06

62.8K 6K 124
                                    

Marvin bingung, sejak tadi pagi kedua anaknya terus menangis dan merengek bertanya kemana sang mommy nya.

Marvin kesal kenapa anak-anak nya mencari alkana sih? kan sudah ada dirinya, tapi kedua anaknya itu tetep kekeuh ingin bersama mommy nya.

Marvin sungguh kelimpungan, ia ingin menelfon alkana pun dirinya tidak mempunyai nomor telfon nya.

"Hiks mau mommy." Isak tangis dari kedua anak itu masih terdengar walaupun hari sudah hampir menjelang siang.

Marvin sudah membujuk kedua anaknya. Agar tidak terus menangis tapi tetap tidak bisa.

Kepala nya pusing memikirkan bagaimana lagi untuk membujuk dan membuat keduanya berhenti menangis.

Menghembuskan nafasnya lelah dan memejamkan matanya. Ia tidak mau terpancing emosi yang nanti membuat kedua anaknya takut kepada dirinya.

Niel mendekati Daddy nya, menarik-narik kemeja sang Daddy membuat marvin membuka kedua matanya dan melihat ke arah anaknya.

"Udah nangis nya?" Tanya Marvin namun Niel hanya diam dan menunjuk sang adik, nia.

Tatapannya beralih ke arah tunjuk sang anak. Nia, keadaan putrinya sangat berantakan, membuat marvin menghembuskan nafasnya. Ingus dimana-mana, hidung yang memerah, mata sembab, rambut yang urak-urakan dan juga suara Nia mulai serak karena terus menangis.

Ia mendekati Nia, mencoba menggendong nya walaupun anak itu memberontak dan terus menangis memanggil mommy nya.

Marvin berbalik mendekati putranya, ia menggendong Niel dan berjalan menuju tangga.

"MOMMY PULANG!" Teriakkan Arkana membuat kedua bocah itu melihat ke belakang dan memberontak ingin turun dari gendongan Daddy nya.

Marvin berjongkok untuk menurunkan kedua anaknya itu. Ia berbalik, melihat kakak beradik itu sedang memeluk seseorang yang sedari tadi di cari-cari.

Sedangkan Arkana terkejut melihat keadaan dua bocah itu.

"Mommy hiks dari mana aja hiks huaaa.."

"Kita cari-cari mommy tapi mommy ga ada.." lirih Niel sembari memeluk tubuh mommy nya dengan tangan kecil nya.

Posisi arkana sekarang adalah berjongkok sembari merengkuh tubuh Niel dan Nia. Ia mengelus-elus kepala keduanya sembari mencoba menenangkan nya.

"Udah ya nangisnya nanti sesak lohh nafasnya." ucap Arkana.

"Makan belum heum?" Lanjutnya, keduanya menggeleng.

"Kenapa belum makan? udah hampir siang ini."

"Mau makan sama mommy.." lirih keduanya.

Entah kenapa Arkana merasa bersalah karena mementingkan ego nya.

Kalau dirinya pulang dari tadi kan, dua anak itu tidak akan seperti ini. Tapi ini semua juga kan salah Marvin, gara-gara Marvin, arkana jadi tidak mau pulang.

Ia tidak mood melihat wajah Marvin. Tapi untunglah dirinya masih ingat di rumah ada Nia dan Niel yang menunggunya.

"Yaudah kita ke atas dulu yuk, bersih-bersih terus makann." Ketiganya langsung berjalan ke atas, menuju kamar.

Marvin sedari tadi hanya memperhatikan interaksi ketiganya. Biarlah nanti ia akan berbicara dengan alkana nya.

Melihat ketiganya sudah hilang dari pandangan nya, Marvin berjalan ke ruang kerjanya untuk mengerjakan beberapa berkas penting.

•••

Setelah selesai makan dan menidurkan kedua anak itu Arkana sekarang sedang bersantai di ruang tv. Sungguh, saat-saat bersantai seperti ini saat sudah menjadi seorang ibu itu ternyata sangat nikmat dan sulit.

Harus menunggu anak-anak tidur atau sedang bersekolah. Ia bisa baru bisa bersantai.

Arkana sudah mempunyai firasat, waktu bersantai nya kali ini tidak akan berjalan mulus karena pasti sebentar lagi-

"Alkana, saya ingin bicara dengan mu." Tuh kan, bener apa kata firasat nya.

Arkana membenarkan posisi duduk nya dan menatap kearah pemilik suara.

"Ngomong tinggal ngomong aja." Males Arkana tuh kalo udah di hadepin sama suaminya eh ralat suami alkana, pemilik tubuh yang ia tinggali sekarang.

"Kamu lihat sendiri kan, anak-anak nangis sampe segitunya cariin kamu. Saya minta kamu fokus sama anak-anak saja, main ya ada batasnya alkana. Ingat, sekarang kamu sudah menikah kewajiban kamu mengurus anak di rumah."

"Kamu sudah bukan anak remaja lagi, turunkan ego mu itu." Arkana menatap datar orang di depan nya itu.

Ingin sekali ia menampar nya, tapi arkana sedang malas berdebat. Itu hanya akan membuang-buang waktu dan tenaga nya saja.

Arkana memilih berdiri dan ingin pergi ke kamarnya saja untuk bersantai.

Tapi sayang, nampaknya Marvin tidak begitu mudah untuk membiarkan nya bersantai. Marvin mencekal lengan Arkana.

"Saya sedang bicara alkana!" Marvin meninggikan suaranya.

Arkana berbalik badan memandang Marvin malas, dia tuh cape pengen Istirahat pengen nyantai. Bisa ngga sih sehari aja Marvin ngga mancing emosinya?

"Lepasin! gue lagi ga mood buat berantem sama lo!" Ucap Arkana sinis dan melepaskan paksa lengannya.

Setelah terlepas ia segera berlalu pergi dari hadapan Marvin. Arkana sudah muak melihat wajah Marvin, apalagi Marvin yang sering kali mencekal lengan nya.

Uuhh bisa-bisa lengan nya patah kalau terus menerus di lepas paksa.

Saat Marvin akan mengejar Arkana, suara wanita yang memanggilnya membuat marvin urungkan niatnya untuk mengejar Arkana yang masih berada di tangga.

"MARVINNN SAYANGGG!!"

Arkana yang masih di tangga berdecih. Lalu, ia berhenti dan berteriak membuat Marvin dan wanita itu menatapnya dengan ekspresi yang berbeda.

"KALO MAU NGECAS JANGAN DI SINI, DI SEMAK-SEMAK KEK SONO!!" teriaknya lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Arkana tidak mau saja memergoki mereka berdua melakukan hal yang tak senonoh seperti beberapa hari yang lalu.

Apalagi sekarang di sini ada Niel dan nia. Kan tidak bagus jika di lihat oleh anak-anak.

Wanita itu berdecih lalu mendekati Marvin dan bergelayut manja di lengan nya.

"Sayangg kapan kamu nikahin aku?" Marvin hanya diam, tidak merespon.

"Ihhh kamu ko diem aja sih.." ucapnya dengan nada manja.

Marvin berdecak dan menoleh, melihat wajah wanita itu. "Ck! Sampai kapan kau terus begini?"

"Aku tidak tahu sayangg." Jawabnya sembari mencium pipi Marvin lalu pergi begitu saja.

"Dasar gila!" Gumam Marvin kesal.






















Haii aku up but ga banyak muehehe
and buat umat muslim selamat menjalankan puasa nya mulai besok, aku juga sih..

Jadi aku bingung mau di stop dulu atau gimana ya enaknya huhu:(



Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang