Chapter 14

3.9K 410 12
                                    

Selamat Membaca..!!!






























"What?? Serius Lis?? Jadi mobil di bawah tadi beneran buat kita?? Ah aku mau yang biru.." ucap jisoo antusias. Melihat kunci mobil dengan merek yang sama.

"Beneran Lis..?? Itu Porche loh, gak main-main harganya, harusnya satu aja, biar kita gantian, kita harus irit, pembangunan sedang berjalan.." ucap Wendi sungkan dengan kebaikan Lisa. Mereka bisa seperti sekarang karena Lisa.

"Gak, ini sebagai hadiah aja buat kalian, jangan pikirkan uangnya, pikirkan bagaimana biar kita dapat pelanggan yang banyak sebelum L'Studio selesai,.." ucap Lisa tersenyum hangat

"Bener tuh, soal uang, gak perlu ragu begitu, Lisa punya pekerjaan sampingan selain pembuat tattoo, jadi kalau butuh apa-apa kalian. Jangan sungkan untuk bilang Ke aku atau ke Lisa sama aja.." ucap bambam sementara lisa mengangguk setuju.

"Bener tuh, jangan sungkan, kalian seperti saudara ku sendiri. Sama kayak bambam. Kalian boleh ngomong atau mau di bantu apapun, selagi aku bisa dan juga aku ada. Aku bantu kok.." mereka mengangguk terharu, mereka dari keluarga sederhana, dan di angkat derajatnya sama Lisa. Bahkan mereka mendapat hadiah rumah walau tidak besar tapi mereka bersyukur tidak harus memikirkan biaya lagi.

"Kau terlalu baik Lisa, bagaimana aku membalas kebaikan mu.." ucap jisoo dan Wendi mengangguk setuju.

"Kita bekerja keras. Kita bangun bisnis bersama, beberapa bisnis mungkin, tapi setelah L'Studio benar-benar rampung, baru kita memikirkan bisnis apa selanjutnya yang akan kita bangun bersama.."

"Dengan senang hati Lisa, kami akan bekerja keras membuat bisnis mu berkembang pesat..."

"Gak.. Wen, bukan Bisnisku, tapi bisnis kita bersama.." ucap Lisa tersenyum. Jisoo dan Wendi kompak memeluk Lisa, mereka menangis terharu dengan kebaikan Lisa terhadap mereka.

"Udah meweknya, ingat kalian berdua ada pelanggan yah, jangan sampai kita dapat teguran atau apapun itu, nama L'Studio harus bersih dari komen tak mengenakkan.." tegur bambam. Mereka mengangguk melepas pelukannya nya.

"Lis, mobil biru mana kuncinya??" tanya jisoo melihat 3 kunci di atas meja.

"Ini biru, ini hitam, yang ini merah.." ucap Lisa, jisoo mengambil kunci mobil biru, lalu Wendi mengambil mobil hitam, dan tentu yang terakhir milik bambam, warna merah.

"Okey, kami duluan yah,.." jisoo berlalu bersama wendi, meninggalkan bambam dan Lisa.

"Koruptor mana lagi yang jadi sasaran mu??" Tanya bambam melirik Lisa.

"Yang kemarin sih, kalau di pikir-pikir, aku ngambilnya terlalu sedikit, kemarin malam aku habiskan setengah dari yang dia ambil. Sisa nya masih ada, bagaimana kalau kita bagi-bagi sama orang-orang yang jualan di pasar??" Tawar Lisa mendapat ide.

"Bagus tuh, yaudah habis makan siang aja.." ucap bambam setuju.

"Memang harus di bagi sih, uang rakyat harus kembali ke rakyat, walaupun gak semua, tapi setidaknya mereka dapat. Walaupun melalui kita.." ucap Lisa melihat jam di dinding.

"Aku lapar bam, pesan makan dong.." ucap Lisa yang mendapat jempolan dari bambam.

Selang 15 menit, makanan mereka datang, kini mereka makan, dengan sedikit berbincang, membahas kemana kiranya mereka akan membagi rezeki hari ini.

"Bam, coba lihat panti asuhan mana yang akan kita datangi hari ini.."

"Ikut aja sama aku, akan aku antarkan kamu ke sana, aku udah cari beberapa tempat.." Lisa mengangguk menyelesaikan makannya.

The Girl, I Want Her (Jenlisa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang