27

24.2K 2.9K 199
                                    

Dugaan Lisa tidak meleset kedua cucunya itu menangis sejadi-jadinya saat pulang ke mansion tidak menemukan mommy nya. Di tambah lagi Marvin yang sedari tadi hanya diam, pandangan nya kosong.

Lisa ingin menangis saja melihat kondisi sang anak dan kedua cucunya. Tapi ia tidak bisa menangis untuk sekarang, ia harus menenangkan si kembar terlebih dulu.

Setelah si kembar tidur Lisa turun ke bawah dan melihat anaknya, Marvin yang masih melamun.

Lisa menghela nafasnya dan duduk di sebelah Marvin. Lisa menepuk pundak Marvin membuat sang empu menoleh.

"Jelasin Vin, bunda pengen tau." Marvin menghela nafasnya dan mulai menceritakan semuanya yang terjadi tadi pada Lisa.

Lisa mendengarkan cerita Marvin dengan baik setelah Marvin selesai bercerita Lisa menepuk-nepuk pundak Marvin.

"Terlalu rumit tapi kamu salah kenapa ngga terima aja kalo itu Arkana, lagi pula kamu mulai merasa nyaman itu sama Arkana bukan sama Alkana. Bener yang Alkana bilang Vin, terus kalaupun jiwa Alkana balik lagi ke tubuhnya apa kamu bakal ngerasain apa yang kamu rasain ke Arkana? mereka memang menempati raga yang sama tapi sifat dan sikap mereka beda Vin. Dengan mudahnya kamu ngomong gitu sama Arkana, kamu ngga mikirin perasaan Arkana gimana? dia disini sendirian Vin. Apalagi tadi kamu nyuruh dia pergi tapi jangan bawa tubuh Alkana? itu sama aja nyuruh dia mati." Ucap Lisa.

"Tapi kalo Arkana ngga minta pisah sama ngasih tau kalo dia bukan Alkana, dia masih ada Marvin sama anak-anak di sini. Cukup Marvin tau dia sebagai Alkana istri Marvin." Lisa menatap anaknya dengan tatapan kesal. Anaknya ini memang keras kepala.

"Kamu ngga mikirin perasaan Arkana Vin? Arkana ngasih tau semuanya juga mungkin dia udah cape di anggap sebagai Alkana terus padahal Alkana nya udah meninggal."

"Tapi itu udah resiko kan? kenapa dia ngga terima aja udah masuk ke dalam tubuh Alkana yang otomatis dia udah jadi Alkana!" Ucap Marvin dengan nada yang tinggi.

"Dia juga udah meninggal kalo ngga masuk ke dalam tubuh Alkana. Jadi apa susahnya dia terima kalo dia udah bukan Arkana lagi!" Lanjutnya.

Lisa yang mendengar ucapan sang anak tanpa sadar tangan nya menampar Marvin.

"Mau gimana pun juga mereka dua orang yang berbeda Marvin!" Bentak Lisa dan langsung berdiri dari duduknya.

"Kamu pikir ini di dunia dongeng Arkana bisa terima hal itu dengan mudahnya, hah?! beda Marvin beda!" Dengan kesal Lisa meninggalkan Marvin.

Marvin menatap kepergian ibu nya dengan tatapan sendu. Marvin sedikit tertekan, kenapa semua orang menyalahkan nya?

Ada tangan yang menepuk pundaknya lagi, Marvin menoleh dan mendapati ayahnya, Tio.

"Tenang aja, kamu sama Arkana cuma butuh waktu." Ucap Tio lalu melenggang pergi meninggalkan Marvin yang bingung.

Apa maksud dari perkataan ayahnya itu? butuh waktu untuk apa? ini semua sudah selesai, untuk apalagi membutuhkan waktu?

Mengacak rambutnya kasar Marvin berdiri dan melangkahkan kakinya naik tangga untuk pergi ke kamarnya. Ia butuh menenangkan diri, ini semua terlalu mengejutkan untuk nya.

•••

Hari hari telah berlalu dimana kejadian itu membuat kembar menjadi pendiam, susah makan dan terus menangis menginginkan mommy mereka. Lisa juga terkadang lelah tidak bisa membujuk keduanya.

Sedangkan Marvin, pria itu menjadi lebih sering tinggal di kantor karena alasan lembur. Sehingga kedua anaknya tak ia gubris, Marvin hanya fokus pada pekerjaan nya agar melupakan semua kejadian hari itu.

Tapi semakin Marvin ingin melupakannya semakin tidak bisa, itu menyiksa nya.

Malam ini Marvin memutuskan untuk pulang ke mansion. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar tapi belum masuk ke dalam kamar nya Marvin mendengar suara isak tangis dari kamar kedua anaknya.

Melangkahkan kakinya menuju kamar kembar. Saat sudah membuka pintu kamar itu Marvin mengusap wajah lelahnya.

Oh ayolah Marvin pulang ingin istirahat tapi sampai di mansion nya ia malah mendengar tangisan sang anak?

"Niel, Nia kalian bisa diam? hentikan tangisan tak berguna kalian itu. Daddy lelah, Daddy pulang ingin istirahat bukan malah mendengar tangisan kalian." Niel dan Nia terlonjak kaget ketika mendengar suara Daddy nya.

Niel dan Nia menundukkan kepalanya. Nia memegang jari-jemari abangnya, Nia takut di bentak Daddy nya lagi.

"Kalau Daddy lagi ngomong, lihat daddy!"

Niel masih terisak dan mendongak kan kepalanya menatap wajah Daddy nya. Nia tetap menunduk, ia terlalu takut untuk melihat wajah Daddy nya.

"Hentikan tangisan kalian berdua! Daddy ingin istirahat!" Bentak Marvin dan langsung keluar dari kamar kembar, menutup pintu kamar anaknya dengan keras membuat Nia kaget reflek memeluk Abang nya.

Niel juga sama kaget nya, ia ingin menangis tapi takut Daddy nya akan dengar.

"Mommy.. Daddy jahat!" Lirih Niel sembari membalas pelukan adiknya.

Sedangkan di sisi lain seseorang tidak sengaja menjatuhkan gelasnya. Menatap gelas itu dan memegang dadanya.

"Kenapa tiba-tiba perasaan gue ngga enak ya?"

•••

Ke esokan paginya Sera sudah berada di mansion Marvin, niatnya itu ingin mengantar kembar ke sekolah dan menjemput setelah pulang sekolah nanti.

"Duda dua kali, mata lo udah kaya panda aja nih gue liat-liat." Ucap Sera mengejek Marvin.

Marvin hanya memandang temannya sinis.

"Ih ngga asik lo anjir cuma diem doang." Cibir Sera.

Ekor mata Sera tidak sengaja melihat kembar turun dari tangga dengan ekspresi lesu keduanya, tidak ada ke ceriaan lagi.

Sera mendekati keduanya. "Eh, udah cantik sama ganteng aja nih! Yok sarapan dulu ntar aunty anter sekolah nya."

Keduanya hanya mengangguk tanpa ingin membalas ucapan Sera.

Setelah selesai sarapan, Sera mengantarkan keduanya ke sekolah. Sesampainya di sekolah Niel dan Nia keduanya turun.

"Makasih, aunty." Ucap keduanya lalu pergi masuk kedalam gerbang sekolah, sebelumnya tak lupa untuk menutup kembali pintu mobil.

Sera tertegun melihatnya, tidak ada senyum di wajah keduanya.

"Arkana, lo pake pelet apaan njir sampe si kembar kehilangan lo segitunya. Dulu pas tau kalau mereka di tinggal mamah nya aja ngga segitunya." Monolog Sera sembari melihat Niel dan Nia yang mulai menjauh.

Sedangkan di kantornya Marvin tidak fokus, ia tiba-tiba merasakan kepalanya berdenyut pusing.

Menyenderkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Marvin merasa kehilangan tapi apa? sungguh perasaan ini menyiksa nya.
































Tbc

Haii, aku lagi di mabok momen bw sksksksk

Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang