B a c k

41.3K 1.1K 17
                                    


Short Story 25

Kejut liat notif. Xixixi

Happy reading luv💅

Amarita Ruby meringis begitu melihat penampilannya di cermin. Sebuah lingerie berwarna hitam terlihat kontras dengan tubuh putihnya.

Lebih parahnya lagi, potongan dari lingerie itu sendiri membuat wanita itu menahan amarah agar tidak merobek pakaian dinas para wanita itu.

Pakaian seksi itu benar-benar mengekspos aset berharganya. Gunung kembarnya tidak terbalut apapun selain kain tipis panjang yang menutupi kedua putingnya.

Pipit sialan!

"Pipit....."Ruby menggeram kecil.

Sedangkan yang disebut namanya sudah bersiap kabur dari ruang ganti untuk para model itu. Wanita itu harus menyelamatkan nyawanya dari amukan Ruby jika masih ingin menjadi manager model terkenal itu.

"Hehehe........cantik kok," Pipit nyengir lebar tanpa merasa bersalah.

"PIPIT!!!"Ruby berseru marah dan mencoba menghampiri wanita yang berdiri dekat pintu itu.

"SEKSI BANGET BYY!!!"

Blam!

Mata Ruby membulat menunjukan kekesalannya melihat manager kesayangannya itu kabur begitu saja setelah membuat Ruby terjebak dalam pemotretan sialan kali ini.

Seharusnya Ruby tidak mabuk saat itu, seharusnya juga Pipit lebih jeli lagi melihat kontrak sebelum memberikan padanya. Sehingga dia tidak terjebak bersama orang brengsek yang akan menjadi partner-nya dalam pemotretan ini.

Sebagai model terkenal, Ruby adalah orang yang profesional. Wajahnya sering tampil pada cover majalah-majalah terkenal. Ruby tidak pernah gagal dalam pemotretannya.

Tapi karena kesalahan teknis yang tidak bisa dia perbaiki, untuk pertama kalinya Ruby harus melakukan pemotretan lingerie bersama pria brengsek yang Ruby sebut namanya pun tidak sudi.

Pria licik yang membuat tekanan darahnya naik seketika itu tidak lebih dari buaya darat haus wanita. Mulut manis yang sering mengecap bibir wanita itu tidak patut dipercaya. Ruby benar-benar membencinya.

Denniswara Lingga adalah lambang kebrengsekan.

"Wow, kau terlihat bersemangat sekali baby." Suara berat yang terdengar menggoda itu membuat Ruby terkejut.

"Kau kenapa disini!?" Ruby berseru kencang. Menatap horor Dennis yang shirtless menampilkan roti sobeknya dengan bangga.

"Lebay. Lo cocok pakai itu, apalagi yang warna merah." Dennis menyeringai mendekat dengan perlahan.

"Sialan! Pergi kau brengsek!" Ruby segera meraih kimono untuk menutup tubuhnya meski percuma karena pria itu terus mendekat.

"Slow down baby, gak ada salahnya kita trial dulu kan?" Dennis terkekeh.

"Gue bilang pergi! Atau.....atau...."Ruby terlihat berpikir keras. Mencoba mencari cara agar dia terlepas dari pria berbahaya ini. Tapi nyatanya otaknya kosong.

Ruby semakin merasa bodoh begitu tubuhnya diangkat dan didudukan di atas meja rias. Kakinya dibuat melebar dengan pria itu yang menekan dan mengurung tubuhnya.

"Brengsek! Lepas! Dasar bajingan!" Ruby berusaha memberontak. Jarak sedekat ini benar-benar bahaya.

"Simpen tenaga lo untuk nanti baby," Dengan gerakan cepat Dennis menarik kedua tangan Ruby dan menahannya ke atas pada cermin rias.

ONE SHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang