Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan koment.
Typo bertebaran.●●●
Hari ini Romero tidak ke kantor begitupun dengan Laura yang tidak ke sekolah. Pria itu sudah cuti selama dua hari, semua pekerjaannya ia serahkan pada Bintang. Yang ia lakukan kini hanya berbaring di kamar Alvaro dengan pandangan kosong. Baru sehari ditinggalkan jagoannya ia sudah merindukannya.
Romero yang hendak menelepon Alvaro tentu saja bingung karena tidak menemukan nomor ponselnya padahal ia tidak menghapusnya sama sekali. Ia justru menunggu kabar dari anaknya itu, tapi sekarang nomor ponselnya menghilang di ponselnya.
Ia tidak mau menuduh Sarah yang telah menghapus nomor ponsel Alvaro, karena ia tahu bagaimana Sarah menyanyangi si kembar seperti anaknya sendiri walaupun kemarin seharian bersama terus. Yang ia lihat kasih sayang Sarah untuk si kembar sama besarnya kasih sayang Kinanti pada anak-anak mereka.
Tidak mungkin juga Laura karena ia tidak membiarkan anak-anaknya bermain ponsel. Itupun ia terpaksa memberikan Alvaro ponsel baru agar bisa berkomunikasi dengan lancar, tapi sekarang ia kehilangan nomor ponsel Alvaro yang belum sempat ia hapal.
Romero ber-positive thinking bahwa mungkin saja saat ia mabuk ia tidak sengaja menghapus nomor Alvaro.
"Papa, aku laper."
Karena sibuk mencari cara agar bisa menghubungi Alvaro tanpa melalui Kinanti, ia tidak sadar bahwa Laura sudah terbangun dan menatapnya.
"Aku laper, Pa," ujar Laura sekali lagi membuat Romero menatap anaknya.
"Kamu laper?" tanya Romero memastikan.
Laura mengangguk. "Mau makan sekarang, Pa."
Romero melupakan sejenak nomor ponsel Alvaro, ia menghampiri Laura dan menggendongnya menuju meja makan.
Saat sampai di meja makan. Ia hanya melihat dua piring kosong yang saling bersampingan. Bi Hasna hari ini memasak nasi goreng kecap dengan daun bawang kesukaan Laura.
Laura yang pertama kali mencicipi masakan tersebut membuatnya mengernyitkan keningnya karena merasakan asin. "Asin banget, Pa," rengeknya membuat Romero ikut menyicipi nasi goreng tersebut.
Benar, nasi goreng itu terlalu asin. Tidak sama seperti nasi goreng yang biasa Kinanti buat yang rasanya sangat pas di lidah mereka.
"Ini bukan Mama ya yang bikin?" tanya Laura setelah mengaduk-aduk nasi gorengnya yabg terlihat berbeda dengan nasi goreng yang biasa Kinanti bikin. Rasanya juga sangat asin.
"Bukan, Dek. Ini Bi Hasna yang bikin. Kamu makan aja, ya."
"Nggak mau, Pa! Aku mau nasi goreng buatan mama." Laura menjauhkan piringnya itu dan melipat kedua tangannya.
"Makan aja, ya, Sayang. Mama lagi pergi, jadi mulai sekarang kita makan masakan Bi Hasna dulu. Kalau kamu mau kita bisa makan di luar. Tapi sekarang makan ini dulu, ya?"
Romero mencoba membujuk Laura agar mau memakan nasi goreng asing buatan Bi Hasna. Karena sayang jika tidak dimakan. Ia juga mencoba memakan nasi goreng itu dibarengi dengan selada agar tidak terlalu merasakan asin.
"Nggak mau. Aku nggak mau makan! Papa aja yang makan." Laura turun dari kursinya dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Romero yang melihat itu menghela napas pelan. Anaknya itu sudah terbiasa memakan masakan Kinanti yang tak ada tandingannya, jadi saat merasakan masakan Bi Hasna yang rasanya berbeda dengan Kinanti ia menjadi tidak berselera makan. Bukan hanya Luara, ia juga begitu tapi ia paksa turun karena ia sudah sangat kelaparan walaupun ia bisa memesan makanan di applikasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...