|Star|

31 2 0
                                    

Happy Reading✨

Disinilah Tara, menghabiskan waktunya sehabis pulang ekskul dengan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Lelah, sebaiknya ia mandi dan bebersih dulu sebelum udara malam makin dingin.

Saat selesai, Tara dikejutkan oleh sosok Mbok Sum yang sudah  berdiri tepat di depan pintu kamarnya.

"Astaga mbok, ngagetin aja!"

Mbok Sum tersenyum halus "Maaf non, ditunggu pacarnya di bawah"

"Mbok, saya gaada pacar"

"Bukannya non pacaran sama Mas Regal ya?"

Tara terkekeh kecil "Rigel mbok, Rigel"

"Nah itu, tadi Mas Rigel juga bilang katanya nyari pacarnya kok"

Tara hanya menggeleng kepala takjub. Apa apa saja yang sudah dikatakan Rigel pada Mbok Sum ini? Daripada terus diledek oleh mbok, Tara memutuskan untuk turun dan menemui sang pelaku huru hara ini.

Tepat dua tangga sebelum menginjak lantai, Tara dapat melihat sosok Rigel disana. Ada urusan apa dia kesini?

"Rigel?"

Rigel menoleh lalu mengangguk singkat "Yo! Gue bawa martabak"

Tara menerima bungkusan yang disodorkan padanya. Memang benar itu martabak, namun apakah hanya untuk sebuah martabak Rigel kesini?

"Gausah bingung, gue mau ketemu"

Tara menyerit "Buat?"

"Sejak kapan kangen ada alasannya?"

"Ada"

"Di kamus gue, kangen sama lo ga perlu alasan. Apapun itu, asal tentang lo bakal selalu buat gue kangen"

Lihat pipi Tara jadi memerah. Sejak kapan Rigel berbicara manis seperti itu? Lebih baik Tara mengambil jamuan dulu, daripada ia harus diledek oleh Rigel. Huh, manusia satu ini memang tidak ada habisnya untuk masuk dalam setiap momen hidup Tara.

Akhirnya Tara kembali dengan dua gelas teh dan sepiring martabak tadi.

"Rigel yakin kesini cuma kangen?"

Rigel tersenyum jahil "Kenapa? Emang lo ga kangen gue?"

"Eh?"

"Hm? Lo ga kangen gue, Tar?"Rigel menaikturunkan alisnya menjahili Tara.

Tara membuang muka "Apasih Rigel, kenapa tanya tanya gitu?!"

"Jadi kamu ga kangen aku?"

Pipi Tara lagi lagi memanas, pasti sudah merah. Sial,memang sial Rigel ini. Rencananya ia akan memarahi Rigel karena mengaku aku sebagai pacarnya, musnah begitu saja.

Beruntung dering ponsel nya memecah suasana mereka berdua. Tara buru buru mengangkat dan tertera nama Arche disana.

"Tar.."

Dapat Tara dengar suara sendu Arche di ujung sana. Tara tau bahwa Arche tidak baik baik saja.

"Arche? Kenapa? Kok kaya nangis?"

"Mina, Tar.."

Tara tampak sedikit panik, apa yang sebenarnya terjadi di sana?

"Mina kenapa?"

"Dia masuk rumah sakit, sekarang lagi di rawat"

"Kok bisa?" Tara berusaha untuk tetap tenang, bagaimanapun sahabatnya ada disana.

Namun Arche tidak menjawab. Entah, mungkin sebenarnya dia tidak tau mau menjawab apa pada Tara.

"Kamu bisa kesini sama Rigel?"

Tara mengangguk "Bisa Arche, habis ini-

"Ada sesuatu yang mau aku bicarain"

*****
Dari kejauhan Tara dan Rigel dapat melihat Arche yang tertunduk lemas di bangku rumah sakit. Dari yang dapat Tara lihat Arche tampak terpuruk saat mengetahui bahwa dokter belum juga keluar dari kamar inap Mina.

"Arche?"

Arche, lelaki itu mendongak dan menatap Tara maupun Rigel bergantian "Tar.. Mina kenapa ya sebenernya?"

"Mungkin Mina kecapekan aja Arche, kita berdoa ya untuk kesembuhan Mina"

Rigel dan Tara pun duduk di samping Arche, berusaha memberi kekuatan pada lelaki itu.

"Tar, ada yang mau aku omongin"

Tara tersenyum "Apa itu, Arche?"

"Ga disini, di taman aja..

Lo juga Gel, ikut"

Saat menuju taman, tidak ada percakapan antara ketiganya. Udara malam yang dingin, seolah mendukung suasana kali ini. Perasaan Tara jujur saja tidak tenang. Apa yang akan dibicarakan Arche padanya dan Rigel?

Hingga sampailah mereka di taman dan duduk di salah satu bangku disana.

"Tar.. Gel.."

"Kenapa Arche?"

Arche menghembuskan nafas perlahan "Aku tau Tar, akhir akhir ini kondisi Mina kurang baik, dan aku curiga kalau ada apa apa"

"Akhirnya sampe hari ini, aku bawa Mina ke rumah sakit karena tadi dia pingsan di sekolah"

"Mina pingsan?!"pekik Tara tak tertahan setelah mendengar hal itu.

Arche mengangguk "Iya Tar, dan setelah aku bawa dia ke rumah sakit, aku nunggu hasil tapi dokter ga keluar keluar daritadi"

"Untung, aku sempet denger suara dokter dari luar ruangan, samar samar, tapi aku tau aku ga salah denger"

Dapat Tara simpulkan, itu bukanlah sesuatu yang baik bagi Arche. Mata lelaki itu memanas, suaranya bergetar. Semoga ini tidak seperti yang Astara pikirkan selama ini. Rasa takut menguasai dirinya.

"Kata dokter, penyakit Mina tambah parah"

Tara menutup mulutnya kaget, bercampur sedih tentu saja. Hingga ia lupa bahwa dia sedang berada di depan Arche sekarang.

"Mina pasti sembuh kok, ga mungkin tambah parah kan penyakit Mina, dia masih bisa hidup lama-"

Arche menatap datar ke arah Tara sekarang, membuat gadis itu terdiam "Tar? Aku bahkan belum bilang itu bener atau engga, kenapa reaksi kamu jauh lebih dari pada aku?...

Seolah tau kalo umur Mina ga akan lama?"

Seketika atmosfer di antara ketiganya memanas. Mereka saling berpandangan satu sama lain. Dengan Arche memandang mereka datar, menusuk hingga berdampak pada hati Tara. Sakit, itulah yang dirasakan Tara.

"JAWAB!"

-----------------------

Hewoo readers semuaaa..
Rasanya kaya nge PHP kalian teruss
Aku minta maaf ya..
Aku berharap kalian masih mau baca...
Kalau mau share cerita boleh bangett yaaa

Jangan lupa untuk tinggalin jejak dengan vote and komen ya
Thank you all ❤️-matcha gurl 🍵




Frienzone-My Little FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang