“Mau sebanyak apapun warna yang kamu berikan pada seseorang yang buta warna, tidak akan ada hasilnya. Jadi, jika sudah tau tidak akan di hargai, mulailah untuk sadar diri.”Senyum Aira tidak juga pudar hingga tiga hari berselang. Bukan hanya perihal foto berdua dengan Azka saja, tapi karena instagramnya juga di follback oleh sang idola. Tentu saja hal itu membuat seorang Zunaira senang bukan kepalang.
Ratusan DM mulai berdatangan sejak Azka me-repost foto yang Aira masukkan di insta story tiga hari lalu. Tak hanya Azka, bahkan Liana pun turun mem-follback instagramnya yang semakin membuat haluan Aira semakin sempurna.
"Ya Allah gak kuat!" Aira kini berteriak di kamarnya sendiri sambil melakukan roll depan di atas kasurnya sendiri ketika Liana mengomentari postingan yang ia unggah dua jam lalu.
"Ini aku mimpi apa gimana, sih?" gumam Aira seraya menatap langit-langit kamarnya.
"Apa mungkin aku udah gila?" tanya Aira pada dirinya sendiri.
"Nggak mungkin Bunda komen di postingan aku padahal jelas-jelas di situ gak ada sangkut pautnya tentang keluarga AzNaRa," ucap Aira.
AzNaRa adalah singkatan dari keluarga Azka teruntuk Azka dan dua saudaranya, yakni Azka, Nazar dan Ara.
Isi komentar Liana di postingan Aira tersebut hanya berisi emoji love berwarna putih disertai emoji bunga matahari. Sederhana, namun mampu memporak-porandakan hati mungil Aira.
"Fa bi-ayyi aalaaa-i robbikumaa tukazzibaan,"
Aira spontan menoleh ke arah jendela kamarnya ketika mendengar suara Ceisya yang melantunkan ayat ke 13 dalam Surah Ar-Rahman itu.
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan, Aira?" tanya Ceisya dari jendela kamar sang kakak sepupu.
"Masuk cepet, Cei! Mau cerita!" ucap Aira begitu semangat menyuruh Ceisya untuk segera masuk.
Ketika Ceisya sudah berada di kamarnya, Aira langsung saja melompat kegirangan bahkan tak mengindahkan kondisi jilbabnya yang sudah berantakan akibat ulahnya yang melakukan roll depan tadi.
"Sumpah, Cei! Kok bisa Allah baik banget, ya, sama aku? Kayak, makin ke sini makin yakin kalau aku itu emang di takdirkan untuk Kak Azka!" ucap Aira menggebu-gebu.
"Allah jawab do'a yang sering kamu utarakan, Aira. Dulu kamu selalu cerita kalau kamu pengen banget liat Kak Azka walaupun dari kejauhan, ataupun ketemu sama keluarganya. Dan sekarang, Allah kabulin itu di waktu yang tepat," ucap Ceisya.
"Dan semoga, salah satu do'a kamu yang paling kamu harapkan juga Allah kabulkan suatu saat nanti," ujar Ceisya membuat Aira spontan meng-aamiin-kan hal tersebut.
"Aku curiga kalau kamu itu punya kepribadian ganda, Cei," ucap Aira pada sang adik. "Soalnya kadang-kadang kamu kayak bocil banget, kadang-kadang juga cosplay jadi orang dewasa begini," imbuhnya seraya mengunyel pipi Ceisya.
"Aku lagi belajar jadi dewasa, Aira. Biar nanti kalau marahan sama Lio bisa ngomong kayak orang-orang gitu," ucap Ceisya.
"Aku yang lemot apa emang kamunya yang kalau ngomong gak jelas, sih, Cei? Penjelasan kamu barusan gak nyampe di aku," ungkap Aira seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Daripada ribet karena gak nyambung sama yang aku omongin, mending kamu bales tu komentar calon mertua kamu," ucap Ceisya menunjuk ponsel Aira menggunakan dagunya.
Di sisi lain, Arcelio sedang menunggu Zennor di lobby kantor sang ayah. Jika biasanya Arcelio akan masuk sendiri, maka kini dia lebih sadar diri. Arcelio tidak akan masuk sebelum Zennor ataupun asisten pria itu memanggilnya.
Arcelio sadar bahwa selama ini mungkin dia egois. Arcelio benar-benar ingin berdamai dengan masa lalu dan berharap semua masalah berakhir sebelum hari pernikahannya dengan Ceisya. Salah satu masalah yang harus di tuntaskan adalah, dia ingin memiliki hubungan yang baik dengan ayahnya.
Arcelio benar-benar sadar bahwa kebahagiaan Zennor ada pada keluarga barunya. Meskipun ia sudah lama hidup bersama Zennor dan mungkin sudah memberi banyak warna di hidup pria itu, tapi Arcelio sadar bahwa tidak ada artinya memberi banyak warna pada orang yang buta warna.
Mau seterang dan seindah apapun dirinya, jika bukan dia yang Zennor harapkan, maka tugasnya adalah sadar diri dan sadar posisi. Percuma memaksa untuk tetap dihargai jika nyatanya dia tidak pernah mendapatkan tempat di hati sang ayah.
"Tuan Muda Lio—"
"Panggil aja Lio, Pak," sela Arcelio ketika seorang pria paruh baya menghampirinya.
"Ah, iya. Maksud saya, Nak Lio, ayo masuk. Tuan sudah menunggu di ruangannya," ucap pria tersebut mengajak Arcelio memasuki kantor Zennor.
"Terima kasih, Pak," ucap Arcelio dengan sopan ketika pria tersebut mengantarnya sampai ke depan ruangan Zennor yang terletak di lantai enam.
"Sama-sama, Nak Lio. Kalau begitu saya permisi, ya,"
"Iya, Pak. Hati-hati," ucap Arcelio memberikan senyumnya pada si bapak.
Arcelio segera masuk ke ruangan Zennor ketika seorang wanita yang Arcelio ketahui adalah sekretaris Zennor keluar dari ruangan tersebut dan memintanya untuk langsung masuk ke dalam.
Begitu masuk ke ruangan Zennor, Arcelio terpaku di tempatnya ketika Zennor berdiri tidak jauh darinya dan memberikan senyum tulus padanya.
"Kemarilah, Nak. Papa mau mengucapkan selamat kepada kamu," ucap Zennor.
Bagi sebagian orang, mungkin kalimat itu terdengar biasa saja atau mungkin tidak ada arti apapun. Tapi bagi Arcelio, kalimat sederhana itu adalah sesuatu yang sangat berharga untuknya.
Bukan hanya senyuman serta kata-kata Zennor yang membuat Arcelio bahagia, tapi juga pelukan hangat yang pria itu berikan padanya.
Cerita Garis Takdir ini sudah di novel-kan.
Cerita ini berisi Kisah Inspiratif berupa perjalanan kisah Aira dalam menemukan jodohnya. Dalam setiap bab, akan ada satu ayat yang InsyaAllah bisa bermanfaat bagi kita semua.
Novel Garis Takdir sudah tersedia di Shopee : penerbit.lovrinz01 *Official account Penerbit
Novel Garis Takdir open pre-order dari tanggal 2 s/d 12 Maret. Thank you 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir [SUDAH TERBIT]
Romance[PART MASIH LENGKAP - NOVEL GARIS TAKDIR BISA DI PESAN MELALUI SHOPEE PENERBIT LOVRINZ] Ketika kita menerima dengan ikhlas atas takdir hidup yang telah Allah tetapkan, maka di sanalah kelegaan dan kebahagiaan akan datang dengan perlahan. Satu hal...