VOTE
&
KOMENNYA*****
"Sayaaang, dimana bajuku?"
"Mommy~ Where's my jeans?"
"Mom? Mommy? Hiks.. mommyyyyy~"
Jennie menggigit bibir bawahnya dengan kesal kala mendengar tiga teriakan sekaligus dari dalam rumahnya di sore hari yang terdengar seperti merengek memanggil dirinya, dengan perasaan kesal dia mematikan kompor gas nya dan berjalan menuju lantai dua, hal yang pertama dia lakukan adalah memasuki kamar putrinya lalu mengambil putri keduanya yang baru berusia satu tahun dari dalam ranjang bayinya.
"Good afternoon, my sweetie!" Sapanya pada sang buah hati yang baru saja bangun dari tidur siangnya, setelah itu dia menggendong putri kecilnya dan menghampiri putri pertamanya yang berusia sepuluh tahun itu, anak itu terlihat baru saja selesai mandi.
"Ini celanamu, carilah pakai mata, bukan hanya dengan mulutmu saja." Timpalnya lalu mengecup bibir putri pertamanya itu sambil memberikan celana yang sedang dia cari.
"Thankyou, mommy!" Ujarnya membalas.
"Sayaaaaang, dimana bajuku? Astaga.. aku akan telat!"
Jennie segera mendengus kala mendengar teriakan itu kembali.
"Tunggu sebentar!" Jawabnya sedikit berteriak karena yang baru saja memanggilnya dari sebrang kamar anak-anaknya.
Jennie sedikit berjalan dengan cepat sambil menggendong putri kecilnya, lalu dia membuka pintu kamarnya, kedua matanya terbelalak begitu melihat pemandangan yang begitu berantakan, kamarnya terlihat seperti kapal pecah karena semua pakaian terlihat berada diluar lemari pakaiannya.
"Omoo.. omoo.. apa yang kau lakukan, Manoban?! Kau ingin menghancurkan kamarku?????!"
Flashback on
"Chaeyoung-ahh, aku dan Jennie, bisa menikah nanti, setelah kau sembuh." Ujar Lalisa ketika ia baru saja mendengar permohonan dari Park Chaeyoung, mantan istrinya.
Chaeyoung menggelengkan kepalanya dengan lemah. "Aku ingin kalian menikah sekarang, Lalisa. Jennie. Kalian sudah memendam perasaan kalian selama sepuluh tahun lamanya, jadi kurasa, tidak ada yang perlu kalian tunggu lagi, aku tidak ingin jadi penghalang untuk kebahagiaan kalian, segeralah menikah, aku hanya mempercayakan Lalisa padamu, Jennie.."
"Dan sebaliknya, aku hanya mempercayakan Jennie padamu, Lalisa."
"Selain itu, aku ingin kalian yang menjaga Alice, Jennie ibu yang baik, dia bahkan lebih baik daripada diriku sendiri, please.. aku benar-benar menginginkan ini." Chaeyoung berbicara panjang lebar, di setiap katanya dia terus menerus menghelakan napasnya, wajahnya sangat sendu dan terlihat penuh harap.
"T-tapi, Chaeng....,"
Chaeyoung menggeleng sekali lagi kala mendengar suara Jennie yang terdengar akan menolak, Chaeyoung meraih tangan Jennie dan tangan Lalisa, setelah itu Chaeyoung menyatukan tangan keduanya.
"Menikah dan berbahagialah, anggap saja ini keinginan terakhir di sisa umurku." Ucap Chaeyoung dengan suara lemah.
Di antara mereka tidak ada yang sanggup menahan air mata yang akhirnya jatuh begitu saja, mereka bertiga menangis, ntah apa yang mereka rasakan, namun kali ini tentu saja bukan karena kebahagiaan, hal ini sangat menyakitkan untuk Jennie maupun Lalisa, meski keduanya berhasil di persatukan, tetapi tentu saja bukan dengan cara yang seperti ini yang mereka harapkan, bagaimanapun, Park Chaeyoung adalah orang yang sama-sama mereka sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
'SEVEN YEARS' (JENLISA GXG)
Romance"Bagaimana caraku untuk bahagia?" -Kim Jennie & Lalisa Manoban