Pria itu terjebak diantara rel kereta. Dengan sekuat upaya dia menarik kakinya untuk selamat dari kereta api yang akan melintas.
Finally dia selamat dan menggedor pintu exit untuk berusaha keluar.
Disaat seperti itu ada bayangan yg menunggu tak jauh dari nya semakin mendekat.
Dan...
"Halah cerita Maman aja kok. Mana ada kek gitu."
Suara abangku Gus dari sisi kiri membuatku kaget .Hampir aja aku jantungan karena kaget suara mendadak seperti itu ditambah sentuhan panas dibahuku.
Dia mengganggu seriusku dalam menonton film misteri, genre favoritku.
Benar benar no have akhlak.
Kalau film ya memang bohong semua . Namanya juga akting. Bodoh kali. Rutukku dalam hati.
" Ini nasi bungkus mu"
Tanganku mengambil remote dan mematikan tv. Lalu mencapai nasi bungkus dan beranjak mencari posisi yg enak untuk makan.
" Kok dimatikan. " Ujarnya.
Dia pun menyalakan tv kembali menyetel film India setelah mengeluarkan kepingan film misteri ku dari DVD.
Kan vangke. Orang lagi makan juga. Pikirku sembari membayangkan makan siang dengan suguhan film drama percintaan.
Aku membuka bungkusan nasi Padang yang masih hangat tersebut. Lauk ayam goreng sesuai request ku tadi. Dan berkuah gulai.
Sebenarnya aku kurang begitu suka dengan jenis masakan berkuah. Tapi karena tidak ada pilihan lain tak apalah. Ada ayam goreng sudah cukup.
Kebetulan bapak baru datang. Seperti biasa kesehariannya. Hanya memakai celana boxer selutut tanpa baju dan terlihat kotor habis bekerja dari kebun. Dibadannya menempel beberapa serpihan sampah. Lengket karena keringat.
Salah satu hal orang dulu. Kalau tidak bergerak untuk bekerja malah terasa badan itu tidak enak. Seperti mau meriang.
" Pak ayo makan "
( Out line story)
Seumur hidup aku mengingat kalau tidak pernah makan kongsi sama bapak kek gini.
Aku menarik nafas dalam sejenak saat bapak meraupkan nasi ditangannya. Dan makan dengan lahap.
Kupikir ini adalah kesempatan bagiku untuk dekat secara intens.
Kuelus pundaknya. Kurasakan itu seperti nyata.
" Pak"
Dia berhenti dan melihatku.
" Tidak apa kan pak aku dekat gini " lanjutku sambil menurunkan tangan mengusap punggungnya. "
Dia menyelesaikan kunyahannya.
"Ceritalah ada masalah apa "
Kembali aku bernafas dengan dalam.
" Bapak akan meninggal di bulan februari 2021"
Dia tertegun sejenak lalu melanjutkan aktifitas makannya.
"Jadi terputusnya rezeki itu" ujarnya dengan makna yg belum dapat kupahami seutuhnya.
" Tidak pak, kami sudah besar besar dan bisa mencari rezeki sendiri"
Dia mengangguk angguk beberapa kali. Menandakan dia paham dan tidak perlu khawatir meninggalkan anak anaknya.
" Setiap yang hidup pasti akan mati. Ikhlaslah. " ucapnya
Tanganku gemetar . Sekali waktu aku mengusap mataku yg berlinang.
Meninggalnya bapak memang pukulan terberat bagiku. Sangat berat sekali. Bahkan sampai 2 bulan aku kehilangan insting bertahan hidup. Sampailah kabar kelahiran kai yg membuatku berangsur pulih.
Melihat kai aku sadar. Inilah aku, sekarang akulah seorang bapak. Akulah yg diberi kepercayaan oleh yang maha kuasa. Memikul tanggung jawab yg besar.
( Back to story)
Seorang ibu muda berkerudung biru datang. Mungkin dia langganan jahit ibu.
Kebetulan bapak selesai makan. Aku melipat kertas bungkusan makan dan ibu sudah menyediakan minum .
" Pak. Saya minta maaf karena mengganggu makannya. Tapi kebetulan sekali pas saya kemari ada bapak. Soal dari kemaren saya kemari bapak sedang dinas. "
" Saya ingin menanyakan sesuatu . Apakah boleh ? " Sambungnya berbicara.
Bapak hanya mengangguk saja.
Ibu itu mengeluarkan secarik kertas. Membuka dan melihatnya dengan sungguh sungguh.
" Pak kenal dengan pak Polan (* forget ). Menurut catatan ini dia lahir ditahun 1914. "
Aku bergerak sesaat karena mendengar pernyataan itu. Adakah orang setua itu. Tanyaku dalam hati.
Bapak terlihat mengerutkan dahi mengingat sesuatu. Mungkin sudah terlalu lama sehingga dia harus membuka pintu ingatannya kembali.
" Dia pernah pergi untuk menjual tanahnya . Apakah bapak tau berapa sekiranya uang yg dia pegang " lanjut ibu muda itu.
Bapak terlihat memegang dahinya. Dia berusaha keras mengingat semuanya.
Ibu itu bertanya langsung kerna ini ada kaitan dengan bapak selaku orang dinas yg biasa dilapangan. Yg kebetulan saja pernah mengawal pak Polan yg dimaksud dimasa mudanya.
Pak Polan sudah dianggap meninggal sejak lama. Ketika dia punya uang itu dia hilang tanpa sebab.
Ibu itu terus saja mengoceh mencari jawaban kepada bapak dengan memberi pertanyaan sesuai petunjuk kertas yg dia baca.
Menurut gelagatnya dia seperti ingin meminta pertanggung jawaban kepada bapak.
"Sini kertasnya, biar aku yg mencari tau apa yg sebenarnya terjadi" Ujarku mendadak sembari menengadahkan tangan kanan kearah ibu.
Ibu itu bergerak sesaat karena ocehannya terputus. Dan lagi pula dia heran karena tau aku bisa berbicara lancar.
Aku hanya malas berbicara kepada orang lain kecuali bagian keluargaku. Karena bagiku itu tidak penting . Lain lagi jika ada kalimat yg tidak mengenakkan karena aku juga orangnya suka jujur apa adanya. Jadi aku harus tetap menjaga lisan. Tetapi orang lain disekitar akan menganggap ku bisu. Karena selalu membuat gerakan isyarat saja.
#Sesaat aku memegang kertas kusut itu. Satu sentakan sengatan listrik membuat pandanganku mengedar jauh.
Ada sekumpulan orang seperti tawuran membakar beberapa properti. Kerusuhan jalan dimana mana. Ini sebuah tragedi baru.
Beberapa kali aku mengedipkan mata untuk memastikan apakah ini waktu lama atau yg sekarang.
Pandangan ku berhenti melihat seseorang yang kukenal. Itu Air, orang yg pertama kali membawaku untuk join di sebuah organisasi.
Apakah kelompok Eagle membuat kerusuhan ini? Tanyaku dalam hati.
Dan apa hubungan demo ini dengan pak Polan.
#