Gimana puasa hari ini? Target tilawah terpenuhi? Semangat!
*
*
*Setelah bergulat dengan berbagai teori, penelitian dan laporan, tiba saatnya hari libur. Aina kini sedang lazy time di kamar sambil menggantung kakinya di dinding.
Kakinya digantung, perasaannya juga digantung Afkar. Sejak hari di mana Aina pulang dengan motor rentalan itu, Afkar tidak lagi suka muncul tiba-tiba.
Sebenarnya Aina biasa saja, malah alhamdulillah. Tapi Tyas selalu bawel. Seperti sekarang contohnya,
"Ning, Gus Afkar beneran marah sama Ning Aina ya? Udah dua hari loh, Ning. Kalau tiga hari diem-dieman nanti dosa."
"Astaghfirullah, Tyas. Jangan disamaain lah, justru semakin jarang berinteraksi dengan lawan jenis semakin bagus."
"Gitu ya, Ning?" tanya Tyas memastikan, "tapi kalau misalnya Gus Afkar marah, terus nanti kita gak dapat ridho dari Abi dan Ummi gimana, Ning?"
Aina melirik Tyas yang over thinking-nya kumat, "kamu tahu di mana kita ada bikin salah sama dia?"
Tyas menggeleng, "gak tahu, masa gara-gara kita rental motor?"
"Udah lah, Yas. Bukan kita juga yang minta untuk selalu diperhatiin." ucap Aina dengan lengan menutup mata, gadis itu ingin tidur.
Tyas menarik napas untuk menetralkan keresahannya, "ya udah deh. Aku mau ke koperasi. Ning Aina mau titip sesuatu?"
Aina membuka kembali matanya, dia melihat Tyas yang beranjak dari kasur. Tatapan Aina tertuju pada bagian bawah gamis Tyas.
"Tyas, bocor."
"Hah, kenapa, Ning?"
"Kamu bocor."
Tyas memutar-mutar tubuh, dia juga menyingkap gamisnya dan melihat sprei kasur yang sudah terkena noda merah, sangat banyak.
"Ning ini gimana?"
Aina langsung berdiri, "udah kamu bersih-bersih dulu, spreinya biar sama aku."
"Enggak, Ning. Aku beresin dulu- "
"Nanti makin banyak loh, Yas. Udah sana, kamar mandi."
Tyas melihat Aina yang serius menyuruhnya ke kamar mandi.
"Ning gapapa?"
"Gapapa."
Setelah itu Tyas bergegas mengambil baju ganti dan bersih-bersih di kamar mandi.
Untung kamar mereka sudah ada kamar mandi yang langsung menyatu, jadi Tyas tidak perlu ke luar kamar dan menahan malu dilihat santriwati lain.
"Gus Afkar, gak sia-sia sampean ngintip kamarku waktu itu," gumam Aina ketika melepas sprei kasur lantai Tyas dan menggantinya dengan sprei baru.
"Tyas, aku taruh spreinya di depan kamar mandi ya?" ucap Aina sedikit berteriak.
"Iya, Ning. Taruh situ aja, syukron." sahut Tyas dari dalam.
"Aku ke luar sebentar, cari angin."
"Iya."
🔬🔬🔬
Aina ke luar kamar, dia ingin menyapa dan melihat aktifitas para santriwati.
Mengingat kesibukannya berkuliah, meski sudah seminggu Aina tinggal di sini, dia belum pernah bertegur sapa dengan para ustadzah dan santriwati secara resmi. Jadi hari ini akan Aina manfaatkan untuk itu.
"Aina."
Aina menoleh, Shofi yang saat itu dia temui di ndalem memanggilnya. Dihampirinya gadis cantik berhijab abu-abu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Yours!
Teen Fiction[TAMAT. PART LENGKAP] Dari sekian banyak gadis yang takut menikah karena kepercayaannya akan cinta telah dikecewakan oleh ayahya sendiri, beberapa justru enggan menikah karena khawatir tidak bisa menemukan cinta setulus cinta ayahnya. Dan Aina ada d...