06

46.8K 4.5K 480
                                    

Selamat membaca.

●●●

"Kalau memang itu mau mu, Mas ... mari kita bercerai. Aku juga sudah sangat lelah dengan pernikahan kita. Berjuang sendiri sangat berat, Mas, disaat kamu bahkan tidak pernah melihat ke arahku."

Romero bergeming akhirnya mendengar Kinanti menyetujui perceraian mereka. Padahal ia masih sangat ingin mendengar Kinanti memohon padanya agar tidak diceraikan.

Bukan kah Selama ini wanita itu mencintainya? Tapi kenapa dengan mudah setuju bercerai dengannya? Ia merasa sangat kesal dan menarik tangan Kinanti agar berdiri tepat di depannya. Menguncinya dalam pelukan erat.

Karena rasanya kesalnya itu ia mencium Kinanti dengan sangat tergesa-gesa. Bahkan ia langsung menjatuhkan tubuh mereka di atas ranjang.

Kinanti yang berada di bawah Romero menjadi sesak karena berat badan tubuh Romero sepenuhnya berada di atas tubuhnya. Tubuh keduanya benar-benar menempel tanpa jarak.

"Apa yang kamu lakukan, Mas!" hardik Kinanti saat ciuman Romero terlepas.

"Menciummu."

"Kurang ajar! Harusnya kita tidak melakukan ini!"

"Kenapa tidak?"

"Karena kita akan bercerai, Mas!"

Jika tadi Kinanti menangis dan memohon pada Romero. Kini, ia benar-benar marah atas tindakan Romero.

"Minggir dari atas tubuhku, Bajingan!" Kinanti mencoba mencoba menyingkirkan tubuh besar Romero di atas tubuhnya tapi gagal, lantaran pria itu mengunci kedua tangannya di atas kepala.

"Kenapa kamu memanggilku 'Bajingan' Kinan? Kamu sangat tidak sopan pada suamimu," tegur Romero menatap tajam Kinanti.

"Lalu bagaimana dengan kamu, Mas? Memanggil aku 'Sialan' dan 'Wanita sampah'?" Kinanti menatap tajam Romero, tapi airmatanya kembali luruh.

"Berhentilah menangis, Kinan! Kamu bahkan bukan anak kecil yang menangis terus."

Kinanti memberontak di bawah tubuh Romero. Mencoba melepas kedua tangannya yang di pegang erat di atas kepalanya. "Aku menangis karena kamu, Mas. Ini semua karenamu! Dasar Bajingan! Brengsek!"

Kesal dengan Kinanti yang mengatainya dengan kasar, Romero kembali mencium bibir wanita itu dengan tergesa-gesa.

Kinanti terus memberontak hingga tanpa sengaja, kuku panjangnya patah dan melukai tangan Romero.

"Berhenti memberontak, Kinan. Jika kamu mau aku ikat?"

"Kamu benar-benar bajingan yang paling brengsek, Mas."

"Berhenti mengataiku seperti itu, Kinan! Kita bahkan belum bercerai tapi mulutmu sangat kasar."

Romero tidak menunggu jawaban Kinanti karena ia kembali membungkan Kinanti dengan ciumannya. Kinanti hanya pasrah di bawah tubuh Romero. Memberontak juga sangat percuma karena kekuatan Romero lebih besar dibanding dirinya.

"Layani aku untuk terakhir kalinya."

■■■

Setelah pemaksaan Romero untuk menyentuhnya. Kinanti mendadak jadi pendiam saat di rumah. Ia sangat marah dan kecewa pada suaminya itu. Ralat, mantan calon suaminya.

Setelah menjatuhkan talak padanya, seharusnya Romero tak menyentuhnya lagi apalagi dengan pemaksaan. Ia benar-benar sangat marah dengan pria itu hingga tak mau tidur satu kamarnya. Kinanti lebih memilih tidur di kamar si kembar, terkadang di ranjang Alvaro atau Laura.

Forgive Me, Mom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang