Udara malam yang sejuk. Aromanya begitu segar untuk kuhirup.
Langkah demi langkah ku telusuri menuju ruang di bagian ujung gedung besar ini.
Sebelumnya aku mendapatkan kode meminta bantuan dari salah seorang teman penjagaan.
Sesekali aku berhenti ketika mataku dengan tajam melihat ada kabel besar yang berseliweran menghalangi jalan.
Ada 3 jalur kabel. Dan berbeda warna.
Aku menendangnya dengan keras karena bercampur jengkel.
Aku merutuk dalam hati ada saja gangguan disaat aku baru bermain magic chess.
Kabel itu terlepas ntah dari mana asal sambungannya. Lalu mental ke arah taman.
Dan listrik kembali pulih di sebagian gedung.
Maling pencuri listrik saja mereka tidak berguna mengatasinya. Rutukku dalam hati.
Aku berhenti sejenak melihat 2 temanku yang tua sudah terkapar.
Kupercepat langkah sambil merutuk dalam hati " benar benar tidak berguna "
Menendang dan menendang lagi.
Total 3 jalur kabel besar sudah kuatasi. Dan listrik di seluruh gedung kembali normal.
Aku memasuki ruang gudang di ujung gedung sebalah barat.
Terlihat salah satu temanku sedang bersandar pada dinding gedung . Dia seperti kehabisan nafas.
Kuhembuskan nafas panjang.
Bosan, gumamku pelan.
Sebuah kata yg meluncur begitu saja ketika aku harus memakai topeng kepura-puraan didalam satu organisasi.
Wajah kaku mencoba berusaha terlihat panik. Mungkin itu menjadi aneh jika ada yg melihatnya.
Aku setengah berlari menghampiri temanku. Dan mengalirkan sedikit energi agar dia netral kembali.
Aku berbisik. Tidak ada jalan keluar . Sepertinya kita akan keluar melalui ventilasi gedung.
Dia hanya mengangguk.
Aku merasakan kehadiran seseorang . Saat menoleh kebelakang sosok itu tertawa.
Hahaha , aku lupa kalau tempat ini di awasi oleh 4 anjing upahan.
Sudut bibirku melengkung. Kenapa aku harus marah menanggapi itu. Dia sendiri bagian dari perusahaan ini berkhianat. Apakah dia tak lebih dari anjing sampah.
Sudah jelas sekali tujuan dia seperti apa. Melumpuhkan pengawasan dan ingin mengeruk semua perakitan senjata digudang ini.
Penampilan sekitar 30 tahun. Aku benar tidak mengenal orang ini. Karena pekerja perakit disini tinggal didalam gedung dan tidak diizinkan keluar kecuali sesuatu hal yang sangat penting.
Lebih dari budak. Ujarku dalam hati saat mendengar cerita leader tim pak tua yang kebanyakan omong.
Dia menekan sebuah tombol. Dan menyebabkan ada tekanan daya magnetik yang kuat didalam gedung.
Hmm pantas saja 3 temanku ini lumpuh tak berdaya. Ini akibat terlalu mengandalkan power utama.
Padahal didalam organisasi juga diajarkan pertarungan fisik.
Aku mengabaikan hal itu. Meraih temanku. Lalu mencoba merayap naik melalui kait yang menempel didinding gedung untuk penempatan senjata. Juga beberapa box yang tersusun rapi.
Ketika sejajar dengan ventilasi. Aku menendangnya. Membuat jebol besar dibagian itu.
" Aku berlebihan " ujarku dalam hati yg kuakui aku tak sabar ingin sekali menghajar pengkhianat itu.
Temanku kulemparkan keluar setelah aku berbisik. Selamatkan teman tim diluar.
Kenapa aku tidak mencoba pintu dimana aku masuk tadi. Aku tidak yakin hal itu bisa kembali dibuka. Mengingat ketawa jeleknya yang keras pasti dia menyiapkan sesuatu untukku.
Aku melompat kembali tepat dihadapannya.
Expresinya sedikit heran. Kenapa aku tak terpengaruh dengan gaya Medan magnetiknya.
Dia tidak tau saja kalau Medan magnetik materi gelap yang hidup baginya ini hanya seujung jari. Bahkan aku sudah menyimpan sebagiannya di dalam roda energi.
Kalau tidak aku sudah pasti babak belur di hajar share.
" Untukmu aku berikan sesuatu penawaran. Joinlah aku akan membagi 2 . Dan kita menjadi partner. "
Aku mengabaikan itu dan bertindak mencabuti kabel kabel dia kotak biru dan hitam disisi kiriku.
Aku mencurigai itu sumber energi simpanan dia. Karena kabel diluar sudah kurusak tetapi dia masih punya energi Medan magnetik.
Apa yang kau lakukan. Ujarnya terbata.
Aku menyeringai.
Dia menodongkan pistol dan menembak tanpa peringatan.
Ini sudah kupikirkan sebaiknya di bahu dan perut Saja. Lumayan aku bisa mendapat cuti.
Mudah saja aku menghindari itu. Tetapi secara real nanti aku harus menjawab apa. Sedangkan 3 teman lain sudah keok.
Jadi aku sengaja bergerak sedikit untuk menempatkan peluru di bahu dan perut . Bagian yang tidak terlalu fatal.
Dia tertawa terbahak. Lalu mulai mendekat dan menodongkan pistol dikepalaku.
Aku berpura sakit nyeri dan memegangin perut. Tetapi tangan yang lain sudah menggapai pisau belati yang terjatuh di lantai ruang.
Tanpa basa basi lagi aku menancapkan pisau kepahanya. Dia berteriak kuat.
Lalu sekali lagi aku menancapkan pisau ke paha satunya lagi.
Dia terjatuh .Kakinya sudah tidak bisa di gunakan untuk berdiri.
"Bagaimana mungkin" . Ujarnya terheran melihat aku berdiri tanpa ada rasa apapun.
Aku menyeringai .
Lalu menancapkan pisau di bahu.
Sekali lagi...
Diperut.Tepat dimana aku menahan peluru tembakannya.
Disaat aku ingin menancapkan pisau kelehernya. Aku mendengar pintu ruang di dobrak dari luar.
Aku pun berpura dengan menjatuhkan diri tak jauh dari dia yang sudah diam duluan karena serangan pisau beruntun.
Suara suara ribut itu seperti nya berseru melihatku yang tertembak.
" Itu dia, cepat angkat. Dan bawa ke rumah sakit. "
Seketika aku membuka mata dan melepaskan diri dari gotongan 3 orang.
Tentu saja mereka heran.
" Aku tidak ada masalah . Aku bisa sendiri ke rumah sakit . Ujarku dingin.
#