Matahari bersinar begitu cerah, menggantung di langit tanpa halangan apapun.
Aleth turun dari kereta kuda yang membawanya, wanita itu berjalan anggun memasuki kediaman Lawrence. Para pelayan yang melihatnya, segera menundukkan kepala hormat. Melihat hal ini sontak membuat wanita yang saat ini berstatus Nyonya di rumah itu tersenyum bangga.
Kaki jenjangnya melangkah menuju ruang tamu, dia segera mendudukkan dirinya di sofa empuk yang ada di sana.
"Kau," tunjuknya pada salah satu pelayan, "Sajikan aku teh." suruhnya, merasa berkuasa.
Aleth sudah mendapatkan kabar jika sang suami telah kembali ke perbatasan. Wanita itu merasa senang, karena dirinya bebas melakukan apapun di kediaman ini. Termasuk memberi pelajaran pada anak sialan itu yang sudah membuat dirinya marah.
Memikirkan hal ini membuat Aleth tersenyum miring, dia sudah tidak sabar untuk menemui anak itu.
"Nyonya, silakan."
Suara itu menarik kembali pikiran Aleth yang mengembara. Wanita dengan manik berwarna ungu itu mengambil cangkir porselen yang diserahkan oleh pelayan. Dia meminum teh itu dengan perlahan dan anggun.
Pelayan itu akan undur diri, tapi diurungkan saat sang Nyonya bersuara.
"Gina, dimana anak itu?" tanya Aleth.
Gina adalah nama pelayan yang menjadi pelayan pribadi Aleth. Pelayan yang wanita itu percayai sebagai tangan kanannya untuk memantau kediaman disaat dirinya tidak ada.
Gina menunduk sopan, "Maaf, Nyonya. Sedari pagi saya tidak melihatnya. Pelayan pribadinya, Lia, juga tidak mengatakan apapun mengenai tuannya yang tidak menampakkan diri sampai sekarang."
Aleth mengerutkan keningnya, "Dia tidak ada?" gumam wanita itu.
Yah, Aleth tidak terlalu peduli. Bahkan jika anak itu hilang, dirinya akan senang. Lebih bagus lagi jika dia mati, maka secara otomatis harta sang Marquess akan diserahkan pada anaknya, Laura.
Meskipun dia sedikit kecewa karena tidak bisa bermain dengan anak itu, tapi tidak masalah. Karena dirinya akan benar-benar bebas untuk memerintah seluruh pelayan yang ada di Mansion ini.
Aleth kembali meminum tehnya. Wanita itu melambaikan tangannya, menandakan jika Gina bisa pergi sekarang.
***
Luca membaringkan punggungnya pada jerami yang ada dibelakangnya. Pemuda itu meletakkan punggung tangannya pada dahi, menghalau sinar matahari memasuki netranya.
Pikirannya melayang pada kehidupan sebelumnya. Dia penasaran, apakah dirinya di dunia itu mati atau mungkin digantikan oleh jiwa lain?
Guncangan tiba-tiba dari kereta menarik kembali pikirannya. Luca menoleh ke belakang dan bertanya pada pria yang mengemudi, "Ada apa Tuan?"
Pria itu mengerutkan keningnya, dia melirik ke bawah dan berucap, "Rodanya tersangkut di lubang."
"Benarkah?" Luca turun dari kereta untuk melihat roda mana yang tersangkut. Berniat untuk mengeluarkannya.
Tapi saat dia menunduk, tidak ada lubang dan rodanya pun baik-baik saja. Dia baru akan membuka mulutnya, saat debu menyapu wajahnya, membuat dirinya menjadi tidak bisa berkata-kata.
Dia menatap kereta kuda didepan dengan tercengang. Juga menatap anak laki-laki yang tengah melambaikan tangannya pada Luca dengan polos. Kereta menjauh, dan setelah beberapa detik hening, Luca akhirnya menyadari.
SIAL! AKU DI TIPU?!
Bukan hanya ditipu, dia bahkan ditinggalkan di jalan yang kiri dan kanannya adalah hutan belantara. Kehilangan uang dan juga tidak sampai ditempat tujuan, ini benar-benar sial.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Back To Medieval Times
FantasySeorang pemuda tampan yang entah bagaimana bisa terlempar ke abad pertengahan dan terlebih lagi dunia itu adalah dunia dalam novel! Nasib menjadi karakter figuran dan mati dengan sia-sia. Luca : "Aku akan merubah semuanya." Kemudian... Para lelaki :...