“Semesta terlalu banyak bercanda, sehingga aku lupa bahwa dalam pertemanan seharusnya tidak boleh melibatkan rasa,"Ceisya menatap cincin di jari manisnya dan gelang yang juga terpasang di pergelangan tangannya dengan tatapan sendu. Di jari manisnya, tersemat cincin yang tadi siang Arcelio berikan. Dan di pergelangan tangannya, ada sebuah gelang pemberian Aira yang begitu ia jaga.
"Aira, aku bener-bener enggak bermaksud untuk rebut apapun yang kamu mau," ucap Ceisya menghapus air matanya lagi.
Tadi Ceisya datang ke rumah Aira berniat untuk memenangkan sang kakak. Tapi, siapa sangka jika Ceisya mendengar semua yang Aira adukan pada mendiang Syabian. Ceisya benar-benar baru mengetahui fakta bahwa ternyata dulu Aira menyukai Alka namun Alka lebih memilihnya. Dan sialnya, hal serupa terjadi lagi sekarang.
"Apa aku terlalu jahat?" tanya Ceisya pada dirinya sendiri.
Ingin sekali dia menolak Arcelio tadi, namun Ridwan justru menerimanya karena Ridwan tidak tau yang terjadi antara Aira, Ceisya dan juga Arcelio. Selain itu, Ridwan juga melihat ketulusan dan juga keberanian dalam diri Arcelio yang mau memilih mualaf dan mulai mendekatkan diri kepada Allah sehingga sudah yakin ingin menikahi putrinya.
"Aira, aku bener-bener minta maaf," ucap Ceisya masih menangis.
Ceisya memeluk bantal guling yang biasa di peluk Aira ketika tidur bersamanya. Gadis itu menumpahkan air matanya di sana dan berkali-kali mengucapkan kata maaf untuk Aira sampai tidak sadar jika dirinya tertidur.
Di sisi lain, Aira masih terjaga. Gadis itu kini sudah kembali mengobati luka di hatinya dengan cara berdzikir. Aira tidak bohong, hatinya merasa tenang ketika mengingat Allah. Rasa sesak itu perlahan menghilang tergantikan dengan perasaan damai setelah berdzikir.
Setelah selesai berdzikir, Aira pun beranjak dan meninggalkan kamar Syabian untuk mengunci pintu yang sebelumnya lupa ia kunci. Setelah memastikan keadaan rumah aman, Aira segera ke kamarnya untuk beristirahat.
Baru saja membuka ponsel, ternyata Azka memposting sebuah video yang lagi-lagi menyadarkan Aira. Dalam video yang berdurasi empat puluh tujuh detik itu, Azka menerangkan tentang janji Allah yang tertulis dalam Qur'an Surat Al Ghofir ayat 60.
"Janji Allah itu bersifat pasti, karena Allah pasti akan menepati janji-Nya. Seperti yang tertulis dalam surat Al Ghofir ayat 60, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: Wa qoola robbukumud'uuniii astajib lakum, innallaziina yastakbiruuna 'an 'ibaadatii sayadkhuluuna jahannama daakhiriin. Yang artinya: Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." ucap Azka dalam video singkat itu.
Aira mengukir senyum kecilnya. "Tuh, dengerin apa kata calon jodoh. Janji Allah itu pasti! Jadi kamu harus yakin kalau Allah pasti kasih kamu kebahagiaan suatu saat nanti!" ucap Aira pada dirinya sendiri.
Baru saja ingin meletakkan ponselnya ke nakas, benda tersebut berdenting. Ketika di cek, ternyata ada pesan singkat dari Arcelio.
[Zuna, tadi kamu kenapa? Kamu baik-baik aja, kan? ]
Aira meremas ponselnya dengan perasaan kesal. Gadis itu tidak berniat membalas pesan Arcelio hingga tiba-tiba ponselnya berdering dan tertera nama Arcelio pada layar ponselnya tersebut.
"Tumben lama angkatnya, kamu kenapa?" tanya Arcelio ketika panggilannya baru di angkat oleh Aira.
"Gak apa-apa," balas Aira singkat.
"Zuna, kamu kenapa? Ada yang nyakitin kamu?" tanya Arcelio yang tidak mengerti apa yang terjadi pada Aira.
Aira diam saja tanpa berniat menjawab pertanyaan Arcelio.
"Aku baru tau kalau ternyata kamu sepupuan sama Cecei," ucap Arcelio tiba-tiba, dan membuat Aira kembali terdiam.
"Seneng banget ternyata aku bisa sahabatan sama sepupu calon istriku," ucap Arcelio lagi yang kali ini membuat Aira makin terdiam.
Benar. Mereka hanya bersahabat. Aira yang salah karena telah lancang menaruh perasaan pada Arcelio. Tidak, bukan Arcelio yang salah. Di sini Aira-lah yang bersalah karena melibatkan perasaan dalam hubungan pertemanan.
Mencoba menutupi lukanya, Aira pun tertawa kecil. "Aku juga seneng bisa sahabatan sama calon suami sepupu aku. Jadi, kalau suatu saat kamu sakitin dia, aku yang akan maju paling depan untuk bales kamu!" ucap Aira terdengar tegas.
Arcelio ikut tertawa mendengarnya. "InsyaAllah, aku gak akan nyakitin Cecei, Zuna. Aku begini demi dia, jadi aku akan berusaha kasih yang terbaik untuk dia," ucap Arcelio sungguh-sungguh.
"Aku pegang omongan kamu, tapi aku perlu bukti. Ceisya itu orangnya lembut, jangan di marahin apalagi sampe di bentak. Nanti dia nangis," ujar Aira memberi kesan pada calon suami Ceisya itu.
"Terima kasih pesannya, Kanjeng Ratu. Ngomong-ngomong, boleh minta tolong, gak?" tanya Arcelio.
"Apa?"
"Besok aku niatnya mau kasih sesuatu ke Cecei, tapi aku bingung mau ngasih apa. Jadi ... boleh temenin aku beli hadiah buat Cecei besok?" tanya Arcelio.
Aira tersenyum kecil kemudian menundukkan kepalanya. "Liat besok, ya, Cel. Aku gak tau punya waktu apa enggak soalnya mau ke makam ayah bunda," ucap Aira begitu pelan. Padahal itu hanyalah alibinya saja. Aira sudah mengunjungi makam orang tuanya tadi sore sebelum pulang ke rumah.
Aira belum siap bertemu Arcelio. Dia takut pertahanannya runtuh ketika menatap wajah laki-laki yang telah ia sukai itu.
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romance[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...