Selamat membaca.
Jangan lupa vote dan komet.
Tandai yang ada typo ya.Seperti yang dikatakan Miko bahwa Sarah telah mengadakan pesta narkoba dan seks, Romero mengambil kartu sensor cadangan apartemen Sarah untuk membuka pintunya. Setelah pintunya terbuka, suara dentuman musik yang sangat keras menyambut Romero.
Benar-benar berantakan seperti kapal pecah. Pakaian berserakan di mana-mana, kondom, dan juga bungkusan permen seperti yang ia lihat di dalam video semuanya berserakan di lantai. Ia memejamkan matanya sejenak saat melihat ada dua pasangan tengah melakukan hubungan suami istri di atas sofa.
Kemudian matanya menatap sekeliling dan menemukan beberapa pria dan wanita terlihat seperti baru saja memakai barang haram tersebut. Ia mencari keberadaan Miko dan rekannya tapi tak menemukannya. Tak ada yang menyadari kehadirannya karena semuanya sibuk dengan kesenangannya masing-masing yang sebentar lagi akan berakhir.
Saat berjalan ke dapur, barulah ia melihat Miko dan rekannya tengah menikmati martabak manisnya dengan santai sambil menonton manusia menjijikan di depan mereka.
"Sarah mana?" tanyanya.
"Di kamarnya. Jika Pak Romero mau melihatnya pergi saja ke sana. Tapi, aku nggak bertanggung jawab kalau Bapak mual melihat kelakuan menjijikan kekasih Bapak," jawab Miko.
"Dia bukan kekasihku lagi. Memangnya apa yang dilakukan wanita itu? Kenapa aku harus mual saat melihatnya?"
"Satu lawan tiga, Pak. Bagaimana? Bapak mau melihatnya langsung? Kalau mau mari saya antar." Rekan Miko tertawa kecil melihat Romero yang hanya diam.
"Kalo Bapak tidak mau bergabung saja dengan kami. Nikmati pertunjukan dewasa ini, sebelum semuanya berakhir setelah martabak kami habis."
Akhirnya Romero bergabung dengan mereka. Walaupun ia ingin bertemu langsung dengan Sarah untuk memberinya pelajaran karena telah menyakiti anaknya, tapi saat mendengar ucapan rekan Miko ia jadi urung. Yang benar saja, Sarah dengan tiga orang pria di dalam kamar berhungan badan. Membayangkannya saja membuatnya mual.
Ternyata Sarah sangat mahir menyimpan kebusukannya padanya, jika bukan karena para reserse ini datang ke rumahnya, mungkin sampai sekarang ia tidak tahu semua kebusukan Sarah walaupun Dimas sudah berulang kali memberitahunya.
Bahkan, Kinanti pernah memberitahunya tentang kelakuan Sarah di belakangnya tapi ia justru membentak mantan istrinya itu tanpa tahu bahwa semua yang dikatan Kinanti memang benar adanya.
"Kemarin aku liat Mbak Sarah jalan sama cowok lain, Mas. Waktu datang ke rumah juga dia kayak aneh gitu. Bukan maksud aku nuduh, ya, tapi Mbak Sarah kayak lagi sakau. Itu bukan pertama kalinya loh, Mas, Mbak Sarah kayak orang sakau. Udah berapa kali aku liat Mbak Sarah kayak lagi sakau."
"Diam! Kamu nggak tahu apa-apa tentang Sarah. Jadi nggak usah nilai orang sembarangan!"
Mengingat itu semua membuat rasa bersalah menyeruak di hati Romero. "Maafin aku, Kin," gumammya sangat pelan. Ia menatap kedua pria di sampingnya ini yang baru saja selesai menghabiskan dua kotak mertabak manis. "Sudah selesai?"
"Sudah. Ayo, kita mulai sekarang!" Miko berteriak semangat sambil mengeluarkan pistolnya. Rekannya juga mengeluarkan pistolnya. Sedangkan Romero mengikuti mereka dari belakang.
Karena dirasa suara musik sangat mengganggu, Miko mematikan musik tersebut membuat suasa jadi lebih menjijikan karena suara desahan saling menyahut.
"Semuanya jangan ada yang bergerak!!!" Rekan Miko berteriak dengan sangat keras membuat pasangan yang berhubungan badan di sofa menghentikan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...