Chapter 25

955 135 18
                                    

Secara perlahan, mata serigala hitam itu terbuka. Menampilkan manik biru tajam miliknya yang membuat Luca mau tidak mau kembali gugup. Pemuda itu berdehem pelan kala melihat serigala didepannya terdiam, tampak menunggu apa yang ingin ia katakan.

Meremas ranting yang sedari tadi ia pegang, Luca akhirnya memutuskan untuk berbicara. "Em.. Tuan serigala, aku tau ini agak mendadak. Tapi apakah kau mau menjalin kontrak denganku?"

Sebelum serigala hitam itu bereaksi, Luca dengan semangat melanjutkan kata-katanya. "Aku tidak memaksamu, tapi dengan semua yang telah aku lakukan untuk menyelamatkan mu, bukankah harusnya kau membalasnya? Apa kau tau ada pepatah mengatakan, kau harus membalas kebaikan seseorang dengan seribu kali lipat."

Rasa takut pemuda itu telah dibuang entah kemana dan hanya ada pikiran bahwa dia akan menjadi lebih kuat jika memiliki binatang roh tingkat menengah. Karena itulah Luca tidak berhenti berbicara, bahkan pemuda itu sempat-sempatnya membuat pepatah sendiri.

Di sisi lain serigala itu menatap pemuda didepannya yang terus saja berbicara. Tatapannya jatuh pada bibir tipis yang terbuka dan tertutup kala sang pemilik berbicara, entah kenapa dirinya tiba-tiba merasa haus.

"Karena itu kau harus--" kata-katanya berhenti saat serigala hitam yang sejak tadi terdiam mulai bergerak dan berjalan ke arahnya. Langkah serigala itu pelan namun secara perlahan mengikis jarak diantara keduanya.

Luca tidak berani bergerak. Dalam hati pemuda itu berpikir, apa aku terlalu banyak bicara? Habislah, apa dia akan memakan ku?! Tidak tidak tidak, binatang roh tidak memakan manusia. Tapi bisa saja kan? Akh! Harusnya aku diam saja!!

Sibuk dengan pikirannya pemuda itu tidak menyadari jika serigala hitam itu sudah berada tepat di hadapannya. Moncongnya membelai wajah Luca dengan lembut, membuat pemuda itu kembali sadar kemudian menahan nafas kala menyadari serigala itu sangat dekat dengannya. Jantungnya berdebar keras seolah-olah itu akan keluar dari tempatnya. Yang ada di pikirannya sekarang hanya satu hal: Aku akan mati!

Dengan pikiran ini, Luca menutup matanya. Tapi setelah beberapa saat menunggu, kejadian yang ia pikirkan tidak terjadi. Dengan sedikit keberanian dia membuka kelopak matanya perlahan, dilihatnya jika sang serigala sudah berada satu langkah lebih jauh dari dirinya. Duduk dengan tenang dan menatapnya.

Luca menghembuskan nafas lega. Jantung pemuda itu berangsur-angsur kembali normal, dia menggigit bibirnya dalam kecanggungan dan pada akhirnya memutuskan untuk tidak banyak bicara dan bertanya dengan hati-hati.

"Bagaimana? Apa kau mau?"

Tanpa diduga, serigala itu menganggukkan kepalanya dengan samar, gerakannya lembut tapi secara jelas menunjukkan bahwa ia setuju. Luca memandang tidak percaya, butuh beberapa saat bagi pemuda itu untuk mencerna jika tawarannya diterima. Senyum merekah dibibir tipisnya, matanya yang indah seolah dipenuhi dengan gemerlap bintang, membuat serigala hitam itu mau tidak mau terjebak pada keindahannya.

"Kalau begitu, aku akan memulai kontraknya." Dengan hati-hati Luca merentangkan tangannya, mengelus kepala serigala hitam itu. Serigala hitam itu tidak menolak, malah terlihat nyaman dengan elusan di kepalanya.

Melihat yang lain merasa nyaman, Luca kemudian mengucapkan sebuah mantra yang telah ia pelajari dikediaman Marquess. Lingkaran sihir mulai terbentuk ditangan pemuda itu serta leher sang serigala, mengikat mereka dalam sebuah kontrak.

Setelah prosesnya selesai, Luca menghela nafas. Mantra yang ia ucapkan cukup panjang, benar-benar tidak efisien. Untungnya dia cukup pintar dalam menghafal sesuatu, jadi tidak ada kesalahan dalam mantra yang telah ia ucap tadi.

Bibirnya kembali tersenyum saat ia melihat serigala itu. "Kita sudah terikat, jadi kau tidak boleh memakan tuan mu." Rasa takutnya sekarang sudah benar-benar menghilang, dirinya seakan lega karena sudah menjalin kontrak. Binatang roh yang sudah terikat oleh kontrak tidak akan mungkin menyerang tuan mereka. Karena jika mereka melakukannya, serangan balik akan segera mereka terima dari kontrak itu sendiri.

Serigala itu tidak menanggapi. Merasa bahwa pemuda di depannya agak sedikit bodoh, tidak ada didunia ini binatang roh yang memakan manusia. Itu sangat aneh.

Luca sendiri tidak membutuhkan tanggapan dari serigala itu, dia asik berbicara sendiri. Ini adalah kebiasaannya, sangat susah di hilangkan.

"Oh ya, aku harus memberimu nama." Luca membuat gestur berpikir, tidak mungkin baginya untuk terus menanggil serigala itu dengan sebutan 'tuan serigala' akan sangat merepotkan. Jadi dengan penuh keseriusan dia mengamati penampilan serigala hitam itu yang masih saja duduk dengan tenang. "Hmm... bagaimana dengan Luke? Ini terdengar mirip dengan namaku, Luca."

Jadi namanya Luca.

Serigala itu menatap Luca sejenak sebelum menggeram dengan ringan, mengisyaratkan jika ia tidak keberatan dengan nama itu.

"Baiklah, Luke," Ucap Luca, ia merasa lega dan senang karena nama itu tidak di tolak. "Mulai sekarang kita akan terus bersama."

***

Sementara Luca telah mendapatkan binatang roh tingkat menengah, akademi Roxana saat ini tengah diliputi oleh kehebohan. Pasalnya guru baru mereka yang adalah salah satu dari tiga penyihir elemen kayu, Sylas, membawa seorang gadis cantik bermata emerald kembali ke akademi.

Para petinggi jelas tidak menyukai hal ini, akademi Roxana tidak mengambil murid secara acak. Mereka harus diuji dan dites dengan ketat, melihat apakah mereka layak atau tidak. Maka dari itu mereka semua berkumpul di aula akademi termasuk para murid yang ingin melihat kesenangan.

Di tengah-tengah aula, Sylas yang usianya hampir kepala empat itu dengan tenang melihat para petinggi yang ada didepannya. Penampilan pria itu penuh wibawa meskipun tekanan yang ia dapatkan benar-benar luar biasa. Di belakangnya, Aerin menunduk dalam diam, merasa bahwa mengikuti orang didepannya adalah sebuah kesalahan.

"Kau membawa seseorang secara acak seperti ini, apakah ingin mempermalukan akademi?" Seorang pria berjalan maju, matanya dengan tajam menatap gadis dibelakang Sylas.

Sadar akan hal ini, Sylas menutupi pandangan pria itu. Dia membalas kata-kata yang lain dengan dingin, "Bukan hakmu untuk berbicara seperti itu."

Pria itu menggertakan giginya kesal. Ia akan kembali bersuara kala suara lain menyelanya, "Tuan Sylas, yang dikatakan Tuan Cedric benar. Akademi kita tidak menerima sembarang orang. Tapi jika Tuan Sylas sendiri yang membawa gadis itu, pasti ada alasannya 'kan?"

Sylas mendengus mendengar ini, "Tentu saja ada alasannya." Lelaki tua itu menarik lengan Aerin dengan lembut, menyuruh gadis itu agar berdiri di depannya. "Gadis ini mempunyai elemen alam di dalam dirinya."

Segera, aula dipenuhi oleh berbagai macam suara. Mereka tidak percaya jika elemen alam yang langka ada didalam diri gadis itu, karena pasalnya pemilik elemen alam yang adalah elf sudah lama punah. Mereka sudah tidak lagi ditemukan.

Cedric pun sempat merasa terkejut, tapi akhirnya dia berdecih. "Elf sudah lama punah. Bagaimana bisa secara tiba-tiba gadis ini yang sepertinya biasa-biasa saja mempunyai elemen Alam. Tuan Sylas kau pasti bermimpi."

"Bermimpi atau tidaknya, kita bisa membuktikan ini dengan Gleamstone." Ucap Sylas dengan tegas.

"Kau benar. Mari kita buktikan." Dengan ini, Cedric meminta beberapa orang untuk membawa Gleamstone.

Gleamstone adalah sebuah kristal dengan energi magis didalamnya. Kristal ini berbentuk bulat nampak indah seperti kaca, itu transparan dan tidak berwarna. Gleamstone bisa membuat orang lain mengetahui apa elemen yang mereka miliki dengan cara meletakkan tangan mereka disekitarnya.

Aerin yang dihadapkan oleh kristal didepannya mau tidak mau merasa gugup. Ia melirik lelaki tua yang membawanya dengan gugup, namun hanya di balas anggukan, mengisyaratkan agar gadis itu tidak perlu takut.

"Silahkan Nona, letakkan tangan mu disekitar Gleamstone."

Aerin menatap kristal didepannya, tangan ramping gadis itu secara perlahan memegang Gleamstone. Secara tidak diduga cahaya putih menyilaukan menerangi aula, membuat mereka yang menyaksikan hal ini terkejut dibuatnya. Hanya ada satu elemen yang mempunyai cahaya sihir berwarna putih, tidak diragukan lagi itu adalah elemen alam.

Gadis itu kemungkinan besar adalah keturunan Elf!

↷✦; c o n t i n u e d ❞

Haloo! I'm backk!!

Masih inget sama Luca ga? Kayaknya aku udah lama banget ga update ya, maafkeunnn

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang