Chapter 16

5K 628 10
                                    

"Tuhan memiliki rencananya sendiri, bahkan jika kita sudah merencanakannya, hanya dia yang bisa memutuskan."

Mengamati matahari terbenam, Luca kembali mengingat kata-kata Lia. Dia sudah memikirkannya dan merasa apa yang dikatakan gadis itu benar.

Ini sama seperti ia datang ke sini, itu bukan rencananya dan dia bahkan tidak pernah memiliki pemikiran seperti pindah ke dalam novel atau hal fiksi lainnya. Ini semua terjadi karena Tuhan telah memutuskan dan tidak ada yang bisa merubah hal itu.

Mengenai plot yang berubah, mari kita lupakan. Cukup ikuti arus, jika arus ini menuju hal berbahaya, dia hanya perlu mengubah jalurnya. Masalah yang mengganggu ini akhirnya terpecahkan hanya dengan kata-kata Lia, dia benar-benar harus berterima kasih pada gadis itu.

Hah, senang mempunyai teman yang bisa di andalkan.

Meskipun dia mempunyai banyak teman di kehidupan sebelumnya, tidak ada yang benar-benar menganggapnya. Bahkan saat dia masih kecil, dia dijauhi oleh anak lain di sekolahnya karena tidak memiliki orang tua dan di ejek karena fakta itu juga, yang benar-benar membuat bayangan besar di masa kanak-kanaknya. Perasaan dijauhi, dikucilkan dan dibenci itu benar-benar mengerikan, apalagi saat itu, dia baru berusia delapan tahun.

Namun, semua itu secara perlahan membaik saat dia mulai tumbuh dewasa dan belajar bagaimana cara bersosialisasi. Dia belajar bagaimana cara tersenyum meskipun hal-hal yang dikatakan orang lain cukup menyakitkan.

Mengingat masa lalu, Luca tersenyum miris. Itu benar-benar kenangan yang buruk.

Lupakan tentang itu, dia benar-benar tidak ingin mengingat hal-hal mengenai kehidupan sebelumnya. Dia sudah ada di sini, di dunia yang benar-benar berbeda, di kehidupan yang lebih baik daripada sebelumnya dan yang paling penting adalah, dia memiliki keluarga yang menyayanginya. Tentu saja, Aleth dan Laura tidak termasuk dalam keluarga ini.

Mengingat keduanya, Luca berharap bahwa kedua orang itu tidak akan pernah kembali ke mansion. Bagaimanapun, mansion menjadi sangat tenang setelah wanita itu pergi.

Tapi sepertinya Tuhan tidak mendengar permintaannya, ini terbukti saat Victor mengatakan bahwa Aleth akan pulang setelah dua hari lagi, di tengah makan malam mereka.

Luca tidak merespon banyak, dia hanya mengangguk dan melanjutkan acara makannya. Harapannya adalah agar wanita itu tidak kembali, sekarang itu pupus. Jadi dia hanya bisa membuat tanggapan acuh.

Melihat putranya merespon dengan acuh, Victor tidak melanjutkan topik itu. Dia tidak ingin putranya kesal, jadi dia merubah topik.

"Ngomong-ngomong, mengenai sekolahmu.." Victor menghentikan kata-katanya, karena terpana melihat anaknya yang semula acuh tak acuh kini mengangkat kepalanya dengan mata penuh binar.

Lelaki itu tidak bisa menahan tawanya, dia mengambil daging paling empuk dan meletakkan itu di piring anaknya. Dia melanjutkan kata-katanya yang tertunda, "Mengenai sekolahmu, Ivan akan membantu. Kami berdua sudah membicarakan ini tadi."

Luca sedikit terkejut. Mata cokelat pemuda itu beralih dari menatap ayahnya kini menatap orang di sampingnya.

Ivan yang tahu tengah diperhatikan, tersenyum tipis dan mengembalikan tatapan itu. Mata keduanya saling bertemu, Luca tidak menarik tatapannya melainkan menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya.

Pada akhirnya, Ivan lah yang memutuskan kontak mata diantara mereka. Pria itu sedikit berdehem dan berkata dengan senyum, "Aku memiliki sedikit koneksi di Akademi, tapi jangan terlalu berharap. Kau tahu jika Akademi Roxana sangat ketat."

Ini adalah kabar baik. Luca senang, setidaknya dia memiliki harapan. Dia menatap Ivan dan dengan sungguh-sungguh berkata, "Terima kasih."

Ini pertama kalinya Luca mengucapkan "terima kasih" setelah mereka bertemu kembali dan Ivan tidak bisa tidak ingin menggoda adik manisnya itu. Jadi dia berucap dengan nada menggoda seperti biasa, "Jika kau ingin berterima kasih dengan benar, maka lakukan sesuatu untukku, adik manis~"

Dari nadanya sendiri, Luca memiliki firasat buruk mengenai apa yang di inginkan orang itu. Tapi meskipun begitu dia tetap bertanya, "... Apa yang kau inginkan?"

Ivan tersenyum lebar, "Panggil aku─"

"Tidak!"

Ivan bahkan belum menyelesaikan kalimatnya dan itu sudah di tolak dengan sangat langsung. Pria bermanik kuning itu menatap Luca dengan tatapan tak berdaya, "Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku.."

Luca memutar mata di hatinya, "Apapun selain itu, aku akan melakukannya."

"Tapi aku hanya ingin itu~"

"Tidak."

"Sekali saja~"

"Aku bilang tidak!"

Victor yang melihat keduanya bertengkar, hanya bisa menggelengkan kepalanya dan tertawa tanpa suara.

***

Malam ini sangat indah, bulan bersinar begitu cerah dan bintang-bintang mengiringi cahayanya. Di sebuah bangunan tua, terlihat seorang wanita dengan gaun putih, berdiri diambang jendela dan mengamati bulan di atas sana.

Wajahnya yang sedikit keriput terlihat begitu damai dikala cahaya bulan mengenainya. Bibirnya menyunggingkan senyum lembut dan matanya menunjukkan nostalgia, mengingat kenangan-kenangan yang ada di memorinya.

"Bu, tutup jendelanya. Angin malam tidak baik untuk kesehatan mu." Aerin menghela nafas saat ia melihat ibunya lagi-lagi mengamati bulan.

Nyonya Michelle membalikkan tubuhnya dan melihat sang putri yang kembali, wanita itu berucap lembut. "Kau kembali."

Aerin mendekat dan memeluk ibunya. Sudah lama sekali ia tidak melihat wajah ibunya dan dia berpikir bahwa wanita itu semakin kurus. "Apa ibu makan dengan baik?" dia bertanya khawatir.

Mengelus rambut putrinya, Nyonya Michelle berucap, "Sangat baik." kemudian melanjutkan, "Apakah urusanmu dengan pemerintah sudah selesai?"

"Um." Aerin menjawab asal. Dia tidak ingin memberitahu ibunya jika ia terluka selama ini karena tidak ingin membuat ibunya khawatir. Itu sudah berlalu, jadi tidak perlu membahasnya. Dia melepaskan pelukannya dan tersenyum, "Aku membawa makan malam, ayo kita makan bersama!"

"Tentu." Nyonya Michelle tersenyum.

Aerin memberi isyarat agar ibunya berjalan lebih dahulu, baru kemudian gadis itu berjalan mendekati jendela, berniat menutupnya. Angin malam berhembus dan menerbangkan beberapa helai rambutnya, dia sedikit menatap bulan yang bersinar di atas.

Itu sama seperti biasanya, jadi kenapa ibu sangat menyukai menatap bulan? Gadis itu membatin bingung, sebelum benar-benar menutup jendela dan menyusul ibunya ke ruang makan.

࿇ ══━━━━✥◈✥━━━━══ ࿇

[BL] Back To Medieval TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang