15. KUBURAN

4 1 0
                                    

Hari hari belakangan ini cuaca sedang tidak baik. Langit seperti mengamuk menurunkan badai hampir disetiap harinya.

Untuk saat ini aku memaksakan diri harus menjemput ke pelabuhan.

Ada hal di mana aku harus memaksakan diri dari sekumpulan orang. Untuk terus maju yang berdesakan . Melewati tanah berlumpur di tepian jalan.

Ini termasuk tragedi tanah longsor dalam skala yang besar. Para petugas sulit menanganinya.

Karena berita dengan dampak terkuat aku harus berhati hati dengan menggiring motorku. Jalanan terlalu licin untuk terlalu dipaksakan . Bisa bisa aku terjatuh dan terhisap kedalam lumpur.

Aku berhenti sejenak melihat sekitar. Untuk memastikan apakah baik baik saja jika kembali melewati jalan ini.

Mataku melihat lembaran kertas uang didekatku berdiri.

Apa ini hari keberuntunganku. Jumlahnya 150ribu.

Senyuman simpul menyertai ku. Berpikir aku bisa belanja untuk kai nanti.

Dua orang pria melewati ku. Salah satunya kemudian merampas uang itu ditanganku.

"Ini uangku yg terjatuh tadi" ujarnya lurus saja tanpa merasa apapun.

Aku meraih ponsel disaku celana. Untuk memantau jam dan lokasi yg akan dituju.

Menjadi salah satu sifatku tidak suka keributan untuk masalah yang receh.

Siperampas mendengus lalu pergi karena aku mengacuhkannya. Menganggap tak ada orang lain didepanku.

Selepas dia pergi aku masih melihat peta.

Oh ternyata dekat.

Kaki jahil menggesek tangan lembab.

Dan mataku melihat koin.

Lagi dan lagi menggesek tanah lembab.

Ada banyak koin.

Aku merunduk untuk memastikan nilai koin tersebut.

100.
50 bergambar cendrawasih.
Juga nominal paling rendah. Dan ada koin sen . Juga ada yg tidak bernilai dengan simbol kerajaan.

Sebanyak ini. Tidak mungkin aku membawanya semua.

Aku mengambil beberapa keping saja. Dengan bermaksud berbagi untuk orang lain yg menemukan koin ini.

#
" Sudah semua?"

Istriku mengangguk.

Saat menunggu kapal bersandar aku menyempatkan diri untuk mencuci koin. Dan meletakkannya di wadah kanan matic.

Istriku naik keboncengan. Segera selepas aku menyelipkan koper di space depan matic. Kai berdiri ditengah .

Jadi sudah ku putuskan untuk mengambil jalan lain.

Mendengar rumor banyak orang, jalan yg kupilih adalah salah satu tempat angker. Dan juga akan melewati pemakaman tua. Posisinya dekat disisi kanan.

Menurut perhitungan waktu kami akan melewatinya saat Maghrib.

Aku sudah menjelaskan itu pada istri.

" Kita harus cari tempat duduk dulu untuk melanjutkannya. "

" Tak ada masalah. Kalau sudah capek dalam perjalanan. Sekalian saja istirahat dirumah. Nanti kalau berhenti malah mager"

Dia hanya mengangguk saja.

#
Jalan kecil dengan suasana remang . Sunyi tanpa ada sosok manusia lagi yang melintas. Karena tempat ini terkenal angker. Bukan hal itu yg aku takutkan. Tetapi manusia berjiwa setan yang lebih berbahaya bersembunyi di tempat sepi begini.

Aku hanya menghawatirkan apa yg sedang kubawa saat ini.

Kalau itu memang benar terjadi. Sekalian saja perampok jalanan itu aku kubur di pemakaman . Pasti tidak ada yang mencarinya.

#

" Ihhh takut " desis istriku dibelakang. Dia memeluk kai yang menurunkan badan untuk duduk.

Haha . Dasar penakut kedua orang ini. Candaku dalam hati.

" Ini sudah tahun berapa. Kok masih takut dengan kuburan"

" Pokoknya tetap takut " sambil menduselkan kepala kebahu kiri.

Aku menggelengkan kepala tanda merasa aneh dengan rasa takutnya.

Sambil mengendarai aku memantau lokasi kuburan itu. Memang terlihat tidak terawat. Apalagi dampak hujan badai beberapa hari ini . Makin terlihat dibeberapa bagian.

Pikiranku menjadi kilas balik ke lokasi longsor skala besar tadi pagi. Menurutku itu akan menjadi kuburan massal orang orang yg tertimbun. Para petugas saja tadi terlihat sudah pasrah untuk memperbaikinya.

#
Tak jauh dari lokasi kuburan aku melihat seseorang tua sedang duduk di bawah pohon beringin besar dalam keremangan sore.

Aku berhenti untuk menanyakan sesuatu.

" Assalamualaikum pak, mau tanya kalau jalur kejalan utama lewat mana ya "

Pak tua itu melirikku dari atas sampai bawah.

Dia diam lalu menunduk.

Aku menurunkan tongkat motor, lalu turun. Kai pun berbalik dan menutup wajahnya di dada istriku.

" Kenapa si bang kok berhenti "

" Bentar mau pasang rokok" ujarku sambil menggapai rokok di wadah depan matic sebelah kiri.

Sambil menghidupkan rokok, aku berhenti tepat didepan pak tua tanpa melihatnya. Secara cepat dan sengaja aku setengah berjongkok meraih pergelangan tangannya lalu meremas dengan kuncian kuat.

Dia terkesiap kaget sampai mendelik melihat ku sedang menyeringai.

Mukanya memang benar benar jelek. Sebagian dagingnya luruh menimbulkan bau busuk.

Tentu saja aku tidak akan tertipu dengan penampilan kamuflase gembel.

"Pertanyaan kedua tidak ada ucapan"

Aku menyeringai lebar seperti bukan manusia lagi.

Pak tua itu menggeleng ketakutan berusaha menggerakkan tangannya tetapi malah membuat bunyi krekk karena kuncian ku memang sungguh sungguh.

Dia memberikan kode tangan satunya . Membuat isyarat lurus lalu belok kekanan.

Aku melepaskan kuncian. Dan menyematkan rokok di sela giginya.

Karena bibirnya sudah rusak.

Sudut mataku menangkap beberapa bayangan lain diatas pohon bergerak menyembunyikan diri.

#
" Ngapain sih bang merokok dipohon itu. Sambil jalan kan bisa. Buruan udah gelap ini. "

" Kalau dijalan nanti kena kai"

" Lagian sambil lihat petunjuk jalan di pohon itu. " Sambungku.

" Hah. Memang ada " dia merasa aneh tak percaya.

" Ya adalah. Iya kan kai." Ujarku mulai menyalakan mesin matic untuk melanjutkan perjalanan.

Kai berbalik kembali dan menduselkan wajahnya dipunggungku.
#

 #

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DREAM STORY 6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang