25. CACING

2 1 0
                                    

Ada waktu dimana aku mengingat masa ketika bersama bapak diladang.

Suasana yang begitu ku rindukan.

Ibarat kata daripada aku bekerja lebih baik aku menganggur. Dengan begitu setiap harinya aku bisa ikut bapak keladang. Haha.

Diladang dengan pikiran pasti bekerja keras. Dan panas panasan. Malahan seperti anak emas saja. Bapak malah menganggap ku bantuan sekedarnya saja jika dia benar benar membutuhkan tenaga extra.

" Sudahlah di gubuk saja. "

Atau .

"Bakar sampah saja ". Ujar nya menunjuki daun daun kelapa kering.

Suatu ketika aku berinisiatif untuk membantu bapak dan sepupu ku Wand. Mereka sedang mencabut bibit padi.

Kakiku terbenam didalam lumpur. Bapak berhenti sesaat melihatku. Tetapi dia melanjutkan kegiatannya ketika aku melakukan pekerjaan itu dengan senang hati.

Satu persatu aku cabut. Lumpurnya aku lepaskan. Lalu dicuci.

Wanda sebagai transport untuk pemindahan tempat bibit.

Sesekali bapak ikut membantu Wand.

#
Semakin waktu gerak kakiku semakin berat.

Apakah?

Mereka berdua semakin menjauh. Sedangkan jatah petakku belum juga selesai.

Gerakku terasa lambat.

Ketika aku mengangkat kaki kiriku dari kubangan lumpur. Aku melihat benda berwarna hitam melinggakir kakiku.

Kurasakan hal itu semakin kencang ketika menjauh dari lumpur.

Meneliti dari bentuknya itu adalah cacing besar.

Berpikir tidak berbahaya karena aku tidak merasakan darahku disedot. Tetapi gulungannya menjepit kuat dan bisa menghentikan peredaran darah.

Muncul secara cepat satu cacing lagi kini membelit di pahaku.

Lalu tak berapa lama muncul kembali yang sedikit lebih besar seperti tali pinggang menjepit perutku.

#
Aku diam ditempat merasakan kram pada bagian yang di lingkari cacing.

Roda energi berputar sebagai bentuk perlindungan diri. Aku akan membuat tubuh bara untuk membuat cacing² itu jatuh.

Dari kejauhan kulihat bapak bergegas bersama Wand untuk mendatangiku.

Jadi aku menghentikan roda energi. Ntah kenapa, aku merasa aman sekali jika ada bapak. Perasaan sebagai anak yang merasa terlindungi memang tidak ada bandingnya.

Wand menopang tubuhku dan bapak mengangkat kaki kiri ku.

Dia memperhatikan seksama.

Ada rasa heran . Tetapi ketika dia melirikku sejenak. Dia hanya menghela nafas saja.

Aku tersenyum sedikit. Sangat memahami perubahan raut wajahnya. Dia khawatir karena dia tau aku lahir seperti apa. Dan resiko apa.

Sebagian anak punya hal yg spesial saat dia lahir. Tentunya setiap kehadirannya memiliki aroma khas yang mengundang kehadiran makhluk² aneh.

Itu sebab pula yang menurut asumsiku bapak menjadikanku seperti anak mas.

#
Tadi aku perhatikan mereka tidak ada masalah apapun. Setelah aku membantu malah menimbulkan masalah yg merepotkan orang disekitar.

Jika ditanggapi secara negatif. Jangkauan kalimat di hati hanya " apakah hidupku spesial ini ".

Tetapi petuah bapak selalu menguatkan aku.

Jadilah aku didoktrin sejak dulu kalau apapun yg terjadi adalah berkah dari yang maha kuasa.

#
Bapak memberi kode sama Wand untuk memberikan korek apinya.

Dia mengibaskan tangan dan mengelapkan sekali ke baju nya agar tidak lembab.

Dia sedikit menopang kaki untuk berposisi lebih rendah.
Meraih kakiku. Memeriksa beberapa kali.

" Bagian ekor yg terlemah"
Ucapnya sekali melirikku dan mulai membakar apa temuannya.

Menurutku bapak adalah seorang yang hebat. Kenapa diluar rumah dia bisa tau apa saja ya?

Cacing dikaki menggeliat lalu melepaskan diri dan masuk ketanah.

Berlanjut kebetis.

Lalu berlanjut ke perut.

Wand membantu menaikkan bajuku.

Selepas itu semua bapak menitahkan untuk aku kembali ke gubuk.
#

DREAM STORY 6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang