Dibawah rasa malu serta desakan dari Ivan, Luca akhirnya memakan makanannya. Dia hanya memakan setengahnya, bagaimanapun pikirannya saat ini benar-benar terganggu oleh percakapan dua pelayan tadi.
Mereka berdua menyelesaikan makan siang mereka dan tidak segera kembali ke kediaman, melainkan berjalan-jalan sebentar. Tepatnya Ivan, yang menarik Luca untuk berjalan-jalan sebentar sebelum kembali. Pria itu mengatakan, baik jika berjalan-jalan setelah makan. Itu bisa menurunkan makanan mereka.
Di sepanjang jalan, mereka tidak saling berbicara. Luca sibuk dengan pikirannya dan Ivan, pria itu juga tidak berniat untuk berbicara. Dia tahu bahwa Luca tengah memikirkan sesuatu, entah apa itu. Ivan tidak ingin mencampuri urusannya, tapi melihat adik manisnya itu linglung selama makan, dia menjadi sedikit frustasi.
Itu sebabnya dia mengajak anak itu untuk berjalan-jalan sebentar, berpikir bahwa dia akan menghilangkan sedikit beban pikiran dengan melihat suasana kota yang ramai.
Tapi sepertinya itu tidak berhasil.
Ivan melirik Luca yang berjalan di sampingnya, jubah hitamnya menutupi wajah pemuda itu, jadi dia tidak tahu ekspresi apa yang dibuat Luca. Menarik pandangannya, Ivan menatap ke depan. Mata pria itu sedikit menyipit saat melihat sebuah kuda tanpa kusir dengan cepat menuju kearah mereka, di saat kuda itu akan menyerempet pemuda di sebelahnya, dia dengan segera menarik lengan pemuda itu dan menyentak nya kearahnya. Menghindari tabrakan.
Merasakan sentakan di tangannya, Luca akhirnya tersadar dan menatap dada kokoh di depannya dengan linglung. Sebelum dia bisa bertanya apa yang terjadi, suara Ivan terdengar di atasnya. "Apa kau baik-baik saja?"
Hening beberapa saat sebelum Luca bisa mencerna apa yang terjadi dan menjawab, "... Aku baik-baik saja."
Helaan nafas lega terdengar dan tangan yang mencengkram lengannya dengan kuat secara perlahan mengendur dan akhirnya melepaskannya. "Syukurlah." pria itu melanjutkan dengan nada memarahi, "Perhatikan sekitarmu saat sedang berjalan. Kau bisa terluka tadi."
Tahu bahwa dia membuat khawatir Ivan, Luca merasa tidak enak, dia berbicara, "Maaf.."
Ivan menanggapi permintaan maaf Luca, "Tidak apa," dia menepuk kepala pemuda itu, "ku rasa sudah cukup jalan-jalannya. Mari kita kembali ke kediaman."
"Ya.."
***
Itu sudah pukul tiga sore saat keduanya kembali. Dan benar saja, Victor mencari mereka tadi. Luca tidak berniat untuk menemui ayahnya, dan meminta pelayan untuk mengirimkan pesan bahwa dia merasa letih dan ingin beristirahat.
Sedangkan Ivan, pria itu melakukan hal sebaliknya, mengatakan bahwa dia memiliki sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Victor dan akan menemuinya. Luca hanya mengangguk untuk merespon, setelahnya berjalan menuju kamarnya tanpa menoleh kebelakang.
Pikirannya benar-benar terusik dan kepalanya sedikit sakit sekarang karena berpikir secara berlebihan. Di tengah jalan dia menghentikan salah seorang pelayan, dan berucap, "Pinta Lia untuk membuatkan teh untukku dan bawa itu ke kamarku."
Pelayan itu mengangguk dengan sopan dan menjawab, "Baik."
Setelah keinginannya di konfirmasi, Luca melangkahkan kakinya kembali menuju kamar, berniat untuk mengistirahatkan pikirannya.
***
Aroma Chamomile memenuhi dapur kediaman Lawrence. Membuat beberapa pelayan mau tidak mau menghirup udara dengan rakus.
Lia dengan hati-hati menuangkan madu ke dalam teko, sebelum kemudian mengaduknya. Gadis itu tersenyum puas saat mencium aroma yang memenuhi udara.
Meletakkan teko porselen dan cangkir di nampan, Lia membawanya menuju kamar Tuan muda. Gadis itu sedikit bingung karena tidak biasanya Tuan muda menginginkan teh di jam seperti ini, terlebih lagi karena Tuan muda baru kembali dari makan siangnya bersama Tuan Ivan.
Lia menebak bahwa mungkin terjadi sesuatu. Dia tidak berani menebak lebih, apapun itu, adalah tidak sopan untuk menggali masalah seseorang, belum lagi seseorang itu adalah Tuan mudanya. Lia benar-benar tidak berani.
Setelah menaiki tangga dan berbelok di tikungan, Lia berhenti pada pintu kayu besar berukir indah. Dia secara lembut mengetuk pintu itu tiga kali dan bersuara, "Tuan muda.."
Setelah beberapa detik hening, suara pemuda yang lesu terdengar dari dalam, "Masuklah."
Lia secara perlahan membuka pintu kayu itu, hal pertama yang ia lihat adalah; seorang pemuda tampan tengah berbaring di ranjang dengan postur yang tidak beraturan, tampak lesu dan lemah.
Gadis itu terkejut, dia buru-buru memasuki ruangan dan meletakkan nampan teh di meja yang ada di tengah ruangan. Lia berbicara dengan nada khawatir, "Tuan muda, apa anda baik-baik saja?"
Luca melirik Lia dari sudut matanya, melihat ekspresi gadis itu, dia berucap. "Aku baik-baik saja."
Dia mendudukkan dirinya di ranjang selama beberapa detik, sebelum kemudian berpindah duduk di kursi dekat meja.
Lia dengan perhatian, segera menuangkan secangkir teh untuk Tuan mudanya. Segera, aroma Chamomile menyeruak di ruangan ini. Membuat Luca, - yang sedari tadi pusing memikirkan plot - sedikit rileks setelah mencium aromanya.
"Kau membuat teh yang berbeda, Lia." Ucap Luca. Ini bukan aroma melati yang biasa, itu lebih harum dan juga lembut.
Lia tersenyum saat mendengar itu. Dia secara sopan menyerahkan cangkir porselen yang sudah terisi teh kepada Tuan mudanya.
"Itu benar. Ini adalah teh Chamomile, terbuat dari ekstrak bunga Chamomile. Seseorang membawakan ini sebagai hadiah, dan saya berpikir bahwa Tuan muda mungkin akan menyukainya. Selain itu, ini mempunyai banyak manfaat, salah satunya merilekskan pikiran."
Ah, itu sebabnya dia merasa sedikit nyaman.
Luca menerima cangkir itu, dia membawa itu di ujung hidungnya dan mencium aroma manis dan lembut dalam-dalam, sebelum kemudian dia menyesap teh itu. Rasanya benar-benar unik dan ini berbeda dengan teh melati yang biasa ia minum.
"Ini enak." Luca memuji.
Lia tersenyum, gadis itu sedikit membungkuk, "Senang mendengar anda menyukainya."
Merasakan pikirannya perlahan tenang, Luca bersuara. "Lia, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
Dia meletakkan cangkir tehnya dan menatap Lia yang ada di hadapannya dengan serius.
Di tatap begitu intens oleh Tuan muda yang memanglah sangat tampan, Lia tidak tahan tidak memerah. Gadis itu menyelipkan anak rambutnya ke telinga dan berkata dengan suara malu, "Anda bisa menanyakan apapun pada saya, selama saya bisa menjawabnya.."
Luca tidak memperhatikan suara malu Lia, pemuda itu terlalu fokus dengan pertanyaan yang akan ia tanyakan. "... Apa yang akan kau lakukan, jika sesuatu yang kau pikirkan akan berjalan sesuai dengan pikiranmu, tiba-tiba berubah jalur dan melenceng dari apa yang kau pikirkan?"
Pertanyaannya sedikit berbelit-belit, tapi Lia sedikit mengetahui masalah utama dalam pertanyaan itu. Gadis itu untuk sementara menyingkirkan rasa malunya dan menjawab, "Saya pikir, saya akan mengikuti arus."
"Mengikuti arus?" Luca berucap bingung.
Lia mengangguk, "Di dunia ini, tidak semuanya mengikuti rencana. Ada beberapa saat dimana itu akan melenceng dan yang bisa kita lakukan hanyalah mengikuti arus. Tuhan memiliki rencananya sendiri, bahkan jika kita sudah merencanakannya, hanya dia yang bisa memutuskan."
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
Sedikit mengenai Teh Chamomile:
Teh Chamomile terbuat dari ekstrak bunga tanaman Chamomile (Matricaria recuita) yang berasal dari Eropa. Jenis teh ini termasuk dalam teh bebas kafein yang cukup populer dan banyak diminati. Tak hanya rasanya yang manis dan aromanya yang harum, teh Chamomile juga dapat memberikan banyak manfaat bagi tubuh.
Chamomile sendiri sudah dikonsumsi selama berabad-abad sebagai obat alami untuk beberapa kondisi kesehatan.
࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇
Hallo~
Minal Aidin Walfaidzin ya semuanya~!
Semoga kalian pada sehat~
Oh ya, spil donk kalian dapet berapa pas lebaran 😁 aku sih dapet dikit yah soalnya udh gede😅😭
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Back To Medieval Times
FantasíaSeorang pemuda tampan yang entah bagaimana bisa terlempar ke abad pertengahan dan terlebih lagi dunia itu adalah dunia dalam novel! Nasib menjadi karakter figuran dan mati dengan sia-sia. Luca : "Aku akan merubah semuanya." Kemudian... Para lelaki :...