Hampir menjelang sore. Situasi tampak semakin gelap. Dan keadaan kami yg terpojok. Benar benar lingkungan tidak bersahabat.
Satu persatu gelas keramik maupun kaca melayang tiada henti. Kami berlima hanya bisa menangkis dengan tangan dan melindungi kepala.
Kepala regu meminta agar kami jangan membalas. Cukup bertahan untuk mencari hati para warga yang mengamuk.
Kami terpojok ke ujung bangunan ruko. Sesekali satu persatu gelas dilemparkan.
Hal ini membuatku tidak tahan. Satu gelas aku tepiskan hingga pecah. Lalu aku membuat gerakan tinju kearah pemuda pelempar gelas.
Kepala regu menarik bahuku sampai dia memelukku erat.
" Bersabarlah, kita diperintahkan untuk mengecoh mereka. " Bisiknya.
Para pelempar melihat aksiku mereka mundur ketakutan dan bersembunyi kedalam ruko yg terbuka.
Mendadak powerku mendeteksi sesuatu yg tidak biasa.
Seketika aku melemparkan jiwa. Menembus bumi. Meluncur secara cepat menuju titik lokasi yg kudeteksi.
Aku membayangi dinding dan melihat seseorang wanita berambut panjang masuk kedalam sebuah ruko.
Dia sedang membeli sesuatu. Dan seorang lelaki yg kurasa aku tidak bisa melihatnya. Itu samar." Orang dua ini kompornya. " Ujarku dalam hati.
Ada satu getaran di jantungku.
Aku melirik kearah tubuhku seperti sedang melamun di jejeran bangunan ke 4.
Kepala regu sedang membuat kejutan listrik pada dua jarinya menempel didadaku.
"Baiklah aku sudah tau siapa orangnya. Satu saja cukup untuk mengintimidasi nya nanti. " Aku berbicara sendiri dikepala lalu kembali ke tubuhku.
" Sudah aku bilang jangan main sendiri. Ujarnya. Kita balik dulu untuk menyusun rencana. "
Aku hanya mengangguk saja . Sama sekali tidak bisa bergerak bebas. Sampai aku bertanya. Tidak bisakah dia melepaskan pelukannya.
Pasrah. Kepala regu membawaku dengan menyeret dengan pelukan kunciannya. Seolah aku hewan liar.
Bodoh sekali perbuatannya. Membuatku kesal sendiri karena terlalu percaya.
#
Di kegelapan malam aku terus berlari mengejar 2 orang itu.
"Hei , tunggu aku. Teriak kepala regu.
Aku menghentak kaki dan melayang . Meluncur bebas diudara. Tanpa peduli dengan kepala regu. Dia hanya menghambat pergerakan ku saja.
Mata menjadi pandangan elang melihat cewek DPO kami dan partnernya berpencar. Si cewek kekanan dan si cowok kekiri.
Lari mereka cukup cepat. Aku sudah mendeteksi sebelumnya si cewek ini memiliki power walaupun kecil untuk hal biasa dia cukup merepotkan.
Sedangkan sicowok belum bisa aku prediksikan.
Aku mengirim pesan hati kepada kepala regu. Tangkap yg laki dia kearah kiri . Aku akan menghabisi temannya.
Dari kejauhan terlihat kepala tim hanya mengacungkan jempol.
Dia mulai megekspos powernya. Dengan kecepatan petir berusaha mencapai tujuan.
"Dasar bodoh. Kenapa tidak dari tadi. Rutukku dalam hati.
" Aku bisa mendengarnya.
Sial. Aku lupa menonaktifkan gelombang pesan hati.
Ini sudah memasuki kawasan hutan bukit aladdin.