Selamat membaca.
"Selamat pagi, Mas." Kinanti tersenyum manis saat melihat Romero memasuki area dapur. "Tumben, weekend gini bangunnya pagi banget. Biasanya abis sholat subuh lanjut molor."
Romero hanya menatap istrinya yang tertawa kecil seolah-olah ucapannya itu lucu.
Kinanti melihat penampilan suaminya yang memakai celana selutut dan baju kaos serta sepatu olahraga. "Mau olahraga, Mas?" tanyanya.
Romero yang tengah memakan buah anggur mengangguk singkat.
"Aku ikut dong, Mas!" seru Kinanti semangat.
"Kamu lagi masak." Romero mengatakan itu agar Kinanti tidak ikut dengannya. Karena ia tahu betul, Kinanti tidak akan membiarkan suami dan anak-anaknya makan masakan asisten rumah selagi ia bisa memasak sendiri.
"Sarapan telat ngga papa-papa kali, Mas. Atau kita bisa sarapan sandiwch aja biar simple. Kamu tunggu di sini, ya, aku mau ganti baju dulu." Tanpa menunggu jawaban Romero Kinanti berlari dengan semangat menuju kamar mereka untuk mengganti piyamanya dengan pakaian santai yang nyaman untuk olahraga.
Pilihan Kinanti jatuh pada legging selutut dengan kaos over size serta sepatu olahara yang sama persis dengan Romero.
Kinanti yang sudah bersemangat untuk olahraga bersama dengan Romero harus pupus saat tidak menemukan suaminya di sudut rumah mana pun. Saat bertanya pada ART yang sedang beres-beres di ruang tengah ia terduduk lesu di sofa. Asisten rumah tangganya mengatakan bahwa Romore telah pergi tak lama ia naik ke kamar.
"Jahat banget," gumam Kinanti lirih. Ia mendadak tidak semangat memulai paginya karena Romero.
Semalu itukah Romore pada dirinya? Bahkan untuk olahraga lebih tepatnya jogging di area kompleks saja membuatnya malu? Kinanti menghela napas pelan dan berjalan kembali ke kamarnya.
Hampir tujuh tahun ini status Kinanti disembunyikan sebagai istri Romero, ia hanya dikenal sebagai sepupu pria itu. Setiap ada acara di perusahaan milik suaminya yang menjadi pasangan pria itu tentu saja Sarah, bukan dirinya. Tanpa bertanya pun semua karyawan suaminya mengira bahwa yang menjadi istri dari CEO tampan dan seksi mereka adalah Sarah. Semuanya terjawab saat melihat foto yang berukuran besar terpajang jelas di ruangan suaminya.
Di mana di dalam foto tersebut sangat jelas Remore, Sarah, dan si kembar terlihat seperti keluarga kecil yang sangat bahagia. Itu sebabnya saat ia mengantarkan makan siang suaminya ke kantor, ia mencoba agar pandangannya tidak melihat foto tersebut.
□□□
"Weekend, nih, Mas." Kinanti berceletuk sambil menatap Romero. Yang ditatap hanya diam. Fokusnya ada pada tanyangan berita di televisi.
"Mumpung lagi weekend, kita jalan-jalan yuk, Mas, sama si kembar. Ke mana kek gitu. Suntuk di rumah terus. Lagian kita berempat jarang jalan bareng. Kapan lagi coba. Iya, kan, Mas?"
Kinanti sudah kembali cerewet lagi setelah dibuat kesal dan sedih oleh Romero pagi tadi. Suasana hati Kinanti akan cepat berubah jika itu berhungan dengan Romero karena ia sudah terlatih hampir tujuh tahun menjalani sumuanya dengan lapang dada. Karena ia mencintai pria itu dengan sepenuh hati. Jadi, walaupun ia disakiti berulang kali, ia akan memaafkannya dengan cepat.
"Oh atau kita ke kebun binatang aja, Mas. Aku mau liat buaya, ular, sama singa. Si kembar juga pasti seneng kita ajak ke kebun binatang." Kinanti terus bercoloteh semangat walaupun yang diajak bicara hanya diam.
"Tapi, kalo kamu ngga mau ke kebun binatang kita ke Mall aja, yuk. Atau kita street food aja yuk, Mas. Ngga usah khawatir sama soal rasa makanan itu karena aku jamin rasanya pasti enak banget. Mau ya ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive Me, Mom [END]
ChickLit"Ma, bisakah Mama pergi dari rumah ini?" Wanita yang tengah mengepang rambut panjang gadis kecilnya itu tertegun mendengar permintaannya. Apakah ia salah dengar? Bagaimana mungkin gadis kecilnya yang baru berusia enam tahun mengatakan ingin dirinya...