Satu bulan berlalu sejak keempatnya pulang dari kebun binatang dan puncak, Arkana selalu bolak-balik ke mansion Marvin setiap pagi dan pulang ketika malam.
Sebenarnya kembar dan Marvin sudah membujuk Arkana agar tinggal di mansion Marvin saja tapi Arkana tetep kekeh tidak mau.
Hubungan antara Marvin dan Arkana setiap harinya ada perkembangan, ya walaupun sedikit-sedikit.
Marvin juga sudah sering menampakkan sifat manjanya pada Arkana. Seperti sekarang, Arkana sedang menyuapi Marvin di kantornya.
Kalau Arkana tidak mau maka Marvin mempunyai seribu satu alasan agar Arkana mau menyuapinya.
"Kamu ngga cape bolak-balik apart mansion terus? Tinggal di mansion lagi aja ya?" Arkana menatap Marvin.
"Kita kan udah sering bahas ini Vin? Kenapa kamu masih aja nanyain sih kalo udah tau jawabannya?" Arkana mendengus. Tangan kanan Marvin mengambil kotak bekal yang di tangan Arkana dan menaruhnya di meja kerjanya, sebelumnya ia minum terlebih dulu. Lalu, kedua tangannya memegang tangan Arkana.
"Apa jawabannya? Kamu takut di apa-apain sama aku? Aku ngga bakal ngapa-ngapain kamu." Arkana menarik tangan kanannya dan menyentil dahi Marvin.
Marvin mengaduh sakit tapi Arkana tidak peduli. "Ngomong nya aneh banget sih? Lagian bukan karena itu, kamu sadar ngga sih kalo kita ini udah ngga ada ikatan pernikahan?"
Arkana baru saja akan melanjutkan ucapan tapi sudah di potong duluan oleh Marvin.
"Ohh, jadi kamu ngode biar aku nikahin ya? Yaudah ayo nikah lagi biar kamu tinggal di mansion." Senyum Marvin merekah.
"Dih, gamau ah kamu udah tua." Ledek Arkana dan berdiri dari duduknya ingin menghindari Marvin.
Tapi tangan Marvin lebih dulu menggenggam tangan Arkana dan menariknya ke pangkuan. Kini posisinya Arkana duduk menyamping di pangkuan Marvin tapi wajahnya menghadap kearah Marvin.
Wajah keduanya sangat dekat sehingga bisa merasakan deru nafas masing-masing, Marvin melingkarkan kedua tangannya di pinggang Arkana.
Mata keduanya saling beradu, Marvin memajukan wajahnya ketelinga Arkana.
"Tua-tua gini masih kuat bikin kamu ngga bisa jalan seminggu." Arkana terpaku mendengar nya, bisikan dan suara Marvin membuat seluruh tubuhnya merinding.
Marvin memundurkan wajahnya, melihat raut wajah Arkana yang menurutnya lucu. Dengan cepat ia mencium bibir Arkana. Hanya mencium tidak ada lumatan.
Arkana melotot, tangannya menyentuh bibirnya dan menatap Marvin tidak percaya.
Tangannya berusaha mendorong dada Marvin tapi nihil, Marvin malah membenarkan posisi kakinya. Yang awalnya posisi tubuhnya miring, sekarang seperti gendong depan.
"Marvin anjing, bibir suci gueee!!" Arkana memukul-mukuli dada bidang Marvin, bukannya merasakan sakit Marvin malah terkekeh.
"Kenapa sih? Manis tau, mau lagi dong." Goda Marvin, Arkana mendongak menatap Marvin kesal.
Memalingkan wajahnya dan menekuk kedua tangannya di dada.
"Tau ah, gue kesel sama lo!" Marvin menangkup wajah Arkana.
"Liat sini deh."
"Gamau."
"Yaudah." Marvin mendekap Arkana dalam pelukan nya, membuat sang empu memekik tertahan.
"Kesel tapi masih duduk di pangkuan aku itu gimana ceritanya?" Ucap Marvin sembari mengelus kepala Arkana.
Arkana hanya diam, tanpa sepengetahuan Marvin, wajahnya memerah bak kepiting rebus. Arkana kesal sekaligus malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Arkana
FantasíaWarning! - bxb -mpreg Arkana Nazareth remaja nakal yang sangat menyukai balap liar dan tiba suatu malam saat arkana sedang balapan tiba-tiba saja ia lepas kendali dan berujung tewas di tempat. Bukannya di kubur dalam tanah ia malah mendapati diriny...