Chapter 12

6.4K 797 8
                                    

Di sebuah ruangan khusus, beberapa orang berseragam berdiri dengan teratur, mengamati gadis bermanik emerald yang tengah duduk diam di ranjangnya. Membiarkan tabib tua memeriksa dirinya.

Setelah beberapa menit pemeriksaan, tabib tua itu berkata dengan takjub, "Ini sangat luar biasa! Sebelumnya tubuhmu mengalami cidera berat bahkan organ dalam mu juga terluka. Kami sudah melakukan yang terbaik untuk menjaga dirimu tetap hidup sebelumnya. Dan sekarang, setelah kau bangun dari koma, tubuhmu yang semula berantakan kini perlahan pulih!"

Aerin yang mendapatkan tatapan pemujaan hanya terdiam. Gadis itu saat ini tengah mengkhawatirkan ibunya. Tabib mengatakan dia tidak sadar selama tujuh hari penuh setelah terkena insiden kabut sihir, ibunya pasti mengkhawatirkan dirinya.

Dia tidak bisa pergi begitu saja, karena saat ini dia berada di bawah pengawasan pemerintah. Dia akan bisa pergi setelah bertemu dengan sang Marquess.

Dia menatap seorang perwira dengan cemas dan bertanya, "Kapan atasanmu akan datang? Aku harus segera pergi, ibuku pasti sangat khawatir."

Sebelum perwira itu bisa menjawab, suara berat seseorang terdengar. Berwibawa dan tegas, "Kami sudah memberitahu ibumu tentang kondisimu saat ini. Jadi jangan cemaskan itu."

Seorang pria usia tiga puluhan, perlahan muncul di bidang penglihatan Aerin. Gadis cantik itu mengetahui dengan jelas identitas orang lain dan segera akan turun dari ranjang untuk menyambut nya. Namun itu di hentikan.

"Tidak perlu. Tubuhmu belum cukup stabil, istirahat lah dengan baik."

Aerin yang mendengar itu mengangguk dan memanggil dengan sopan, "Tuan..."

Victor mengangguk membalas. Pria itu bukan lagi pria yang lembut seperti sebelumnya, melainkan tegas dan memiliki aura seorang prajurit yang kuat. Ini membuat Aerin mau tidak mau sedikit takut melihat Sang Marquess.

"Kau pasti tahu dengan jelas apa yang ingin ku lakukan." Ucap Victor.

Aerin yang masih duduk di ranjang secara perlahan menganggukkan kepalanya, "Saya tahu. Saya akan memberitahu anda tentang apa yang saya lihat di dalam kabut."

Gadis itu tidak bertele-tele dan menjelaskan segalanya. Mulai dari saat dia dipecat dari pekerjaannya, kemudian menuju pasar untuk menghilangkan kesedihannya sekaligus membelikan sesuatu untuk ibunya. Dia secara misterius tertarik pada salah satu toko yang berada di ujung pasar, dan pergi ke sana untuk melihat-lihat. Sesampainya di sana ia melihat seorang pria dengan jubah hitam tengah merapal mantra. Di saat dia ingin menghentikannya, pria itu lebih dulu melukainya sebelum menyelesaikan mantranya. Seketika kabut putih mulai muncul dan membuat kepalanya terasa berat.

Tidak berhenti sampai disitu, pria berjubah hitam itu langsung menyerangnya hingga dia merasa bahwa hanya dengan satu pukulan lagi dia akan mati saat itu juga. Aerin yang merasa bahwa ini batas hidupnya, hanya menyerah dan menutup matanya. Namun pukulan itu tidak datang, melainkan suara sesuatu yang keras terdengar. Saat Aerin membuka matanya, pria berjubah hitam itu sudah terlempar cukup jauh darinya, yakin bahwa dia memuntahkan seteguk darah. Kemudian, dia melihat siluet orang lain.

"... Saya tidak bisa melihat wajah kedua orang itu dengan jelas karena kabut. Dan juga sakit kepala dan luka yang saya terima, membuat saya linglung, sebelum kemudian pingsan." Ucap Aerin mengakhiri ceritanya.

Victor yang berdiri di samping ranjang, mendengarkan semua yang di katakan Aerin sebelum dia mengangguk dan menarik kesimpulan. "Ini jelas pertarungan antara dua orang, di ruang publik yang merugikan berbagai pihak. Kita akan terus menyelidiki ini!" pria itu agak kecewa dengan apa yang ia dapatkan.

Semua prajurit yang ada di sana menjawab dengan serempak; "Baik!"

Victor menatap Aerin, "Terima kasih atas kerja samamu, Nona. Istirahatlah selama beberapa hari di sini, jika kau belum merasa baik."

Aerin segera menggeleng, "Saya tidak melakukan apapun. Seharusnya saya yang berterima kasih, karena Tuan mau merawat saya."

Victor tidak mengatakan apapun dan hanya mengangguk. Dia meninggalkan ruangan bersama dengan beberapa rekan yang ia bawa.

Aerin melihat Sang Marquess telah pergi dan berniat untuk pergi juga. Namun itu segera di hentikan oleh tabib, "Apa yang kau lakukan? Kau belum sepenuhnya sembuh!"

"Maaf tabib, tapi aku harus segera pulang." dia membungkuk dengan sopan. Dia belum mengambil setengah langkah sebelum lengannya di tarik, dia menoleh dengan bingung.

"Setidaknya bawa obat-obatan ini." Tabib tua itu memberikan kantung berisi beberapa obat.

Aerin tidak menolak dan berterima kasih atas itu. Dia membungkuk sekali lagi pada tabib dan juga beberapa perwira yang masih ada di sana. Mereka menawarkan untuk mengantarnya, namun Aerin menolak dengan sopan. Berkata bahwa itu akan merepotkan mereka.

Plotnya sudah berubah. Bahkan melenceng dari lintasan dengan sangat jauh.

***

Luca di sisi lain tentunya tidak mengetahui perubahan ini. Pemuda itu tengah berendam di bak mandi kayu yang telah di isi oleh air hangat oleh Lia, dia secara perlahan menggosok lengannya sembari memikirkan sesuatu.

Ivan Joanna Olivier.

Nama itu terus terlintas di benaknya. Bagaimana tidak, jika pria itu adalah tokoh utama ke-tiga dalam novel?!

Dia akan jatuh hati serta terpesona oleh kelembutan dan kebaikan Aerin, setelah pertemuan pertama tidak disengaja mereka. Penulis bahkan dengan teliti mendeskripsikan bagaimana, dimana, kapan dan suasana apa yang terjadi saat pertemuan mereka dengan sangat, sangat baik. Pria itu akan menjadi teman dan sahabat pertama Aerin setelah gadis itu memasuki Akademi.

Kemudian dimulailah petualangan di sertai benih cinta yang perlahan tumbuh di hati Ivan. Secara perlahan, dia menyadari perasaannya pada Aerin bukan hanya sekedar teman, dia menginginkan lebih.

Tapi sayangnya, kedua tetaplah kedua, pada akhirnya Aerin jatuh cinta pada pahlawan pria. Kemudian timbul lah cinta segitiga, Ivan meskipun telah mengetahui bahwa Aerin menyukai pihak lain, dia masih tidak mau menyerah. Dia dan pahlawan pria memulai persaingan secara sehat, dan hasil akhirnya sudah diketahui. Aerin dan pahlawan pria bersama.

Ivan hanya menjadi pendorong kisah cinta Aerin. Setelah itu dia tiba-tiba menghilang dan tidak pernah kembali ke ibukota, kisahnya tamat sampai disini.

Di novel, sama sekali tidak disebutkan jika Ivan memiliki hubungan dengan Keluarga Lawrence. Bahkan saat satu keluarga di hancurkan, Keluarga yang lain tidak berusaha menyelamatkan atau apapun. Bahkan sama sekali tidak muncul. Ini mungkin plot tersembunyi dan terbuka karena dia sedikit mengacaukan ritme novel.

"Aku harap tidak ada lagi plot tersembunyi..." Luca bergumam.

Dia ingin hidup aman dan damai. Tidak ingin mencampuri plot dan bahkan berhubungan dengan tokoh-tokoh penting, terlalu merepotkan. Dia hanya ingin merubah nasib kematiannya, selain itu, menjadi penonton cukup menyenangkan.

Tapi karena ini sudah menjadi seperti ini, maka biarkanlah. Selagi hal itu tidak mempengaruhi kedamaiannya, dia akan cukup baik hati untuk berteman dengan Ivan.

Lagipula memiliki hubungan pertemanan dengan wakil Presiden Kemahasiswaan Akademi, cukup bagus.

Luca tersenyum. Pemuda itu sudah mulai memikirkan banyak keuntungan dari pertemanan antara dia dan Ivan setelah dia berhasil memasuki Akademi Roxana.

"Tuan muda...?" Pikirannya terputus saat suara Lia datang dari balik pintu disertai dengan ketukan lembut.

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

êåêr ¢ïl~

Luca dengan senyum (¬‿¬) : Aku akan mendapatkan banyak keuntungan, hehehe.

Kemudian...

Dengan wajah dan telinga memerah, Luca menatap pria di depannya : Apa yang kau lakukan?!

Ivan, menjilat bibirnya : Bukankah kau berteman dengan ku untuk keuntungan? Ini salah satunya ^ ^

Luca : .....

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang