09

55K 5.1K 273
                                    

Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan koment.
Kalo ada typo koment ya

■■■

Puas mengajak Laura berjalan-jalan setelah anaknya itu pulang sekolah. Kini, Romero berada di apertemen milik Sarah untuk mengantar kekasihnya itu pulang. Tapi Laura sudah terlelap, jadi ia menidurkan anaknya itu kamar Sarah.

"Kita bisa nggak sih tinggal bareng mulai sekarang?" tanya Sarah bergelayut di lengan berotot Romero dengan manja.

"Nggak sekarang. Setelah nikah nanti baru kita tinggal bareng. Tapi kamu bisa kok nginep sesekali kalo mau."

"Nggak mau, maunya tinggal bareng aja," rengek Sarah. "Kenapa pernikahan kita harus dua bulan lagi, sih, Sayang? Lama banget tau." Ia mengerucutkan bibirnya sambil menatap sebal Romero. Sarah merajuk.

Romero mengelus lembut pipi tirus Sarah. Ntah kenapa kekasihnya itu akhir-akhir ini terlihat lebih langsing dari biasanya. "Kamu diet lagi? Kok sekarang kamu makin kurus, ya?"

Sarah menepis tangan Romero yang mengelus pipinya. "Jangan alihin pembicaraan, Sayang. Jawab pertanyaanku tentang pernikahan kita dulu."

"Sarah, dengerin aku. Menurutku itu bukan waktu yang lama. Karena kita harus menyiapkan segala sesuatu biar nanti pernikahan kita berjalan sesuai impian kita."

"Harusnya kita nikah satu bulan dari sekarang aja, karena 'benalu' di kehidupan kamu udah nggak ada. Jadi kenapa harus nunggu lama lagi, sih?" Sarah memberi jarak antara duduknya dengan Romero sambil bersedekap menatap Romero kesal.

"Keputusanku udah bulat, Sarah. Kita harus menyiapkan semuanya dengan matang," balas Romero final.

"Ya udah terserah kamu aja, asalkan kita jadi nikahnya."

Romero kembali menarik Sarah kembali mendekat padanya. "Nah, gitu dong. Biar nanti nggak ada yang mengecewakan saat pernikahan kita berlangsung." Ia mengelus kepalanya dengan sayang sambil tersenyum manis.

Sarah juga ikut tersenyum dengan binar mata saat mengingat mereka belum merayakan perceraian Romero dengan Kinanti. "Kita harus berpesta untuk merayakan kebebasan kamu dari 'benalu'! Kamu mau minum apa?"

"Wine aja."

"Ok. Tunggu bentar, Sayang." Saat Sarah hendak mencium bibir Romero, pria itu menolehkan kepalanya membuat Sarah berakhir mencium pipi Romero bukan bibirnya.

Sepeninggalan Sarah, Romero mengecek ponselnya untuk mengecek apakah Alvaro sudah memberinya kabar atau belum. Namun nihil, sampai sekarang belum juga ada dari anaknya itu.

Saat hendak menghubungi Alvaro, Sarah datang membawa satu botol wine dan dua botol whisky mengurungkan niatnya. Ia kembali menyimpan ponselnya di atas meja dan menatap Sarah sambil senyuman.

"Aku minum dikit aja, ya? Soalnya aku nyetir sendiri sambil bawa Laura."

"No, no, no. Nggak boleh! Kita harus minum banyak karena ini hari yang sangat penting. Hari ini hari bersejarah setelah tujuh tahun kita menanti, Sayang. Let's get drunk!"

Akhirnya Romero hanya bisa pasrah. Ia tidak mungkin mengecewakan Sarah karena kekasihnya itu sudah menunggu hari ini selama hampir tujuh tahun lamanya.

Forgive Me, Mom [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang