18

34.5K 3.8K 72
                                    

Marvin tercengang di depan matanya dengan jelas ia melihat mayat yang sangat mengenaskan. Dengan kondisi tidak memakai sehelai benang pun. Bagian perut itu terbuka begitu saja membuat isi perutnya keluar semua.

Usus dan organ yang lainnya ada tapi ginjal, Marvin tidak melihatnya. Kedua bola mata nya juga sudah tidak ada. Bukan itu saja kedua tangan dan kaki nya pun terputus entah kemana.

Marvin shock? tentu saja. Ia menolehkan kepalanya menatap ke empat temannya itu meminta penjelasan.

Sera yang melihat itu mengerti dan bangun dari tempat duduknya untuk mendekat ke Marvin.

Menepuk pundak kokoh Marvin, melihat mayat wanita itu terkekeh dan mengalihkan pandangannya ke Marvin.

"Udah gue bilang kan, Vin? Gue nyewa pembunuh bayaran dan lo kira gue cuma boongan? haha ngga Vin, gue selalu serius sama omongan gue kalo udah bener-bener muak." Jelas Sera sambil merogoh kantong jaz nya dan menyalakan rokok.

"Gue tau tapi yang ada di pikiran gue kaya cuma di tembak mati doang ngga sampe segitunya." Ucap Marvin sembari melihat mayat itu lagi yang mulai di kerubungi lalat.

Sungguh bau nya sangat tidak enak, membuat perutnya mual.

"Yaudah, bicarain di mansion Marvin aja. Jangan di sini, ngga enak njir bau nya." Usul Mail karena Mail merinding, ini sudah hampir tengah malam bagaimana ia tidak merinding apalagi di depannya terdapat mayat yang begitu jelas.

Mereka semua mengangguk setuju dengan ucapan Mail dan mereka pun keluar untuk meninggalkan tempat itu, menuju mansion Marvin. Omong-omong mereka tadi berada di sebuah gedung tengah hutan yang sudah lama terbengkalai.

Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang ingin Marvin pertanyakan kepada ke empat temannya itu. Sungguh, dia tidak pernah terpikirkan Nova akan meninggal dengan sangat mengenaskan seperti itu.

Nova, wanita itu yang selalu mengikuti Marvin. Di ruang tamu, yang duduk di paha Marvin. Yang tiba-tiba datang berbicara kapan menikahinya dan pergi begitu saja. Lalu, yang waktu ada kedua orang tuanya Marvin.

Yang mengintip waktu Arkana dan Marvin bertengkar pun, Nova.
Sebenarnya sudah dari dulu Nova mengejar-ngejar Marvin tapi tidak ada yang sadar, mereka sadar setelah kejadian itu. Tapi Marvin, ah pria itu kalo urusan begitu tidak akan paham.

Menjadi seorang pengusaha sukses di berbagai negara itu patut di pertanyakan ketika urusan percintaan saja tidak bisa?

Ah atau karena terlalu gila bekerja jadi berpengaruh ke urusan seperti itu? Entahlah.

Butuh waktu satu jam dari hutan ke mansion Marvin dan sekarang akhirnya mereka sampai.

Marvin mengusulkan untuk di taman saja membicarakan nya karena kalau di dalam takut istrinya terbangun untuk mengambil air dan mendengar nya.

Kelima orang itu duduk melingkar di taman belakang mansion Marvin.

"Jadi?" Marvin bertanya lebih dulu karena sungguh ia sangat penasaran.

Sera menghela nafas dan menatap wajah Marvin. "Sungguh, aku sudah muak Vin. Dia itu hanya perusak dan hama sejak dulu saat kau masih bersama istri pertama mu!"

Marvin ingin membuka mulutnya untuk bicara namun Sera lebih dulu berbicara.

"Apa? lo mau bukti kalo dia itu salah atau ngga nya? percuma Vin, lo kalo mau buktiin dia salah atau ngga nya ngga perlu dia!" Ucap Sera.

"Lagipula buat apa? buat jelasin ke mantan istri pertama lo kalo kejadian itu Nova yang ngerencanain itu semua? Sampai kapanpun Nova ngga bakal mau ngaku Vin, dia tuh ular licik jadi yaudah dia mati pun ngga jadi masalah." Lanjutnya dengan ekspresi wajah yang santai.

"Terus juga lo udah punya alkana Vin, buka hati lo buat dia!" Ucap Sera sembari menunjuk-nunjuk dada Marvin.

"Mantan istri lo juga udah bahagia tuh sama keluarga kecil barunya, lah lo disini wkwk ujung-ujungnya ngeduda lagi mampusin aja." Marvin terdiam, ia juga bingung harus bagaimana.

"Jangan berharap lebih sama Marvin, ser. Sama mantan istri pertama nya aja sampe udah punya anak tetep ngga bisa cinta walaupun perlakuan nya lembut ngga kaya pas ke alkana." Ucap Vano pedas sembari melirik Marvin yang sedari tadi diam.

"Lo ngga boleh gitu goblok! Situ aja jomblo tuh, orang terakhir kali pacaran aja lo di tinggalin gara-gara sifat lo itu!" Ucap Leon kesal membuat Vano diam.

Sera merolingkan kedua matanya malas. "Kalian berempat tuh sama aja kalo soal percintaan sat! Kaku semua."

Mail milih aman, diem aja eh kena juga ujungnya. "Bacot anjir, lo sendiri sampe sekarang belum nikah tuh."

"Hehe peace!" Sera tersenyum kikuk dan mengangkat kedua jarinya.

Kelima nya terdiam sejenak, mereka hanyut dalam pikiran masing-masing tanpa tau di atas pohon terdapat dua orang yang sedari tadi mendengar percakapan kelima nya.

Ah ralat, satu orang dan satu lagi Alkana arwah yang masih berada di sekitar Arkana.

Mereka sedang berkomunikasi dalam hati karena kalau Arkana bersuara nanti ketauan dong.

"Lo tau ngga yang di maksud mereka, Al?"

"Gue cuma tau salah satu dari mereka abis nyewa pembunuh bayaran buat bayar wanita gila itu."

"Hah? Anjing jangan bercanda lo monyet, wanita gila? Siapa?"

"Gue serius, goblok! Nova, wanita yang pernah lo ciduk itu di mansion dua kali. Dia dulu temen mereka tapi gara-gara dia obses ke Marvin ya gitu deh jadinya apa yang lo liat."

"Oh dia toh, apa ada hubungannya sama mantan istri nya Marvin? Eh tapi berarti masih hidup dong terus kenapa mereka cerai?" Ingin rasanya Alkana mendorong Arkana dari atas pohon, biar jatoh. Nanya mulu Arkana tuh kan Alkana nya jadi pusing.

"Ada, masih hidup tapi di luar negeri, biar Marvin aja yang jelasin sendiri nanti nya."

Alkana menghela nafas. "Gue yakin, setelah kejadian malam itu Marvin bakalan bersikap yang menurut lo aneh dan tentunya Aron juga yang masih ngejar-ngejar lo. Kalo bisa lo jangan sampe baper sama kedua nya."

"Kenapa? Aron juga boleh tuh kalo otaknya waras." Jawab Arkana bingung dan menatap wajah Alkana.

"Terserah."

"Jangan-jangan lo cemburu yaa karena gue di deketin cowok-cowok?" Tanya Arkana jahil.

"Kampret lo, engga ya! aduh pengen banget rasanya mukul lo tapi tembus mulu." Arkana hanya tertawa menanggapi nya dan kembali melihat kearah lima orang tadi.

Ups, Arkana kelepasan tertawa membuat keempat dan satu wanita itu merinding.

Arkana membekap mulutnya sendiri.

"Eh asu suara ketawa siapa tuh?" Tanya Vano panik yang sudah berlindung di belakang badan Leon, padahal Leon juga takut!

"Aduhh jangan gangguin gue dong, gangguin yang lain aja noh! Gue masih belum puas ngerjain Felix anjir!" Mail juga panik, ya siapa sih yang ngga panik denger suara ketawa tengah malam kaya gini.

Marvin juga sebenarnya panik sama merinding tapi dia mencoba untuk terlihat biasa aja.

Sera, wanita itu terlihat anteng-anteng saja sebelum suara ketawa terdengar lagi namun yang sekarang suaranya haduh Sera tidak mau menyebut nya ia mending langsung lari saja dari situ.

Melihat Sera lari membuat yang lainnya ikut berlari juga walaupun si Leon dan Vano terlihat jelas seperti tidak bisa di gerakan kedua kakinya, mungkin karena rasa panik.

Akhirnya Mail yang menyadari Vano dan Leon tidak bisa berlari pun menggeret keduanya.

Setelah kepergian kelima orang itu Arkana saking ngakak nya sampe jatuh dari atas pohon, fyi suara ketawa yang kedua itu bukan berasal dari dia tapi dari Alkana.





























Tbc




Aku gak suka ada felakor lama-lama wkwk jadi ydh deh, sorry ya Nova

Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang