28

26.4K 3.1K 185
                                    

Three months later.

Sudah tiga bulan berlalu kini keadaan Marvin sungguh mengenaskan. Kantung mata yang sangat terlihat jelas dan tubuhnya kurusan. Akhir-akhir ini juga pria itu mengalami sakit karena terus memaksakan tubuhnya untuk bekerja tanpa istirahat.

Sedangkan si kembar keduanya pun sekarang lebih sering mengurung diri di kamar. Mereka masih mengharapkan mommy mereka kembali. Di tambah lagi satu bulan yang lalu Felix mempunyai buna baru.

Felix menceritakan bagaimana serunya ia jalan-jalan bersama Daddy dan buna barunya itu. Felix juga menceritakan terkadang ia dan Daddy nya ribut karena rebutan sang buna.

Si kembar yang mendengar cerita itu tentu saja iri, mereka juga menginginkan nya tapi sekarang mommy mereka saja entah pergi kemana.

Di saat keduanya baru saja merasakan keluarga utuh tapi keesokan paginya harus pupus karena mommy nya yang membawa koper. Si kembar juga ingin menangis ketika mengingat kenapa dulu mereka tidak di mansion saja agar mommy nya tidak pergi.

Kini si kembar juga sedang menatap sendu pandangan di depannya. Dimana Felix yang sedang bercanda dengan kedua orang tuanya. Terlihat bahagia dan menyenangkan, kapan giliran keduanya tiba?

Sera yang melihat mata si kembar berkaca-kaca langsung melihat kearah mana kedua melihat.

Setelah tahu Sera pun menghela nafasnya. Mendekati si kembar dan memeluknya.

"Nangis aja sayang, jangan di tahan. Aunty di sini." Ucap Sera.

Tangis keduanya pecah membuat dada Sera terasa sesak. Kedua anak temannya ini masih kecil kenapa harus menjadi korban.

Mail menolehkan kepalanya saat mendengar suara tangis, melihat kearah Sera yang sedang memeluk si kembar.

Mail tertegun, merasa tidak enak pada si kembar. Mail tahu kenapa kembar menangis. Mail mendekati Sera.

Felix yang melihat itu mendongak kan kepalanya menatap wajah sang buna. "Buna, kasian ya mereka." Buna nya hanya mengangguk dan mengelus rambut Felix.

"Ser, kenapa ngga temuin kembar sama Arkana?" Tanya Mail.

Sera menghela nafasnya. "Lo kan tau il, kita semua ngga ada yang tau keberadaan Arkana dimana sekarang. Kalo tau pun gue bawa kembar buat ketemu mommy nya."

"Belum ada yang tau?" Sera menggelengkan kepalanya.

"Kenapa lo ngga nanya sama Alkana aja?" Wajah Sera tampak kesal saat Mail menyebut nama Alkana.

"Ck! Gue juga niatnya gitu mau nanya sama dia tapi dia juga ikutan menghilang gitu aja." Mail menatap kembar yang masih memeluk Sera.

"Hahhh... Udah nyewa detektif masih juga belum di temuin, sebenarnya Arkana ngumpet di mana sih?" Lagi lagi Sera menggelengkan kepalanya.

Leon dan Vano menghampiri kedua nya. "Marvin juga tambah kacau aja gue liat-liat." Celutuk Leon.

"Biarin aja lah, itu juga salah dia sendiri yang bego nya ngga ketulungan." Jawab Sera kesal.

"Marvin udah sadar sama kesalahannya tapi itu semua ngga bakal ngubah apapun kan, sekarang dia cuma bisa nyesel." Timpal Mail.

"Emang ya penyesalan datang di akhir kalau di awal pendaftaran namanya."

"Tapi si Arkana juga rada egois ngga sih? setidaknya dia ngga usah ngilang, gue tau dia ngga ada kewajiban apapun sama si kembar tapi kan masih bisa buat ketemuan gitu walaupun udah bukan siapa-siapanya lagi. Gue kasian sama Arkana tapi lebih kasian sama si kembar, dua anak kecil yang gatau apa-apa ini jadi korban keegoisan dan kebodohan orang dewasa. Arkana dan Marvin." Ucap Vano melihat kembar yang masih menangis sembari menyebut-nyebut mommy.

Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang