25

28.1K 3.5K 251
                                    

"Mereka menginginkan fakta. Namun, mengapa setelah mereka mengetahui fakta tersebut mereka tidak bisa menerimanya?"

•••

Dengan perasaan kesal Arkana mengambil koper dan mengemasi baju-baju nya ke dalam koper.

Memasukkan beberapa barang yang sekiranya dibutuhkan. Setelah selesai semua Arkana menggeret kopernya.

Sesampainya di bawah Arkana di buat kaget karena ada kembar.

"Mommy?" Keduanya terlihat bingung saat melihat Arkana yang membawa koper. Bukan hanya si kembar, semua orang yang masih berada di situ juga sama bingung nya.

Arkana hanya diam di tempatnya, sedangkan si kembar mendekati nya.
Melihat koper dan menatap Arkana.

"Mommy mau kemana? mau jalan-jalan ya? ko kita ngga di ajak?" Tanya Niel polos.

"Mommy mau jalan-jalan sama siapa?" Nia mendongak menatap Arkana.

"Pasti sama daddy kan mom? mommy mau tepatin janji mommy yang itu kan, yang nanti kita jalan-jalan berempat? Yeyyy!" Raut wajah senang terukir dari Nia dan Niel tanpa tahu yang sebenarnya terjadi.

Arkana tak sanggup melihat raut senang kedua anak itu. Arkana berjongkok di hadapan kedua nya. Mencoba menahan rasa sesak di dadanya. Entah kenapa ia juga seperti ingin menangis.

Membelai pipi keduanya sembari mencoba tersenyum. Belum sempat bicara tapi Marvin memotong nya.

"Mau pergi?" Ucap Marvin dingin, ia datang dari belakang Arkana.

Turun dari tangga dengan melipatkan kedua tangannya di dada. Menatap Arkana datar.

Belum sempat Arkana menjawab tapi Niel lebih dulu menjawabnya. "Kita mau jalan-jalan sama mommy kan dad?" Ucap nya dengan senang.

Marvin mengalihkan pandangannya ke arah Niel. Raut wajah itu tetap datar. "Tidak, dia bukan mommy kalian. Dia hanya orang asing."

Arkana tidak percaya Marvin akan terang-terangan seperti itu kepada Niel. Niel memiringkan kepalanya bingung dengan apa yang di maksud Daddy nya.

"Ini, ini mommy kita dad!" Ucap Nia sembari menunjuk Arkana.

"Dia bukan mommy kalian, mommy kalian Alkana udah meninggal!" Ucap Marvin sembari menekan nama Alkana.

"Dia hanya orang asing yang jiwanya menetap di tubuh mommy kalian."

Si kembar semakin di buat bingung oleh perkataan sang Daddy. Raut wajah senang keduanya kini hilang di gantikan raut wajah bingung.

"STOP MARVIN STOP!" Tanpa sadar Arkana meninggikan suaranya.

"Mereka masih kecil Vin, tolong jaga ucapan lo.." lirih Arkana.

Bukannya mengiyakan Marvin malah mendecih.

"Lalu, kau ingin terus membohongi anak-anak saya? cih!"

Emosi Arkana terpancing tapi ia melihat masih ada si kembar, tidak mungkin ia membiarkan keduanya melihat pertengkaran lagi.

Lisa menepuk pundak Arkana. "Biar bunda bawa mereka."

Arkana tersenyum bersyukur melihat Lisa yang sedang membujuk si kembar untuk pergi keluar dulu.

Dengan posisi yang masih berjongkok Arkana tersenyum kepada keduanya.

"Dengerin mommy.. untuk sekarang kalian ikut grandma dulu ya sayang-sayangnya mommy?" Walaupun sedikit tidak rela si kembar mengangguk.

Saat ketiga nya sudah di rasa tidak terlihat lagi Arkana bangun dan menatap tajam Marvin.

Marvin menatap tajam balik Arkana.
"Kau ingin pergi kan? Silahkan tapi sudah saya bilang sebelumnya. Kau boleh pergi tetapi jangan membawa tubuh Alkana."

Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang