Selamat membaca.
■■■
"Mama, kita akan ke mana?" tanya Laura saat mobil Sarah meninggalkan pekarangan rumahnya.
"Mama? Yang benar aja." Sarah terbahak karena Laura memanggilnya 'mama' bukan 'tante' seperti biasa, walaupun ia belum mengizinkan anak dari kekasihnya memanggilnya 'mama' seperti yang sudah ia janjikan jika berhasil anak bodoh itu menyuruh Kinanti yang notabenya 'mama kandungnya' keluar dari ruamhnya.
Ada untungnya juga ia marah dan meminta Romero mengakhiri hubungan mereka pada saat itu, karena malamnya terjadi perang antara Romero dan Kinanti. Pasangan suami istri itu memutuskan untuk bercerai.
Sekarang tak ada penghalang untuk mendapatkan Romero seutuhnya, walaupun anak dari Romero dan Kinanti yang bodoh itu terus saja mengintilinya. Tapi, tak masalah selagi ia bisa memanfaatkan Laura untuk mendapatkan uang banyak tanpa ketahuan kebusukannya.
"Kenapa ketawa, Ma? Ada yang lucu, ya?" tanya Laura menatap Sarah yang tertawa berbahak-bahak.
Sarah menghapus airmatanya di sudut matanya saking lucunya Laura memanggilnya 'mama'. "Please, deh, jangan panggil gue 'mama'. Geli banget sumpah. Belum nikah apalagi bunting masa udah dipanggil 'mama' sama lo, sih, Cil."
Walaupun Laura kebingungan akan ucapan Sarah, akhirnya bertanya alasana ia tidak boleh memanggil kekasih papanya 'mama' padahal Sarah sudah berjanji padanya. Ia akan sangat senang kalau mempunyai dua orang mama. "Kenapa, Ma?"
"Gue geli, Bocil. Dan stop panggil gue 'mama' ok? Panggil 'tante' aja kayak biasa. Mengerti, Cil?"
Laura memajukan bibirnya dan melipat tangannya di dada. "Nggak seru, ah. Padahal udah janji."
"Jangan ngambek gitu dong. Boleh manggil 'mama' tapi nggak sekarang, ya, Cantik." Sarah mencoba membujuk Laura—ATM berjalannya— untuk tidak merajuk.
Akhirnya Laura mengangguk, karena walaupun begitu Sarah akan selalu ada untuknya seperti mamanya, Kinanti, yang selalu ada untuknya dan Alvaro.
Jika berduaan begini dengan Laura, Sarah akan memanggil gadis kecil itu dengan sebutan 'bocil' dan memakai gue-lo, berbeda saat bersama Romero. Ia akan lemah lembut pada Laura dan memberikan perhatian penuh pada anak Romero.
Laura juga tidak pernah mengadukan itu semua pada Romero, karena ia tidak peduli salagi ada Sarah di sampingnya.
"Cil, mau es krim nggak? Pilih es krim sepuas lo deh, gue yang traktrik. Tapi abis itu lo bantu gue lagi, ya?"
Laura mengangguk antusias. Akhirnya ia bisa makan es krim lagi sepuasnya tanda ada larangan dari mama dan papanya karena sekarang ia hanya berdua dengan Sarah.
■■■
"Gua baru tahu kalo lu mulai males ke kantor," celetuk Dimas sambil menatap Romero setengah berbaring sambil menikmati kue buatan Kinanti.
"Gue nggak males, cuma ambil cuti doang."
Dimas hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban dari Romero. "Sarah mau bawa ke mana anak lu? Lu nggak khawatir Sarah apa-apain Laura?"
Mendengar itu, otomatis Romero menghentikan kunyahannya dan menengakkan badannya. "Maksud lo ngomong gitu apaan? Sarah itu sayang banget sama anak gue, jadi nggak usah khawatir kalo bikin anak gue luka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...