𝔻𝕒𝕪 𝕆𝕟𝕖

44 2 0
                                    

Menyambut bulan Ramadhan pertama dengan suami dan anak,tentunya menjadi sebuah hal baru bagiku. Jika biasanya makan buka dan sahur sudah tersaji di meja makan, maka sekarang aku yang bertugas untuk menyiapkan semua itu.

Rananta Nismara atau akrab di sapa Rana istri dari seorang dokter bernama Raditya Adicandra dan ibu dari Rhea Aneisha Adicandra yang baru berusia 7 bulan. Menjalani hari hari menjadi new mom tidak lah mudah,banyak berbagai challenge yang luar biasa menantang.

" Besok sahur pertama masak apa ya? " monolog nya yang sedang berada di depan kulkas sambil meneliti bahan masakan yang tersisa. Bingung nya menjadi seorang istri tu kalo udah masalah masakan untuk sehari hari.

Sambil menunggu suaminya pulang dari rumah sakit tempatnya dinas, Rana merebahkan diri di sofa dengan ditemani stoples cemilan dan juga tv yang menampilkan drama korea. Sementara itu di samping kepala nya terdapat sebuah monitor untuk melihat cctv yang terdapat di kamar nya untuk berjaga jaga jika suara tangisan anaknya terdengar.

" Ran.. sayang, bangun yuk pindah ke kamar" tepukan berkali kali terasa di pipi ku. Aku terkejut saat membuka mata melihat wajah Mas Radit yang dekat sekali dengan wajah ku.

" kamu kapan pulang Mas ?" aku melihat jam dinding yang tengah menunjukkan pukul 21.45, aku sontak bangun dan kelimpungan antara mau mengambilkan minum untuk Mas Radit tapi nyawa belum terkumpul sepenuhnya. Panik juga takut Rhea bangun dan aku malah tidur.

" setengah jam yang lalu mungkin, eh tenang Rhea masih tidur kok di kamar" bahkan aku baru sadar baju Mas Radit sudah berganti menjadi kaos lengan pendek dan celana selutut dan tak ketinggalan rambut basahnya.

" kok ngga bangunin dari tadi? Aku lagi nonton sambil nungguin kamu pulang eh taunya ketiduran. Udah makan belum?"

Mas Radit mengangguk dan duduk di sofa yang tadi buat aku tiduran sedangkan aku pergi menuju ke dapur. Aku membuatkan segelas air lemon madu. Minuman simple andalan Mas Radit yang wajib adanya ketika pulang kerja atau ketika lelah. Setelah selesai membuat minum aku kembali menuju ruang tengah dan mengulurkan gelas tersebut ke Mas Radit.

" besok buat sahur pertama ada request atau ide ngga mau makan apa? Aku bingung mau masak apa"

" apa aja deh " hmm percuma sebenarnya nanya juga kalo ga di jawab 'apa aja deh' ya palingan di jawab 'terserah' atau biasanya di jawab 'apapun yang kamu masak aku makan'.

" ide dong sesekali,pusing aku mikirin menu sahur. Mau ku kasih telor nanti kamu bisulan setiap hari makan telor" ku dengar Mas Radit terkekeh mendengar nada ngomong ku yang terdengar seperti merajuk.

" aku kan ngga tau bahan masak apa aja yang ada,ntar aku request ternyata bahannya ngga ada kamu nambah pusing ntar"

Huh yaudah deh sejadinya ntar aja,mentok paling ku kasih telor ceplok sama goreng nugget.

" dah yuk tidur, mata kamu tinggal segaris gitu. Masak apa aja besok telor juga ngga papa yang penting kamu ngga kerepotan" kami berjalan menuju kamar setelah aku mematikan tv dan Mas Radit bertugas mengembalikkan gelas yang kosong dan mematikan lampu dapur dan ruang tengah.

<<.......>>

Sayup sayup aku mendengar suara remaja yang berkeliling menabuh bambu dan kaleng sambil meneriaki kata 'sahur'. Aku duduk dan mulai mengumpulkan nyawa. Setelah 10 menit ku habiskan untuk duduk bengong berkedok 'ngumpulin nyawa' aku menengok ke samping ku memastikan Rhea tidak terbangun mendengar suara bising di luar. Rhea memang tidur satu ranjang dengan ku dan Mas Radit. Setelah mengecup pipi tembam Rhea dan menaikan selimut Mas Radit aku bergegas keluar kamar dan menuju ke dapur untuk menyiapkan makan sahur.

Aku menatap beberapa lauk di meja. Ada sayur sop daging, perkedel sisa makan malam, ayam goreng, dan tak ketinggalan kerupuk. Mas Radit ngga bisa makan tanpa kerupuk. Setelah menata lauk aku langsung menuju ke kamar untuk membangunkan Mas Radit.

" Mas sahur yuk" aku menepuk pelan pipi Mas Radit tapi seperti tidak ada pergerakan

" Mas bangun sahur dulu, keburu imsak ntar" Mas Radit bergumam sambil menaikan selimut hingga menutupi seluruh kepalanya. Aku menarik selimutnya sambil memencet hidung nya. Sumpah bangunin dia tu kadang butuh ekstra kesabaran.

" jam berapa?"

" jam setengah empat, ayo buruan" selagi Mas Radit cuci muka aku duluan turun eh baru mau buka pintu rengekan Rhea terdengar jadilah putar balik. Rhea terlihat bengong dengan muka bantal nya,lucu banget anak aku.

" kok bangun Rhea? Berisik ya di luar abang abangnya pada teriak ? iya?" aku ngga tahan buat ngga mencium pipi tembam si bayi ini. Aku mengambil gendongan kain di gantungan lalu menggendong Rhea dan turun ke bawah. Mas Radit udah pasti lagi nabung nih kalo lama di kamar mandi.

Mas Radit turun tak lama kemudian,dengan rambut dan muka yang basah dan tetap muka bantalnya yang ngga bisa di tutupin.

"Papa cariin tau nya ikutan bangun bayi satu ini, hey mau ikutan sahur kamu?" Mas Radit mengambil alih Rhea dari gendongan ku. Aku mengambilkan nasi dan para lauknya. Sayang banget dua tahun Ramadhan ini aku ngga bisa ikutan puasa. Tahun kemarin aku sedang hamil dan tahun ini aku masih menyusui jadi belum bisa ikutan puasa.

" sini sama Mama dulu,Papa mau makan" Rhea merengek kecil,kayaknya dia laper jadi aku susuin sambil aku makan sayur sop tanpa nasi. Kadang jadi busui tuh kaya laper mulu ngga pernah kenyang. Gimana badan mau balik langsing kalo gini caranya huft.

Aku melihat mata Rhea yang mulai menyipit lagi dan lama kelamaan kembali tertidur tanpa melepaskan hisapannya. Jam segini tuh buka jam nya kamu bangun nak,tidur aja tidur Mama aja pengen tidur sebenarnya. 

--+++--

Hai,makasih guys yang udah berkenan mampir! it's an honor if you enjoy this story. Boleh vote dan feel free buat komen. Oh iya aku minta tolong tandain kalo ada typo yaa,makasih. Sampai ketemu di part selanjutnya c u💋

Ramadhan Tale [ on hold ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang