3. STEMPEL

6 1 0
                                    

Sedikit ada rasa khawatir karena membiarkan kai sendirian diruang tamu. Jadi aku bergegas mengambil ponselku dikantong celana.

Perasaanku benar, memang tadi aku sempat mendengar ada suara langkah memasuki rumah.

Instingku berkata itu anak anak karena langsung saja masuk kerumah secara sembarang.

#
Ada dua orang anak sepasang dan yg kecil laki laki. Mereka semua berkulit coklat yang sedikit gelap.

Dari fisiknya aku menduga usia mereka sekitar 8 dan 10 tahun.

Mereka sedang memperhatikan kai main dengan barang masak masakannya.

Sesekali mereka tertawa karena kai merebut barang yg dia inginkan sedang dipegang.

Satu waktu kai menampol muka si anak laki itu. Karena dia tidak senang diganggu.

Aku berpikir itu biasalah anak anak.

Sembari mengecek notifikasi ponselku. Sudut mata menangkap gelagat lain anak laki itu.

Dia seperti membuka tutup cincinnya.

Karena dari tadi perasaanku khawatir aku mendekati kai yg asik bermain dan menemukan tanda lingkaran merah di lengannya.

Apakah...

Ku raih dan memperhatikan dengan seksama. Itu semacam luka yang bentuknya dengan pola teratur. Lingkaran merah dengan titik bulat kecil ditengah. Juga ada garis garis zig-zag yg tak lazim sebagai penghubung nya.

Luka...

Darahku naik melihat itu.

" Ini kenapa"

Anak laki laki itu masih ketawa tidak jelas. Sedangkan kakaknya tersenyum dan berkata " tadi adek nakal, jadi dibalas sama dia pakai cincin itu"

Aku melirik itu cincin seperti sebuah stempel dan benda biru seperti diamond. Sedangkan penutupnya dia jepit di jari manis.

Pandanganku kembali kearah kai.

Kenapa kai tidak menangis . Apakah dia tidak memiliki rasa sakit sama sekali.

Ini adalah kekhawatiran ku yg lebih banyak dari sekedar cincin busuk itu.

Secara perlahan aku merasakan sedikit nyeri dilengan. Luka akibat cincin di tubuh kai sudah berpindah kelenganku.

Aku menghempaskan nafas sejenak. Masih saja sumpah itu berlaku. Apapun beban kai akan bereaksi ke tubuhku.

Kuambil dan ku gendong kai lalu membawanya masuk kekamar. Saat ingin membawa mainan kai sekalian.

Anak laki itu dengan cekatan menempel dan menekan cincin stempel itu di tangan kai.

Darahku semakin naik. Dengan cara lembut apa aku harus membalas anak biadap ini.

Hampir saja aku khilaf memukul wajahnya dengan kuat biar dia pingsan. Tapi jiwa psikopat ku berkata itu terlalu mudah.

Tidak sebanding dengan apa yang dia perbuat.

Luka itu kini berpindah ke tanganku. Saat aku menempatkan kai di kamar nomor 2 beserta mainannya.

Tak sengaja mataku melihat jarum pentol terselip didinding kamar. Akupun tersenyum licik. Tunggu saja ya . Ujarku dalam hati.

Akupun duduk didepan anak laki itu.

" Si adek kemana ? Ujar anak laki kepada kakaknya.

" Dibawa kekamar, dia takut anaknya kena cincin. " Jawab si kakak dengan mudahnya tanpa kesopanan.

Kemudian si anak laki bergerak kedepan dan berusaha menempelkan cincin itu ketanganku.

Memang biadap sekali anak ini. Pikirku

Sekali tangkap, aku mendapatkan tangan kirinya dan meremas bagian itu dengan kuat.

Dari mana kalian dapat cincin ini" suaraku sedikit lebih membentak.

Mereka hanya tertawa mengejek.

Jarum yang kupegang tadi kugunakan seperti pena dan menggores beberapa kali di tangan si anak laki.

Darimana kalian dapat cincin ini " tanyaku sekali lagi.

Di toko simpang depan om. Sebelah bengkel. " Kakaknya yg menjawab.

Kupikir toko bangunan itu sudah lama tutup karena bangkrut. Ataukah mungkin aku yg baru bertempat dikampung ini makanya tidak tau situasi yang terbaru.

Baiklah sumber masalah ada disitu, aku akan mendatanginya besok. pikirku.

Melampiaskan hasil perbuatannya tadi kepada kai. Aku menggores habis seluruh permukaan tangannya dengan jarum . Hal itu meninggalkan luka baret yang cukup banyak.

Berlanjut ketangan sebelah. Dan sembari menekannya seperti membuat tato saja.

Lalu berdiri dan menarik paksa membuang nya keluar rumah.

Benar benar anak biadap mereka ini. Mereka tidak ada menangis sama sekali malah tertawa tidak jelas. Dan malah mengejekku dengan ucapan kalau aku sudah gila.

" Kalau kalian kemari lagi bawa bapak kalian ya" aku bersuara emosi.

Mereka terlihat berlari sambil tertawa kecil kegirangan.

#
Kembali kekamar dan menemui kai asyik bermain. Aku memutar sedikit rencana. Kepergian anak anak biadab tadi tentunya akan ada seseorang yg kemari.

Pintu depan memang sengaja kubiarkan terbuka.

Aku menghentakkan kaki dan melayang keatas menembus langit langit kamar. Mengintai memperhatikan kai. Kuayunkan bola energi sebagai kearah kai sebagai perisai. Tapi malah mental.

Ya sudahlah biarkan saja toh aku juga yang menanggung. Kuharap yg datang tidak brutal. Pikirku.

Tak berapa lama ada gerakan seseorang yg masuk. Terlihat dari bayangannya. Seseorang bertopeng kupluk seperti maling. Sehingga aku tidak jelas melihat wajahnya. Dia berdiri tepat didepan kai yg tidak peduli.

Aku berpikir ini bapak dua anak biadap tadi. Mau balas dendam dia.

Pria misterius itu memantau sejenak. Dan
melihat sekitar. Aku bersiap untuk serangan mendadak terutama dibagian wajahnya biar dia membuka topengnya sendiri.

Selang 1 menit berlalu dia tidak bertindak apapun. Aku sedikit khawatir tentang kai. Siapa tau saja dia menggunakan sajam dan mendadak menyerang kai.

Kalau itu terjadi. Aku akan menyiksanya.

Detik berikutnya. Dia berbalik dan cepat cepat pergi. Tetapi aku sempat memantau kalau ekor matanya melirik kearah tempat persembunyianku.

Sial.

Dapat kumengerti pasti itu sipembuat cincin.

Cepat cepat aku melompat turun hendak menangkapnya. Sampai diluar suasana hening.

Cepat sekali dia...
#

DREAM STORY 6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang