Selamat membaca.
■■■
"Makin hebat aja kamu renangnya, Bang." Romero memuji anak laki-lakinya yang sudah semakin mahir berenang.
"Mama yang selalu ajarin aku renang, Pa," balas Alvaro berenang kembali mengelilingi kolam renang.
"Mama kamu sering ajarin kalian apa aja emang?" tanya Romero karena pria itu memang kurang tahu apa saja bakat Kinanti selain memasak, menggambar/melukis, dan bernyanyi.
"Mama ajarin aku sama Adek menggambar sama melukis, nyanyi, main basket, renang, main gitar juga. Mama hebat, kan, Pa? Aku suka banget sama Mama karena banyak ajarin aku banyak hal yang menyenangkan," cerita Alvaro dengan semangat dan binar di matanya.
Romero tersenyum mendengar anaknya yang bercerita dengan semangat apa saja yang Kinanti ajarkan pada mereka.
Kinanti memang berhasil menjadi ibu hebat dari anak-anak mereka. Berhasil juga menjadi istri yang sabar untuk Romero, tapi Romero lah yang gagal menjadi suami yang baik untuk Kinanti. Romero akui itu, lantaran ia sudah dibutakan oleh cinta Sarah. Hanya ada Sarah, Sarah, dan Sarah di hatinya.
"Iya, mama kalian hebat banget. Kamu bangga banget, ya, punya mama kayak Mama Kinanti?"
Alvaro mengangguk mantap. "Bangga banget, Pa. Mamaku yang terbaik di dunia."
"Kalau Papa gimana, Bang?" tanyanya karena anaknya yang satu ini hanya Kinanti yang selalu ia bangga-banggakan. Berbeda dengan Laura yang selalu membangga-banggakan papa dan mamanya.
"Papa juga yang terbaik di dunia. Tapi Mama ada di urutan nomor satu di dunia."
"Papa nomor dua, ya?"
"Bukan. Mama di nomor urut dua juga. Papa di nomor urut tiga," terang Alvaro tertawa menggoda Romero.
Dengan gerakan cepat Romero menangkap tubuh kecil Alvaro dan membawanya ke gendongannya. "Anak nakal."
"Papa, Papa, aku mau minta sesuatu dong."
"Minta apa, Sayang? Apapun keinginan kamu bakal Papa turutin." Dengan sayang Romero mengecup seluruh wajah anak laki-lakinya itu yang sangat mirip dengannya. Saat menatap Alvaro, ia melihat versi kecil dirinya di anak laki-lakinya itu.
"Aku mau adek lagi. Adeknya harus laki-laki. Adeknya dua, ya. Laki-laki semua biar aku ada temen buat jagain Mama dari orang jahat."
Ucapan polos Alvaro membuat Romero tertegun. Ia bingung harus menjawab apa karena perpisahannya dengab Kinanti sudah di depan mata. Tinggal mentandatangi surat perceraian dan semuanya usai. Tidak ada lagi adik laki-laki seperti keinginan bijak Alvaro. Hanya ada adik laki-laki dari Romero dan Sarah bukan Romero dan Kinanti.
Ntah anaknya itu mau menerima adik laki-lakinya jika kelak ia menikah dengan Sarah dan memberikan Alvaro adik seperti keinginannya tapi adiknya bukan dari Kinanti melainkan Sarah.
"Papa kok diem aja? Papa nggak bisa kasi aku dua adek laki-laki, ya?"
"Bukan begitu, Sayang. Papa dan mama kalian sebenarnya ...." Romero menghentikan ucapannya karena bingung harus menjelaskan bahwa ia dan mama mereka sebentar lagi akan berpisah. Dan, anaknya itu harus berpisah dari sauadara kembarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...