32

30.8K 3.7K 226
                                    

Arkana menghela nafasnya. Sebenarnya ia malas untuk menceritakan semuanya tapi orang-orang yang di depannya ini menuntut meminta penjelasan.

"Besok aja deh, ini udah malem." Malas Arkana.

"Ck! Tapi gue udah terlanjur penasaran, tidur gue ngga nyenyak ntar." Protes Leon.

"Bener tuh lagian ntar kalo besok tiba-tiba lo kabur gimana?" Niel dan Nia yang mendengar itu langsung menatap Arkana.

Arkana berdecak kesal. "Diem kek lo, segala di tebak lagi."

"Mommy mau pergi lagi?" Lirih keduanya.

"Iya mau pergi lagi katanya." Kompor Vano.

Arkana menatap kembar "Engga sayang."

"Bohong itu, dulu juga ngomong nya gitu kan tapi tetep pergi." Lagi, Vano mengompori Niel dan Nia.

Arkana menatap tajam Vano. "Gausah kompor lo."

Si kembar langsung mempererat pelukannya di pinggang Arkana. Keduanya tidak ingin di tinggal mommy nya lagi.

"Ayo ceritain Arkana, gue penasaran nih."

"Eh tunggu dulu, istri gue mau kesini sama yang lainnya." Sera, Vano dan Leon berdecak kesal. Mereka sudah menunggu lama, sekarang harus menunggu lagi?

Sedangkan Marvin ia hanya diam, sedari tadi tatapan nya tidak berpaling dari Arkana. Arkana menyadari itu tapi ia tidak peduli, toh ia pulang lagi kesini hanya untuk mengobati rasa rindunya pada kembar, bukan Marvin.

Marvin menghela nafasnya. Sera melihat Arkana dan Marvin jengah.
Mendekati Niel dan Nia Sera membisikan sesuatu.

Niel dan Nia saling pandang lalu mengangguk walaupun ada perasaan tidak rela dari keduanya.

Arkana memincingkan matanya kearah Sera. "Bisikin apaan?" Tanya Arkana saat si kembar sudah melepaskan pelukannya dan pamit pergi ke kamar keduanya untuk tidur.

Sera tidak menjawab tapi menarik lengan Arkana dan Marvin naik ke lantai atas.

"Woi ser mau bawa mereka kemana?"

"Lepasin woi gue mau di bawa kemana?" Sera seakan menulikan telinga nya ia hanya diam mendengar pertanyaan Arkana.

Sedangkan Marvin hanya diam saja walaupun sebenarnya ia juga penasaran akan di bawa kemana.

Tiba di depan kamar Marvin Sera memasukkan keduanya kedalam. Arkana mengerutkan keningnya bingung.

"Lo ngapain bawa gue kesini sih?" Arkana sedikit kesal dengan kelakuan Sera.

Sera mengambil kunci kamar Marvin dan menatap keduanya.

"Lo berdua butuh waktu buat ngobrol empat mata, selsain semua masalah kalian. Ego nya turunin dan lo Marvin begonya kurangin." Dengan cepat Sera menutup pintu kamar Marvin dan menguncinya dari luar.

Arkana menggedor-gedor pintu dan berteriak agar Sera membukakan pintu nya, atau orang lain bisa membukakan pintu. Tapi nihil sedari tadi Arkana berteriak tidak ada yang mendengar.

Marvin yang sedari tadi hanya melihat Arkana. Arkana menendang pintu Marvin sembari terus mengumpati Sera.

"Ngapain teriak-teriak? kamarnya kedap suara." Arkana menganga tidak percaya.

Mengambil bantal dan melemparkan nya kepada Marvin yang sedang duduk di sofa.

"Kenapa lo ngga bilang dari tadi sat!" Kesal Arkana dan mendudukkan dirinya di tepi kasur.

Marvin terkekeh dan mendekati Arkana. "Stop disitu! Mau ngapain lo?"

"Emang lo maunya gue ngapain?" Arkana mengambil guling dan melemparkan nya lagi ke Marvin.

Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang