20

36.9K 3.6K 173
                                    

Arkana juga tau kalo tadi dia pengen kabur kemana aja yang penting jauh dari mansion tapi sekarang itu malah menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.

Hutan, ya sekarang Arkana berada di hutan belantara. Mobil yang asal ia naiki itu membawa nya ke hutan.

Arkana merinding lama-lama berada di hutan dan masih di atas mobil pick up yang tadi asal ia naiki itu.
Supir nya entah turun kemana, berniat ingin turun tapi Arkana penasaran sama yang di sampingnya, bau amis sangat menyengat sedari tadi. Tangan nya terulur untuk membuka penutup itu dan betapa terkejutnya Arkana saat mengetahui isi di dalamnya.

Mayat yang masih segar. Menutup kembali dan segera turun dan berlari menjauh dari situ. Arkana tidak ingin sang supir mengetahui dirinya dan malah ia di bunuh.

Niat ingin kabur dari mansion agar terhindar dari Sera yang menyuruh nya untuk menjaga Marvin eh malah liat mayat.

Berlari tergopoh-gopoh sembari menyalakan handphone dan GPS. Arkana memang tadi sempat mematikan handphone dan GPS nya agar tidak ada yang bisa mengetahui keberadaan nya tapi lagi-lagi itu menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Mencoba fokus berlari agar cepat keluar dari hutan karena benar-benar tidak ada sinyal di dalam hutan.
Karena lelah terus berlari sedari tadi Arkana mendudukkan dirinya di bawah pohon yang tinggi dan lebat.

Menyenderkan tubuhnya di pohon itu dan memejamkan kedua matanya mencoba memanggil Alkana untuk menolong nya agar keluar dari hutan.

Hanya itu yang ada di pikiran Arkana untuk saat ini. Menelfon teman-teman nya pun tidak bisa kan karena tidak ada sinyal.

Arkana pikir Alkana akan datang tapi nihil tidak ada tanda-tanda kedatangan Alkana, membalas panggilan nya saja pun Alkana tidak menjawab.

"Oh ayolah sinyal, datanglah!" Gumam Arkana sembari terus menggoyang-goyangkan handphone nya mencari sinyal.

Sampai akhirnya ia mendapatkan sinyal dan buru-buru langsung saja menelfon Rey.

"Lo di-"

"Hutan!! Sekarang gue lagi di hutan, tolong gue plis!"

"Ngapain ke hutan anying?"

"Jangan banyak tanya deh Rey mending jemput gue sini cepetan, gue takut anjir abis liat mayat!"

"Serlok."

"Ga bisa, ini aja gue nyari sinyalnya susah mending lo nyari gue lewat GPS aja deh, GPS udah gue aktifin gu-HUAAAA!"

Sedangkan di sisi Rey yang mendengar teriakan Arkana terkejut, yang lain pun ikut terkejut.

"Halo Al? Woi Al lo kenapa anjir!" Semua nya panik, belum lagi telfon nya mati sepihak.

Rey mencoba menelfon Arkana lagi namun tidak di angkat.

"Mampus, Sial banget tuh bocah udah kabur terus malah di bawanya ke hutan mana liat mayat lagi ckckck!" Cibir Sera dengan ekspresi julid nya.

"Ngga usah julid dulu bisa ngga? Alkana lagi butuh bantuan kita sekarang!" Ucap Gio kesal.

"Aduh iya tuh bener, gue takutnya si Alkana ketemu hewan buas atau malah bisa yang lebih serem dari itu." Leon bergidik ngeri membayangkan nya.

"Ngga boleh ngomong gitu, ya walaupun bener tapi salah tapi bener sih ya tetep salah." Timpal Adi.

"Terserah lo di, terserah!" Ucap Rey jengah.

"Jadi ngga nih? ntar si Alkana keburu mati tuh kelamaan di hutan."

Rey mencubit lengan Mail yang kebetulan di sampingnya. Mail meringis.

Transmigrasi Arkana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang