Chapter 2

4.9K 508 10
                                    

Selamat Membaca..!!!


























"Jadi bagaimana rencana mu selanjutnya??" Tanya bambam yang sudah fresh dengan matanya. "Rencana nya aku mau buat gedung ini 3 lantai, untuk lantai dasar, kita bisa buka cafe, atau tempat senyaman mungkin untuk mereka menunggu antrian, dari situ kita juga bisa mendapat keuntungan bukan.."

"Cerdas.." potong jisoo mengangkat jempol nya ke arah Lisa.

"Lantai 2 itu baru kita buat ruang kerja kita masing-masing, mungkin ada beberapa ruangan lain juga untuk menyimpan stok alat dan bahan kita.." sambung Lisa menjelaskan kedua manusia di depan hanya manggut-manggut saja menanggapi nya.

"Dan lantai 3 kita bisa buat ruangan kita atau bisa di jadikan ruangan pribadi kita, buat istirahat atau tidur. Seperti ini kayak gini nih, udah larut bsnget, jadi bagusnya nginap di studio saja.." jelas Lisa kembali membuat mereka mengangguk mengangkat jempol nya.

"Yaudah Karena udah selesai juga, aku mau pulang, pelanggan besok kau yang tangani yah, aku mau tidur lebih lama besok.." ucap Lisa berdiri dan keluar dari studio. Sementara jisoo sudah berdiri di samping nya, dan bambam sedang mengunci pintu studio.

"Aku duluan yah lis,.." ucap jisoo melambai dan berlalu menggunakan sepeda motornya. Bambam dan Lisa berjalan beriringan, Lisa memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaket nya, sementara bambam tengah mengisap rokok untuk menghangatkan tenggorokan nya.

"Rokok???"

"Gak deh, udah cukup banyak hari ini aku isep nya.." bambam manggut semakin menghisap rokok dan membuat bara api semakin menyala, lalu di hembuskan nya keluar, dan mengepul di udara.

"Siapa yang buat janji untuk besok bam??" Bambam menoleh menghabiskan sisa rokok yang tinggal sedikit, lalu membuang puntung nya ke tempat sampah yang mereka lewati.

"Pesan masuk di ponselku, dia bilang aktris nya mah booking buat 1 hari, karena kau tau kan artis itu tak suka jika ramai apalagi menunggu seperti ini untuk hal yang menurut mereka sangat kecil. Tapi kita gak tau juga sih sifatnya kayak mana, tapi sepertinya iya, karena mereka booking untuk 1 hari.."

"Nama artisnya siapa maksud ku.." bambam cengengesan lalu melihat ponselnya. Mereka sudah sampai di apartemen, lisa menempel kan ponsel pintar nya dan pintu terbuka. Lisa juga yang membuat kunci pintar itu. Dan kunci nya hanya ada sama bambam dan dirinya sendiri.

"Artis papan atas Lis, yakin gak mau datang besok?? Lumayan loh, apalagi kalau buat tattoo nya di dada, atau di bawah pusar, beuhh kenyang mata aku nih.." bambam membayangkan nya saja membuat adik jagoan nya perlahan mengeras

"Gak deh, udah bosen liat begituan, apalagi yang kecil, kalau gede sih boleh, belum pernah aku lihat payudara gede di negara ini, semua yang buat tattoo di bawa rata-rata.." bambam mencebik kan bibirnya, masuk ke kamar lebih dulu, kamar mereka berdampingan, ruangan yang tidak besar tidak juga kecil, ada ruang tamu + ruang keluarga, 2 kamar masing-masing ada kamar mandinya, ada dapur + toilet untuk tamu, dan balkon bagian belakang, apartemen Minimalis yang mereka pilih, karena jika yang wah pasti membersihkan kan akan sangat repot, jika tidak memiliki asisten rumah tangga. Kalau untuk ruangan seperti ini, mereka bisa melakukan nya sendiri tanpa bantuan orang lain bukan.

"Lis mau makan gak??"

"Gak deh, pesen cemilan aja, temenin aku di ruang tamu 20 menit lagi.." ucap Lisa membersihkan diri, lalu menyambar laptop dan membawa nya ke ruang tamu. Sembari menunggu bambam, Lisa membuat teh hangat untuk menemani mereka bekerja.

The Girl, I Want Her (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang