Chapter 22

3.6K 471 18
                                    

Langit secara perlahan berubah menggelap, hewan-hewan nokturnal mulai menunjukkan atensinya. Membuat hutan yang tadinya sepi menjadi sedikit ramai karena suara-suara mereka.

Luca menatap putus asa pada pohon di depannya. Terdapat tanda silang yang ia buat menggunakan batu, sebagai petunjuk jika ia sudah melewati jalan ini. Dan sepertinya, dia hanya berputar-putar di dalam hutan ini. Kembali ke titik awal dia memulai.

Sudah lebih dari satu jam Luca berjalan, tapi hasilnya malah kembali ke tempat semula ia berada. Bukankah dia benar-benar buta arah?!

Manik cokelat pemuda itu menatap langit yang kini menggelap, angin dingin berhembus membuatnya sedikit menggigil.

Tidak mungkin untuk menemukan jalan keluar saat hari sudah gelap. Bukan hanya dia tidak akan menemukan jalannya, bisa jadi dia malah masuk semakin dalam ke hutan.

Luca tahu benar hal ini, jadi dia memutuskan untuk mencari tempat beristirahat.

Malam ini bulan tidak muncul bersama dengan rekannya, bintang. Langit tampak gelap dan suasana hutan semakin menakutkan karena tidak adanya cahaya.

Luca tidak menyukai kegelapan. Pikirannya akan secara otomatis menakut-nakuti dirinya sendiri. Membuat skenario yang sangat menyeramkan dan menduga-duga banyak hal yang mungkin akan terjadi di dalam ke gelapan.

Lihat saja wajahnya sekarang. Itu sepucat kertas, matanya bahkan melirik ke segala arah dengan waspada. Saat pikirannya benar-benar terisi dengan berbagai macam gambaran hantu yang pernah ia lihat di film, seekor kunang-kunang lewat tepat di depan matanya.

Membuat manik cokelat itu bersinar. Luca mengamati kunang-kunang, nyatanya bukan hanya ada satu. Saat ia menoleh, banyak kunang-kunang yang entah sejak kapan sudah mengelilinginya. Membuat area di sekitar pemuda itu bercahaya dengan cahaya hijau kekuningan.

Luca menatap kunang-kunang itu dengan bingung, tangannya terulur secara tidak sadar dan salah satu kunang-kunang hinggap di salah satu jarinya. Tepat berada diatas cincin perak yang tersemat di jari telunjuk miliknya.

"Terima kasih, kalian membantuku." dia mengucapkan terimakasih. Tidak peduli jika hewan kecil itu mengerti atau tidak, tapi yang pasti dia merasa sangat terbantu. Setidaknya tidak terlalu gelap seperti tadi.

Matanya beralih pandang pada kegelapan di depan sana. Setelah beberapa detik mengamati, dia mengembalikan pandangannya pada kunang-kunang yang masih hinggap di jarinya. Pemuda itu bersuara, hampir memohon. "Teman kecil, bisa tidak jika kalian menemaniku dulu, sampai aku menemukan tempat beristirahat?"

Heh... Sepertinya aku benar-benar sudah tidak waras berbicara pada binatang.

Luca menggelengkan kepalanya pelan, dia menatap pada kunang-kunang yang sudah terbang menjauh. Hanya kunang-kunang yang tadi hinggap di jarinya, kunang-kunang yang lain masih setia berada di sekelilingnya.

"Kenapa kalian tidak ikut pergi?" Luca bersuara bingung pada para kunang-kunang yang masih mengelilinginya.

Selang beberapa detik, kunang-kunang yang tadi pergi kembali lagi. Itu terbang tidak jauh dari Luca berada dan diam ditempat itu. Sampai di titik ini, Luca entah bagaimana menyimpulkan jika kunang-kunang itu ingin dia mengikutinya.

Yah, katakan bahwa dia sudah benar-benar tidak waras. Tapi bagaimanapun lebih baik berjalan dengan tujuan daripada berjalan ke sembarang arah di dalam hutan yang gelap ini.

Setelah berpikir beberapa saat, Luca akhirnya memutuskan untuk mengikuti kunang-kunang itu. Membelah hutan yang semakin menyeramkan dan berjalan menuju tempat yang ia tidak ketahui.

***

Cahaya lilin menerangi sebagian ruangan yang nampak sedikit kumuh. Hawa lembab memenuhi ruangan, tapi ini sama sekali tidak mengganggu seseorang yang saat ini tengah berlutut didepan tuan nya.

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang