Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan koment.
Follow ig : justkinaaaaa (link di bio) ntar aku follback.○●○●
"Papanya Bang Varo, dateng!"
Amar berseru dan mendekati pria dewasa itu dan mengambil tangannya tanpa permisi dan menciumnya dengan sopan.
Mendapat perlakuan mendadak itu membuat kedua kaki Romero lemas dan akan terjatuh jika tidak berpegangan dengan meja. Ia yang tadinya berdiri dengan angkuh, kini menjadi lemas.
"Wah ... Om, dateng! Padahal kemarin kita baru aja ngobrol di HP Bang Varo," ujar Zam antusias.
Mendengar Zam yang memanggilnya 'om' membuat hati Romero tercabik-cabik. Tapi, ia harus memaklumi lantaran mereka bertiga belum mengetahui siapa ia sebenarnya di hidup mereka.
Asa hanya diam menatap tanpa ekspresi sosok yang ia ketahui dari sang mama adalah papa kandungnya. Wajah sang papa memang sangat mirip dengan abang tertuanya, juga merip dengannya dan kedua kembarannya.
Entah kenapa ia menjadi tidak antusias saat melihat langsung sang papa berdiri di depannya. Padahal kemarin ia sangat antusias ingin melihat sang papa dan mengobrol dengannya di ponsel. Asa justru memeluk leher jenjang Zayn dan menyembunyikan wajahnya di sana.
Romero menatap satu persatu-satu ketiga anak kembarnya.
Yang berada di gendongan sebelah kanan pria yang dipanggil 'daddy' oleh ketiga anaknya adalah Zam lantaran baru saja anak laki-laki itu mengatakan bahwa kemarin mereka mengobrol di ponsel Alvaro.
Untuk kedua anaknya ia tidak bisa menebak lagi karena ia dibuat tidak bisa berpikir dengan salah satu anaknya yang menyalimi tangannya dengan sopan dan terganggu dengan panggilan Zam. Terlebih dengan anaknya yang satu lagi—Asa—yang berada di gendongan sebelah kiri pria tinggi itu yang menatapnya tanpa ekspresi kemudian menyembunyikan wajahnya di ceruk leher pria yang menggendongnya.
"Turun dulu, yuk. Kenalan sama papanya Bang Varo," ujar Zayn menurunkan Asa dan Zam. Tapi Asa justru menggeleng dan memeluk erat leher Zayn.
"Mau ke kamar aja, Dad. Aku masih pusing," ucap Asa pelan tapi masih bisa di dengar oleh Romero.
Mendengar itu mendadak Romero khawatir dan mendekati anaknya ntah Amar atau Asa yang berada di gendongan pria tinggi itu. "Kamu sakit, Sayang? Mau ke rumah sakit?" Refleks Romero bertanya seperti itu saking khawatirnya.
Amar dan Zam tertawa mendengar ucapan 'papa' dari abang mereka. "Asa takut disuntik, Om," celetuk Amar yang ikut memanggil Romero 'om' seperti yang dilakukan oleh Zam.
Romero harus bersabar dan menahan rasa sakit di hatinya karena kedua anaknya memanggilnya 'om'. Mungkin, Asa juga akan ikut memanggilnya 'om' seperti yang dilakukan kedua saudaranya.
"Asa juga nggak mau minum obat, Om," lanjut Zam.
Asa hanya diam tidak mengubris ledekan kedua kembarannya. Menurutnya itu hal yang sangat wajar karena umurnya baru lima tahun, walaupun kedua kembarannya tidak takut disuntik dan anteng saat minum obat.
"Sini biar saya gendong anak sa ...."
Dengan cepat Zayn menyela ucapan Romero. "Tidak usah. Saya permisi dulu."
Saat Zayn hendak masuk ke dalam kamar baby triplet, ia bertemu dengan Kinanti dan juga kembaran Alvaro yang pernah ia lihat di ponsel Alvaro.
"Zayn! Ngapain kamu di sini?" tanya Kinanti. Saat ia ingin mengambil alih Asa yang berada di gendongan pria itu, anaknya menolak dan memeluk erat leher Zayn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...