Selamat membaca.
Jangan lupa voment. Tandai yang typo ya."Ada yang bisa saya bantu?" tanya Romero saat melihat ada lima seorang reserse yang kini duduk tenang di ruang tamunya.
"Maaf mengganggung waktunya, Pak Romero. Kami di sini hanya menjalankan tugas kami. Benar kalo Adinda Laura anak Pak Romero?" tanya salah reserse tersebut. Jangan ditanya kenapa reserse tersebut mengetahui nama Romero, itu karena reputasi yang dimiliki Romero sangat besar.
"Iya, ada apa?"
"Boleh dipanggil anaknya dulu, Pak? Ada beberapa hal yang akan kami tanyakan pada Adinda Laura."
Romero yang masih berdiri melipat tangannya di dada dan menatap satu persatu reserse tersebut. "Untuk apa kalian mau menanyai anak saya? Dia tidak pernah terlibat krimal atau semacamnya. Tanyakan saja pada saya."
"Ini lebih dari kriminal, Pak Romero. Apa Bapak juga mengenal wanita bernama Sarah?"
Romero menatap tajam reserse yang juga menyebut nama Sarah. Ok, ia mulai bingung dengan situasi ini. Ada reserse yang datang ke rumahnya mencari Luara dan kelima reserse tersebut mengenal calon istrinya.
Sebenarnya ada apa ini? batin Romero bertanya-tanya.
Akhirnya ia duduk di single sofa karena sepertinya ini hal yang sangat serius. Lebih dari kriminal. Kira-kira apa yang terjadi pada Sarah dan Laura.
"Saya mengenalnya. Tolong jangan bertele-tele, langsung saja pada intinya. Untuk apa kalian mau menanyai anak berumur enam tahun dan apa hubungannya dengan Sarah?"
"Begini Pak Romero, anak bapak terlibat kasus perjual belian narkotika."
"Hei! Jaga ucapan Bapak! Anak saya tidak mungkin terlibat kasus tersebut!" sentak Romero menatap tajam reserse tersebut. Bagaimana mungkin anaknya yang polos terlibat kasus obat-obatan terlarang. Demi tuhan anaknya baru berusia enam tahun. Bagaimana bisa anaknya itu mengetahui obat-obatan terlarang tersebut, ia bahkan tak pernah menyentuh barang haram itu, lalu bagaimana anaknya terlibat kasus narkotika.
"Dengar dulu, Pak. Kami juga sudah menyelidiki dan sudah mendapatkan bukti bahwa anak Pak Romero memang terlibat. Begini Pak, Adinda Laura memberikan kepada pembeli obat-obat terlarang tersebut di salah satu kafe. Kami ada buktinya kalau Pak Romero ingin melihatnya. Kami ada empat bukti bahwa Adinda Laura memberikan obat-obatan tersebut kepada pembeli dan tempat berbeda-beda.
Jika Pak Romero melihatnya tidak ada yang salah dari apa yang Adinda Laura berikan pada pembeli tersebut, maka Bapak salah. Pembungkusnya memang terlihat seperti permen biasa, tapi isinya adalah obat-obatan terlarang. Dua diantara pembeli tersebut sudah kami amankan." Kemudian ia memberikan ponselnya pada Romero untuk melihat langsung bukti tersebut.
Tangannya bergetar memegang ponsel tersebut. Benar apa yang reserse tersebut katakan. Tidak ada yang akan curiga bahwa isinya obat-obatan terlarang karena yang memberikan adalah anak semanis Laura. Orang-orang di sekitarnya bahkan meliahat Laura memberikannya pada sang pembeli. Mungkin meraka pikir Laura anak yang manis karena mau membagikan permennya dengan jumlah yang banyak pada orang tersebut, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
"Anak saya masih sangat polos, Pak. Dia tidak tahu apa-apa. Katakan siapa dalang dari semua ini?"
"Sarah. Wanita yang bernama Sarah bandarnya. Beberapa tahun ini dia bermain sangat rapi. Tapi, sekarang kami sudah mengendus permainannya. Dia pemakai sekaligus pengedar yang ulung."
Syok. Terkejut.
Romero tak bisa berkata-kata lagi mendengar fakta tersebut. Benarkah Sarah calon istrinya pemakai dan pengedar obat-obatan terlarang itu? Terlebih wanita itu melibatkan anaknya yang baru berusia enam tahun dalam transaksi penjualan obat haram tersebut. Ia marah, apakah Sarah tidak mempunyai otak hingga melibatkan anaknya yang masih polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...