Chapter 7

7.3K 922 11
                                    

Dia tidak punya keluarga, jadi apa yang dia tahu?

Jangan berteman dengannya!

Ibuku tidak mengizinkan ku untuk bicara denganmu..

Dia anaknya? Ku dengar orang tuanya meninggalkan dia saat dia masih kecil..

Luca membuka matanya dan segera duduk dengan nafas tersengal. Mata pemuda itu berkilat panik saat dia kembali mengingat masa kecil di dunia sebelumnya.

'Tenanglah, itu hanya mimpi..' Luca mengusap wajahnya guna menenangkan pikiran yang berkecamuk.

Segera, rasa dingin dari besi mengenai wajahnya. Perhatiannya teralihkan pada sepasang cincin yang terpasang di jari telunjuk dan manisnya. Cincinnya berwarna perak sederhana dan kedua cincin itu tersambung oleh rantai perak yang memiliki hiasan kupu-kupu serta berlian putih berukuran kecil.

Sejak kapan dia memakai cincin? Luca berpikir bingung. Kemudian ingatannya dibawa saat dia melihat sosok kabur seseorang. Apakah orang itu...

"Tuan muda?! Anda sudah sadar?!"

Pikiran Luca terputus saat mendengar teriakkan kaget dari seorang gadis. Menoleh, ia melihat Lia menatap dengan terkejut bercampur senang ke arahnya.

"Seperti... Yang kau lihat." Luca berbicara, dia bisa merasakan tenggorokannya kering dan sakit sekarang.

Sejak terbangun, pikirannya tertuju pada mimpi kemudian cincin yang ada di jarinya. Sekarang dia memperhatikan, ini adalah kamarnya dan dia sekarang berada di kediaman Lawrence, bukan lagi terjebak di kabut putih menyebalkan itu. Rasa sakit di punggung dan kepalanya juga telah hilang. Selain tenggorokannya yang sakit, dia tidak memiliki keluhan lain.

Melihat tuan mudanya tidak nyaman, Lia segera menuangkan secangkir teh dan memberikannya kepada pemuda itu.

Luca memberikan isyarat terima kasih dan meminum teh itu secara perlahan.

"Saya sangat khawatir dengan kondisi anda, tuan muda." Lia berbicara, nada gadis itu memancarkan kekhawatiran yang jelas, "Syukurlah anda sudah sadar."

Meletakkan cangkir tehnya di meja samping, Luca menarik sudut bibirnya membentuk senyum. Tenggorokannya sedikit membaik dengan teh itu, "Jangan terlalu khawatir. Kau sendiri juga terjebak di sana, 'kan?"

Lia mengangguk, "Saya sempat tidak sadarkan diri selama dua hari, tapi itu bukan masalah. Sedangkan anda tuan muda... Anda tidak bangun selama empat hari."

"Apa?! Empat hari?!" Luca terkejut.

"Ya. Tuan sangat khawatir -- Oh tidak! Saya lupa untuk memberi kabar pada tuan!!"

Saat dia ingin keluar dari ruangan, suara tuan mudanya memberhentikan langkah gadis itu. "Jangan memberitahu ayah. Dia mungkin sedang sibuk..." Lagipula hal seperti itu terjadi di wilayahnya. Lelaki itu pasti tengah sibuk mengurusi segala hal.

"Tapi..." Lia tampak ragu-ragu.

"Aku tidak ingin mengganggunya.." Luca memasang wajah memelas, "Daripada itu, ceritakan apa yang terjadi selama aku tidak sadar~"

Lia menimbang-nimbang sebelum mengangguk setuju. Lagipula tuan akan kembali sebentar lagi, jadi itu tidak masalah. Paling-paling dia hanya akan kena tegur sedikit.

***

Di ruang konferensi, para petinggi mulai berdiskusi tentang insiden yang terjadi empat hari yang lalu. Hasil dari diskusi itu tentu saja --- Tidak ada.

Dari apa yang tertulis dalam hasil laporan penyelidikan, tidak ada jejak yang tertinggal sama sekali. Jelas, bahwa penyihir yang melakukan ini bukanlah seseorang yang mudah.

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang