"Mama, aku sama Bang Varo saudara kandung kan?" tanya Asa tiba-tiba membuat Kinanti menatap anaknya itu.
"Kenapa nanya begitu, Dek? Tentu saja kalian semua saudara kandung." Kinanti membelai rambut Asa yang sangat lembut.
"Terus kenapa Bang Varo punya papa, aku sama Amar dan Zam nggak punya?" tanya Asa sambil menunduk memainkan jari-jari tangannya yang kecil.
"Bang Varo punya papa, sedangkan kalian punya daddy." Hanya itu yang bisa Kinanti ucapkan. Sama seperti jawaban Alvaro ketika si kembar bertanya.
"Tapi Daddy bukan papa kami, Ma. Terus papa aku sebenarnya siapa? Masa aku, Amar, dan Zam nggak punya papa sih."
Melihat mata anaknya berkaca-kaca membuat Kinanti menarik dengan lembut agar Asa duduk di pangkuannya. "Sini Mama kasi tau."
Anak berusia lima tahun itu cukup bingung siapa papa mereka, karena pria yang dipanggil 'daddy' olehnya dan kembarannya hanya teman dari mama mereka yang sudah menganggapnya sebagai anaknya sendiri. Sedangkan abang mereka punya papa yang sesungguhnya.
Asa cerdas dan peka di sekitarnya. Ia sering ingin menanyakan ke mana papa mereka dan kenapa abang mereka mempunyai papa sedangkan mereka tidak. Tapi, karena ada Zayn yang selalu bermain bersama mereka ia melupakan itu semua.
Abang mereka juga punya kembaran sama sepertinya dengan Amar dan Zam, itu artinya kembaran dari abangnya adalah saudaranya juga. Tapi tak pernah sekalipun mereka bertemu dengan kembaran abangnya, mereka hanya melihat fotonya di ponsel Alvaro.
"Sebenarnya ... papa Bang Varo papa kalian juga," kata Kinanti pelan.
"Papa nggak sayang sama kami, ya, Ma? Papa cuma sayang sama Bang Varo. Soalnya kalo papa nelpon, ngomongnya sama Bang Varo terus. Nggak pernah nyariin aku sama kembaranku."
Kinanti bingung ingin mengatakan apa. Masa ia harus mengatakan bahwa papa mereka tidak tahu bahwa mereka bertiga ada di dunia ini lantaran ia tidak memberitahukan perihal kehamilannya pada papa mereka, mantan suaminya. Ia juga baru tahu bahwa ia hamil setelah resmi bercerai dan sudah berada di Jogja.
Bukan tanpa alasan ia tidak ingin memberitahukan kehamilannya pada Romero si Berengsek, hanya aja ia ingin menjadi egois dan merawat baby triplet seorang diri tanpa bantuan pria itu. Bahwa baby triplet adalah anaknya seorang diri, bukan anak Romero. Romero hanya menyumbang sperma padanya saja.
Tapi, jika sudah seperti ini ia tidak bisa berbuat apa-apa. Si kembar cerdas yang satu ini menanyakan siapa papa mereka sebenarnya, walaupun sudah ada 'daddy Zayn' mereka, tapi Asa tetap saja ingin mengetahui siapa papa mereka. Karena baby triplet dan Alvaro saudara kandung tapi papa mereka berbeda. Itu yang membuat Asa bingung, walaupun ia tidak terlalu mempermasalahkan siapa papa kandungnya selagi ada 'daddy Zayn' yang selalu mengajaknya bermain, tapi ia hanya penasaran dan ingin melihat sosoknya seperti apa.
"Sekarang mau nelpon papa nggak? Papa kalian pasti kengen banget sama kamu, Amar, sama Zam. Percaya sama mama, papa Romero sayang banget sama kalian."
"Mama boong."
Kinanti menghapus airmata yang mengalir di pipi chubby Asa. "Mama nggak boong, Sayang. Kalo mama boong kamu bebas minta apa aja sama mama. Lagian nggak baik boong loh, ntar dosa."
"Janji, ya, Ma?"
"Mama janji, Sayang. Cium dulu dong kalo gitu." Kinanti memejamkan matanya sambil tersenyum lebar. Menyambut anak bungsungnya itu menciumnya.
Asa mengecup kedua pipi mamanya dan juga bibirnya. Kemudian ia memeluknya dengan tangan kecilnya. Kinanti membalas pelukan Asa sesekali mengecup kepala anak bungsunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...