu sematkan untuk ayahnya terus berputar di kepalanya.
"Sayang, kamu bawa Vano masuk. Aku mau selesaikan urusanku sama anak itu dulu," ucap Zennor pada Alea—istrinya.
Anak itu? Se-asing itukah Arcelio bagi Zennor?
Zennor berjalan ke arah Arcelio dan segera menyeret anak itu sampai ke luar gerbang rumahnya. Zennor nampak mengelap tangannya ke celana yang ia kenakan ketika melepaskan tangan Arcelio.
Se-jiji*k itu, kah?
Arcelio tertawa tengil, kemudian ikut mengelap tangannya sendiri ke bajunya. "Tanganku mungkin sedikit kotor karena kena debu di jalanan tadi, tapi gak udah sampe di lap juga kali, Pa," ucap Arcelio tertawa hambar. Mencoba menghibur dirinya sendiri.
"Mau ngapain kamu?" tanya Zennor dengan nada dingin. Berbeda sekali ketika dia berbicara dengan Alea ataupun Vano.
Arcelio tersenyum lebar kemudian langsung memeluk Zennor meskipun pria itu tidak membalasnya. Arcelio menikmati detik-detik berharga tersebut meskipun Zennor merasa bahwa hal tersebut sangatlah mengganggu. Arcelio mengurai pelukannya ketika Zennor memberinya dorongan pelan.
Arcelio memalingkan wajahnya ketika air matanya sudah jatuh ke pipi. Dia malu kalau menangis di hadapan Zennor.
"Maaf, Pa. Aku janji setelah ini gak akan nemuin Papa lagi," ucap Arcelio mati-matian menahan suaranya agar tidak bergetar.
Bohong jika Zennor tega melihat Arcelio yang sedang rapuh. Tapi Zennor harus terus bersikap seolah tak peduli agar tidak perlu merasa bersalah di kemudian hari jika suatu saat mereka tak pernah bertemu lagi.
"Papa udah punya kebahagiaan Papa sendiri, dan tugasku kasih kebahagiaan buat mama," ucap Arcelio masih membelakangi Zennor. Setelah di rasa benar-benar siap, Arcelio membalik badannya dan tersenyum tengil pada Zennor lagi.
"Capek, ya, Pa?" tanya Arcelio tertawa kecil seolah yang terjadi tidak membuatnya sakit hati. "Pasti Papa capek selama ini pura-pura peduli sama aku dan mama padahal kebahagiaan Papa sendiri udah ada di sini," lanjutnya seraya menatap rumah Zennor.
"Padahal Papa gak pernah rahasiain rumah ini, tapi bod*ohnya aku sama mama gak ngeh kalau ternyata disinilah 'rumah' Papa," ucap Arcelio tersenyum kecil.
"Dua puluh empat tahun, kayaknya aku belum pernah liat Papa senyum ke aku apalagi usap kepalaku kayak yang Papa lakuin ke anak Papa yang tadi," ujar Arcelio kembali tertawa.
"Ah, dasar aku b*odoh!" Arcelio memukul kepalanya. "Aku, kan, bukan anak yang Papa harapkan," ucap Arcelio terkekeh pelan.
Arcelio mengulurkan tangannya kepada Zennor. "Selamat, Tuan Zennore Mosses. Semoga kehidupan Anda setelah ini menjadi lebih baik tanpa kehadiran saya dan juga mama saya," ucap Arcelio dengan senyum yang senantiasa ia berikan pada pria yang ia panggil 'Papa' itu.
***
Aira mengusap punggung Arcelio yang bergetar karena laki-laki itu menangis. Arcelio sudah menganggap Aira sebagai rumah keduanya, laki-laki itu tak sungkan membagi sesuatu yang mengganggu pikirannya pada Aira meskipun keduanya terbilang belum kenal begitu lama.
"Aku yang terlalu bo*doh atau emang papa mainnya terlalu rapi, sih, Zuna?" tanya Arcelio merasa benar-benar lemah saat ini ketika mengetahui fakta baru yang begitu membuatnya merasa hancur.
"Arcel, aku emang gak pernah berada di posisi kamu. Tapi aku bisa rasain apa yang kamu rasain," ucap Aira pelan.
"Rasanya pasti ha*ncur banget, apalagi kalau yang bikin kita kayak gini adalah orang yang paling kita sayangi. Tapi, Arcel, aku mohon kamu jangan lem*ah gini. Kamu tau? Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: Wa laa tahinuu wa laa tahzanuu wa angtumul-a'launa ing kungtum mu-miniin. Yang artinya: Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman." Aira mulai memberi nasihat pada laki-laki itu.
"Surat Al Imran ayat 139 ini menyebutkan bahwa setiap kali kita merasa sedih atau lemah, kita harus ingat bahwa Allah selalu bersama kita. Jadi, ayo bangkin! Buktikan sama papa kamu kalau kalian bisa tanpa dia!" ucap Aira memberi dorongan semangat untuk Arcelio.
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romance[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...