03

70.2K 6.7K 131
                                    

Karena kejadian tadi pagi membuat mood makan Arkana turun. Ia sampai harus memasak ulang untuk niel dan nia, hanya untuk mereka karena sampai sekarang pun Arkana masih tidak mood. Ia masih terus mengoceh berjalan kesana-kemari membuat para pelayan menahan rasa gemas padanya.

"Mommy! kami pulang!" Teriakan dua bocil itu membuat arkana yang sedang sibuk menyumpah serapahi marvin terdiam dan menengok ke sumber suara.

Ia melihat kedua bocil itu menenteng tas sekolah nya dan berlari kecil kearah dirinya. Arkana tersenyum dan berjongkok, merentangkan kedua tangannya agar kedua anak berbeda gender itu memeluknya.

Niel dan nia yang melihatnya tersenyum senang dan memeluk mommy nya. Hangat, itulah yang kedua anak itu rasakan. Setelah penantian yang lama akhirnya keinginan mereka terwujud, yaitu di peluk ketika pulang dari sekolah.

Arkana melepaskan pelukannya dan mencium kening kedua anaknya. "Kalian naik ke atas ya, ganti baju dan turun lagi kebawah untuk makan siang."

"Siap mommy." Ucap mereka bersamaan dan langsung berlari ke arah tangga.

"Jangan lari-lari!" Teriakan arkana membuat mereka berhenti dan berbalik melihat mommy nya yang sudah berkacak pinggang, mereka meringis dan tersenyum canggung.

Arkana hanya menggelengkan kepalanya saat melihat mereka berdua berlari kembali. haduh dia tidak pernah menyangka kalau dirinya sekarang sudah menjadi seorang ibu, bukan apa-apa tapi ia harus banyak bersabar untuk menghadapi tingkah laku anak kecil.

Saat ini arkana dan kedua anaknya itu sudah duduk di kursi meja makan. Arkana mengambilkan makanan untuk niel dan nia.

"Makan yang banyak ok?" Kedua anak itu hanya mengangguk kan kepalanya.

"Mom tadi di sekolah bang niel berantem sama tem-hummpp." Niel yang mendengar aduan sang adik langsung saja membekap mulutnya dengan kedua tangannya.

"Berantem?" Suara husky itu membuat mereka bertiga menengok kearah marvin bersamaan.

'nih orang ngapain pulang sih masih jam segini juga?!' batin arkana kesal. pasalnya di dalam ingatan alkana, semenjak nikah marvin tidak pernah pulang pada siang hari dan untuk makan, ia akan makan siang di kantor nya. Berbeda dengan alkana dulu ia makan siang tetap barengan dengan kedua anak tirinya, di temani ocehan atau aduan nia dan niel tetapi ia tidak menanggapi nya.

'haish ini semua karena mulut ember nia!'

'hiih nia tidak tahu kalau Daddy akan pulang huhu.. kan biasanya ngga, kaya bang toyib ngga pulang-pulang.'

"Jadi ada yang bisa menjelaskan nya kepada daddy?" Pertanyaan itu penuh intimidasi membuat niel menunduk takut.

"Jangan dengarkan daddy kalian, makan saja dulu. jelasinnya nanti setelah selesai makan." Marvin yang mendengar ucapan arkana beralih menatapnya.

"Apa-apaan kau ini?!" Suaranya mulai meninggi membuat arkana malas dengan pria yang suka emosian ini.

"Perut lo noh udah bunyi, makan dulu kata gue juga."

"Tidak, niel ayo jelaskan pada daddy apa yang terjadi di sekolah tadi?! daddy tidak pernah mengajarkan kamu untuk berantem-berantem seperti itu!" Niel yang mendengar nada tinggi dari sang Daddy pun jadi lebih takut. Ia ingin menangis saja.

Brakkk

Arkana menggebrak meja makan dengan sangat kuat, ia sudah tidak tahan. Jika marvin terus memojokkan niel seperti itu, bagaimana sang anak ingin menjelaskan nya?

Mereka semua terkejut dengan gebrakan yang di lakukan oleh arkana.

"Bibi! Tolong bawa anak-anak ku pergi ke kamar dulu!" Kedua pelayan itu mengangguk dan menuntun niel, nia untuk pergi masuk ke kamar mereka agar tidak melihat pertengkaran marvin dan arkana, ya walaupun tadi sudah melihatnya.

"Apa yang kau lakukan alkana?!"

"APA? APA YANG GUE LAKUIN? GUE NGELAKUIN APA YANG SEHARUSNYA GUE LAKUIN. LO BISA NGGA SIH JANGAN KAYA TADI? LO BISA NANYA BAIK-BAIK KE MEREKA KENAPA ALESAN NIEL BERANTEM BUKAN LANGSUNG NYALAHIN GITU AJA! LO BELUM TAU PENJELASAN NIEL YANG OTOMATIS LO BELUM TAU DIA SALAH ATAU BENER!" Deru nafas arkana terengah-engah, dada nya naik turun karena emosi. Sedangkan marvin, ia terdiam.

Tumben sekali istrinya itu peduli pada anak-anak nya? ia biasanya acuh saja tidak mau ikut campur tapi sekarang? istrinya itu bahkan membentak nya demi membela anak-anak yang dulu sering kali dia acuhkan.

💦💦💦

Saat ini alkana berada di kamar kedua anaknya. Setelah bertengkar tadi marvin yang mengalah dan pria itu bilang ingin pergi keluar untuk menjernihkan pikiran nya.

"Hiks.. mom hiks maaf hiks karena niel, mommy sama daddy hiks jadi berantem."

"Mommy hiks nia juga minta maaf huaa."

Arkana diam, ia ingin menjawab tapi emosinya masih belum stabil. Sebenarnya ia ingin keluar tadi mencari udara segar juga seperti marvin, tapi jika mereka keluar secara barengan bagaimana dengan kedua anak itu? di tinggal begitu saja dan tidak ada sosok salah satu orang tuanya yang memeluk mereka?

"Huaaa mommy tidak memaafkan nia ya? ko mommy diam aja hiks." Arkana menggeleng dan membalas pelukan keduanya. Memanggil nama anak-anak nya membuat mereka mendongak dan jari-jari arkana mengusap cairan bening itu.

Arkana tersenyum, membelai pipi chuby keduanya. "Sudah ya? jangan menangis lagi heum? mommy tidak suka melihat kalian menangis seperti ini dan kalian tidak salah sayang jadi tidak perlu untuk meminta maaf kepada mommy."

"Seharusnya mommy yang minta maaf harus membuat kalian melihat pertengkaran itu." Ucapnya lirih, ia jadi teringat bagaimana dirinya dulu yang juga sering melihat kedua orang tuanya bertengkar, arkana semakin mempererat pelukannya.

"Sekarang kalian sudah tenang?" Tanya Arkana membuat mereka berdua menganggukan kepalanya.

"Nah, jadi jelaskan gimana abang iel bisa berantem? Mommy tidak akan marah kalau abang benar tapi jika abang yang salah baru mommy akan marah, karena berantem di usia kalian itu tidak di wajar kan."

"Eum.. berarti kalau sudah besar, berantem itu di wajarkan mom?" Pertanyaan nia membuat arkana menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ya tidak juga nia, berantem itu tidak boleh dari anak-anak sampai dewasa." Nia memiringkan kepalanya seperti sedang sedang memikirkan sesuatu.

"Ohh nia paham mom, yang kalau anak-anak dan dewasa tidak boleh berarti yang boleh hanya omah atau opah kan mom? kan mereka sudah tua jadi boleh berantem." Arkana menepuk keningnya sendiri sedangkan niel ikut penasaran juga apakah yang dikatakan adiknya benar atau tidak.

Ia ingin menjelaskan agar nia paham dan tidak salah tangkap lagi tapi ia juga tidak tau harus bagaimana untuk menjelaskan nya.

Arkana menghela nafasnya. "Tidak juga nia, huuhh sudahlah lupakan. tadi bagaimana abang mu itu bisa berantem nia?"

Nia, anak perempuan itu mengubah mimik wajahnya yang tadi penasaran sekarang terlihat sedih.

"Me-mereka bilang daddy dan mommy tidak menyayangi kita berdua, karena kita selalu di antar jemput oleh supir tidak pernah mommy dan daddy mengantar atau menjemput kita."

Hati Arkana terenyuh mendengar penjelasan Nia. Ya walaupun Marvin sayang kepada kedua anaknya tapi ia jarang meluangkan waktu untuk anak-anak nya. Kejadian tadi membuat arkana pusing, belum seminggu dirinya di sini sudah merasakan pertengkaran yang sering alkana rasakan dulu.

Bedanya dulu Marvin yang membela kedua anaknya tapi sekarang Arkana lah yang membela kedua anak itu.

"Mulai besok mau mommy yang anter kalian sekolah hm?" ucap Arkana sembari mengelus rambut keduanya. Nia dan Niel mendongak dengan mata yang berbinar.

"Maauuu!"


























Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang