Nerd

59.1K 1.4K 26
                                    


Short Story 22

Sudah siap?

Happy reading luv💅




Permainan Dare or Dare masih berlanjut dalam geng lonte. Kali ini Jeanne Idrisma harus menerima nasib sialnya dalam permainan ini.

Jean benar-benar mengutuk permainan sialan yang mereka buat ini. Seperti karma, jika dulu dia mengerjai para sahabatnya, kini gilirannya.

Sungguh sahabat sialan yang sangat pengertian. Selain bangsat, mereka semua dengan bangga pamer laki masing-masing. Mentang-mentang dirinya masih sendiri.

"Otak gue mati kali nih, gue nanya nggak ada jawaban." Jean mendengus kecil.

Berjalan santai mendekati kursi pojok depan dari ruang kelasnya, dimana seorang pria duduk dengan tenang bersama buku yang pria itu baca.

Menghembuskan nafas panjang, memantapkan dirinya, Jean melangkah pasti. Dia benar-benar memasrahkan dirinya pada Tuhan kali ini.

Nasib rekeningnya ada di tangan pria yang sama sekali tidak pernah ada dalam lirikan mata seorang Jeanne Idrisma. Pria culun dengan kacamata khasnya.

"Woe, Sigit." Panggil Jean sedikit keras, pasti sahabat lontenya tertawa melihatnya sekarang.

Sigit tidak menoleh, tidak terusik dengan wanita itu dan tetap fokus pada bukunya. Seolah keberadaan Jean di depannya hanyalah sebuah hembusan angin.

"Sigit Dewantara." Panggil Jean lagi, tapi kini tangannya sudah menarik buku yang pria itu pegang.

Pancaran tak suka terlihat jelas dalam bola mata cokelat terhalang kacamata itu. Dalam jarak ini, Jean akui wajah Sigit lumayan tampan.

"Balikin." Ucapan datar itu membuat Jean sadar, masalah pria ini bukan pada penampilannya, tapi bagaimana sikap tertutup yang menusuk tajam itu.

"Gue suka kalo gini, tipe gue banget. Syukur sahabat gue pilih lo," Jean tersenyum lebar penuh seringaian.

Tidak dengan Sigit yang menatap heran, pria itu tidak suka bagaimana Jean menjauhkan bukunya ketika dia berusaha merebutnya kembali.

"Gue Jeanne. Salam kenal calon pacar, bukunya gue bawa. Kalo lo masih mau, setelah kelas cari gue." Jean tersenyum cerah.

Mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda, wanita itu membuat Sigit menghela nafas panjang. Jelas sekali raut wajah pria itu yang kesal.

Jeanne menyukai tantangannya ini. Dia akan menaklukan Sigit. Bukan kerena permainan ini, tapi bagaimana jantungnya berdegup riang yang membuatnya tak mau berhenti mendekati pria itu.

Tak masalah nanti dia harus menguras rekening untuk para lontenya karena menolak tantangan permainan ini, anggap saja itu adalah ucapan terimakasihnya.

Sepanjang kelas pun Jean seperti orang yang mabuk kasmaran, tak berhenti tersenyum sendiri dan terpana melihat pria yang duduk di pojok sana. Hingga kelas berakhir, Jean benar-benar menanti saat dimana Sigit menghampirinya.

"Lo milik gue. Sigit Dewantara punya gue!" Seru Jean riang, mengecup berkali-kali buku pria itu yang masih berada padanya.

"Masalah lo apa?" Ucapan berat terkesan dingin itu membuat Jean melunturkan senyumnya.

Entah terkejut karena suara pria itu yang tiba-tiba, atau jarak mereka begitu dekat kerena pria itu tepat di belakangnya begitu Jean membalikkan tubuhnya.

Entah terkejut karena suara pria itu yang tiba-tiba, atau jarak mereka begitu dekat kerena pria itu tepat di belakangnya begitu Jean membalikkan tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang