Chapter 5

7.6K 944 1
                                    

"Silahkan nikmati hidangan anda." Gadis itu membungkuk dengan sopan dan berbalik untuk mengambil pesanan yang lain.

Seorang pria yang meletakkan nampan di atas meja bersiul saat melihat gadis itu mendekat, "Banyak para bangsawan yang memperhatikanmu, Aerin."

Gadis itu, Aerin, memerah malu saat mendengar ucapan teman kerjanya. Dia menggelengkan kepalanya dan memarahi, "Omong kosong!"

"Gil benar." Seorang gadis datang dari dapur dan ikut menggoda gadis itu, "Aerin kami sangat cantik, bahkan bangsawan pun terpesona!"

"Nia!" Wajah gadis itu semakin memerah, dia buru-buru mengambil pesanan dan berkata, "A-aku akan mengantarkan pesanan!"

Gil dan Nia saling memandang, kemudian secara serempak mereka berkata, "Lucunya~!"

Aerin belum berjalan terlalu jauh dan dia mendengarkan apa yang dikatakan kedua temannya itu. Gadis itu semakin memerah dan dia berjalan dengan menunduk, kemudian...

Bruk!

Makanan yang dibawa gadis itu terjatuh dan menodai pakaian mahal seorang wanita bangsawan.

"Apa kau tidak bisa melihat?!" Wanita bangsawan itu memarahi.

Sedangkan Aerin, mata emerald gadis itu berkaca-kaca dan dengan panik terus meminta maaf. Tangannya yang ramping ingin menjangkau gaun yang ternoda itu, berpikir untuk menghilangkan noda yang ada di sana.

Namun dengan cepat, wanita bangsawan itu menepis tangan Aerin. Dia kembali memarahi dengan hinaan yang jelas, "Singkirkan tanganmu!! Beraninya orang rendahan seperti mu ingin menyentuh gaun ku? Akan ku beritahu manager mu......."

Suara kasar wanita itu menjadikan mereka pusat perhatian. Aerin menunduk, rambut merah muda gadis itu sedikit turun dan menghalangi ekspresi wajahnya.

Luca menarik pandangannya yang semula melihat mereka yang bertengkar di lantai bawah. Pemuda itu hanya memperhatikan dan tidak berniat untuk membantu.

Aerin adalah pemeran utama wanita di novel ini. Dan ini adalah plot dimana semuanya berawal, Luca tidak ingin mengacaukan plot yang tidak berhubungan dengan dirinya.

Lagipula, menonton seseorang bertengkar itu cukup menyenangkan ^⁠_⁠^

Saat Lia mengalihkan pandangannya ke arah tuan muda, dia melihat pemuda tampan itu tengah tersenyum setelah menyesap tehnya. Apakah tehnya seenak itu?

"Ini enak." Luca tersenyum saat dia meletakkan cangkir itu.

Mendengar kata-kata tuan mudanya, Lia membulatkan matanya terkejut, gadis itu membuka mulutnya, "Tuan muda, anda membaca pikiranku!"

"Benarkah?" Luca mengelap sudut bibirnya dengan serbet yang disediakan. Senyumnya semakin dalam saat dia berkata, "Mau bertaruh?"

"Mengenai apa?" Lia menjawab dengan lugas. Dia sudah mengenal tuan mudanya selama sepuluh tahun dan tahu betul bahwa pemuda ini sangat suka bertaruh. Mereka dulu sering sekali bertaruh pada hal sepele dan berakhir dengan Lia yang menjadi pemenangnya.

Ini berhenti saat Nyonya Aleth datang bersama putrinya enam bulan yang lalu. Tuan muda bertaruh bahwa tidak sehari setelah wanita itu masuk, wanita itu pasti akan diusir. Sedangkan dia bertaruh bahwa itu akan terjadi sebulan kemudian, namun itu tidak sehari ataupun satu bulan. Melainkan bertahan hingga enam bulan lamanya, hingga sekarang. Mereka seri untuk pertama kalinya dan itu juga menjadi kali terakhir Tuan mudanya berhenti bertaruh.

Melihat Tuan mudanya kembali ingin bertaruh, Lia merasa sedikit senang.

Luca tersenyum, pandangannya beralih pada wanita yang masih terus-menerus mengutuk Aerin. Pemuda itu menunjuk ke bawah dengan dagunya, "Apa yang akan terjadi pada gadis berambut merah muda itu, bagaimana?"

Lia sendiri sudah memperhatikan pertengkaran itu sejak lama, tapi melihat Tuan mudanya tidak peduli, dia sendiri tentu tidak akan bicara.

Mendengar hal yang mereka pertaruhkan, Lia sedikit terkejut. Tapi dia tidak bertanya, melainkan berbicara dengan nada biasa tampak yakin ia akan menang, "Wanita bangsawan itu pasti akan menamparnya dan juga mengeluarkan gadis itu dari pekerjaannya. Jika saya menang, maka anda harus menuruti satu permintaan saya!"

Luca mengangguk setuju. Manik cokelatnya berkilat senang, di dunia sebelumnya dia juga seperti ini. Menyukai bertaruh dan mendapatkan keuntungan akan hal itu, dia tidak pernah kalah, bahkan teman-temannya memanggil nya dengan sebutan 'Dewa Judi'.

"Aku bertaruh, jika gadis berambut merah muda itu yang akan menampar wanita bangsawan yang ada didepannya." Luca tidak kalah percaya diri. Pemuda itu melanjutkan, "Aku akan meminta satu permintaan juga." Dia tidak mengatakan 'jika menang' karena Luca tahu bahwa dia akan menang. Plotnya sudah ditulis dan dia juga sudah membacanya, jadi bagaimana dia bisa kalah?

"Tuan muda, anda---"

Plak!!

Sebuah tamparan keras menginterupsi suara Lia, gadis itu sontak saja menoleh ke arah suara dan terkejut saat melihat pemandangan dilantai bawah.

Wanita bangsawan yang beberapa waktu lalu memarahi gadis berambut merah muda itu, kini tengah memegang pipi kirinya yang merah dengan wajah terdistorsi rasa sakit dan rasa malu. Wanita itu bersiap untuk memarahi namun suara lembut namun tegas gadis di depannya menghentikan dia.

Aerin menunjuk dengan berani, wajah cantiknya diwarnai dengan kemarahan hingga memerah, "Jaga bicaramu. Jangan pernah menghina ibuku. Aku baik-baik saja jika kau hanya menghina ku, tapi tidak dengan ibuku. Kali ini aku hanya menamparmu, jadi bersyukurlah atas itu!"

"....Kau!!" Wanita bangsawan itu kehabisan kata-katanya. Dia dengan marah berkata pada teman-temannya, "Ayo pergi!"

Aerin melihat kepergiannya dengan tenang, lalu gadis itu beralih menatap para pelanggan yang masih menontonnya. Gadis itu dengan cepat menormalkan ekspresinya, bibir tipisnya membentuk senyum lembut dan membungkuk sedikit. Suaranya merdu bagaikan sebuah biola yang mengalun, "Maafkan atas ketidaknyamanan ini, silahkan kembali menikmati hidangan anda. Saya permisi.."

Lia membuka mulutnya tidak percaya. Manik hitamnya kini beralih kearah pemuda yang duduk didepannya, pemuda itu masih tersenyum, bahkan lebih mempesona.

"Aku menang." Luca mengangkat cangkirnya dengan bangga.

Lia masih saja tidak percaya. Dia selalu menang saat bertaruh dengan Tuan muda dan sekarang... Dia kalah?? Benar-benar kalah?

Sulit dipercaya!!

Dengan wajah tidak percaya dan kecewa, Lia akhirnya membuka suara. "Anda menang, apapun permintaan anda, Tuan muda." Kemudian gadis itu menambahkan dengan sedikit malu, "Selama itu berada dibatas kemampuan saya, saya akan memenuhinya."

Luca melambaikan tangannya dan tersenyum, "Lupakan. Menang taruhan darimu adalah hal terbaik yang ku dapatkan!"

Lia merasa itu sedikit tidak adil. Tuan mudanya menang taruhan untuk pertama kalinya, tapi dia tidak meminta apapun..?

Yah, meskipun gadis itu kalah, bagaimana pun dia merasa bahwa tuan mudanya harus meminta sesuatu pada dirinya.

"Tuan muda, jangan seperti itu! Anda menang dan saya akan mengabulkan satu permintaan anda!" Ucap Lia keras kepala.

Luca tidak mempermasalahkan dan hanya berkata dengan acuh, "Baiklah, aku akan memintanya nanti. Saat ini aku tidak sedang menginginkan sesuatu."

"Tuan--"

"Aku sudah selesai, kau juga selesaikanlah. Aku keluar bukan hanya untuk makan."

Apa yang bisa Lia lakukan? Dia hanya bisa menghela nafas dan berkata, "... Baik."

⚜️⚜️⚜️

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang