Chapter 14

6.2K 761 8
                                    

"Ini, makan ini adik manis. Makan lebih banyak sayur dan kau akan sehat!"

Luca memperhatikan piringnya dan kemudian menatap piring milik Ivan di depannya. Yang pertama penuh dengan berbagai sayuran sedangkan yang terakhir hanya memiliki daging.

"... Jika kau tidak ingin makan sayur, maka jangan pesan hidangan ini!" Luca menyingkirkan beberapa sayuran yang ada di piringnya dengan kesal.

Mereka kini tengah berada di sebuah restoran, Ivan meminta agar mereka makan siang di luar. Dan di sinilah mereka berada, restoran yang sama, dimana Luca dan Lia makan siang terakhir kali. Salahkan dia karena tidak melihat-lihat lebih banyak saat itu, hanya ini satu-satunya restoran yang ia tahu. Setidaknya hidangan di sini lezat.

"Bukannya aku tidak ingin, tapi kau harus memperbanyak makan-makanan seperti ini untuk pertumbuhan mu." Ivan menjelaskan dengan pengertian. Pria itu menatap Luca dari bawah hingga atas, setelah beberapa saat dia menghela nafas.

Menarik nafasnya secara perlahan, Luca tersenyum tulus, itu begitu tulus hingga hampir menakutkan. Pemuda itu meletakkan sendoknya dan berdiri. "Nikmati hidanganmu, aku akan ke kamar kecil sebentar." ^⁠_⁠^

"Jangan terlalu lama, aku akan kesepian~"

Luca melambaikan tangannya acuh, dia mengenakan tudung jubahnya dan berjalan keluar dari ruangan. Sepertinya dia harus memikirkan kembali keputusan berteman dengan Ivan... Pria itu selalu menggodanya!

Semula saat dia pertama kali melihatnya, dia mengira bahwa Ivan adalah seseorang yang anggun dan masuk akal. Tapi setelah mereka berbicara, dia tahu bahwa kata-kata 'Jangan menilai buku dari sampulnya' benar-benar menggambarkan pengalamannya saat ini.

Terlalu fokus dengan pikirannya, Luca lupa bahwa dia tidak tahu dimana letak kamar mandi di restoran ini. Pemuda bermanik cokelat itu melihat sekeliling dengan bingung dan akan terus berjalan lurus saat suara seorang laki-laki terdengar di belakangnya. Sopan dan hormat.

"Permisi, Tuan?"

Luca membenarkan jubahnya terlebih dahulu sebelum dia berbalik, bagaimanapun dia adalah Tuan Muda dari kediaman Lawrence, akan jadi merepotkan jika dia menarik banyak perhatian.

Ngomong-ngomong ini adalah jubah pemberian Ivan, jubah ini berwarna hitam dengan pola benang perak dan cukup spesial. Ini spesial karena meskipun orang yang memakai jubah menutupi matanya, dia masih tetap bisa melihat seperti biasa. Secara singkat, ini tembus pandang.

Tapi jika orang lain yang melihatnya, mereka hanya akan melihat tudung hitam biasa. Mereka tidak akan bisa melihat wajah orang yang memakai jubah, jika orang itu tidak melepaskan jubah mereka. Jubah ini cukup berguna untuk seseorang yang ingin menyembunyikan identitas mereka tanpa merasa kesulitan melihat. Seperti Luca.

Dia bisa melihat penampilan laki-laki yang memanggilnya, itu adalah seorang pemuda yang mengenakan pakaian pelayan dengan rambut hitam pendek serta senyum sopan yang tergantung diwajahnya. Pemuda itu bertanya kembali, masih dengan sikap sopan yang sama, "Apa anda memerlukan sesuatu?"

Mendengar pertanyaan itu, Luca tersadar dan menjawab dengan sedikit malu, "... Aku tersesat saat ingin mencari kamar kecil."

"Ah.." Pemuda itu mengangguk mengerti, dia memberi isyarat 'silahkan' dan berkata dengan sopan, "Saya akan mengantar anda kesana, silahkan."

"Terima kasih."

***

"Ah, Lelahnya.."

"Lima belas, ini sudah yang ke lima belas kalinya kau mengeluh, Nia." salah seorang rekan kerja berucap.

Nia menyandarkan kepalanya di meja dan menghela nafas, dia tampak lelah, "Mau bagaimana lagi? Setidaknya ini mengurangi sedikit kelelahan ku."

"Lihat perbedaan mu dengan Aerin, gadis itu tidak pernah mengeluh sepertimu." rekan kerja itu menghela nafas, "Sayang sekali dia dipecat, aku merindukannya."

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang