☆ PROLOG ☆

87.2K 3.1K 22
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Selamat berpuasa, sehat selalu dan semangat mencari pahala ❣

Selamat membaca juga! 🤍🤍🤍



....................................................................................................

TING!

"Semua bersulang untuk Aina, sarjana Sains summa cum laude kita!"

"Yeay!"

"Congrats, Na."

"Thank you. Ayo minum, hari ini aku traktir es susu kedelai sepuasnya!"

TING!

"Berdoa dulu."

Ini adalah percakapan antara Aina, Karin dan Indri sesama anak Biologi, serta Tyas satu-satunya anak Matematika.

Keempat perempuan berhijab ini sudah bestie. Mereka tergabung dalam Yayasan Cinta Kita yang aktif di berbagai kegiatan sosial, termasuk Rumah Singgah anak-anak kanker.

Mari mengenal mereka lebih dekat. Pertama ada Aina, si Ning pondok pesantren Al Firdaus, Jogja. Hanya memiliki seorang ayah karena bundanya sudah tiada sejak dia berusia 6 tahun.

Kedua Tyas, anak dari salah seorang ustadzah di pesantren Al Firdaus. Tyas ini juga yang selalu dipercaya mendampingi Aina.

Ketiga Karin, anak kepala rumah sakit. Kedua orang tua dan ketiga saudaranya semua berada di jalur kesehatan, hanya dia yang sedikit melenceng.

Terakhir Indri. Sebenarnya Indri paling menyedihkan karena dia yatim piatu, tumbuh besar di rumah paman dan bibinya.

Tapi dalam keseharian malah Indri yang paling ceria. Apalagi jika sudah membahas Kak Junior, kakak tingkat sekaligus crush-nya.

"Sumpah ya, meskipun gue ini cuma cum laude, gue yakin pasti ketrima di Univ Surabaya. Pokoknya gue harus bisa kuliah S2 dan jadi adik tingkatnya Kak Junior lagi!"

Tyas si paling alim menegur, "niat kuliah kamu gak lurus, In. Gak berkah loh nanti ilmunya."

"Berkah gak berkahnya cuma dilihat dari berhasil enggaknya gue dapetin Kak Juni, Yas. Bisa berubah jadi ovipar gue nanti kalo gagal!"

Aina dan Karin sudah terbahak. Tyas cengo, dia bertanya pada Aina, "maksudnya apa, Ning?"

"Indri mau jadi ayam." jawab Aina sekenanya.

Tyas mengangguk paham, namun lantas berkata. "Indri
kayaknya gak akan sanggup ngeramin telur, Ning. Tiga minggu soalnya."

"Tiga minggu itu 21 hari, berarti ada 504 jam, sama dengan 30.240 menit, sama dengan 1.814.400 detik. Sedangkan Indri diem 300 detik atau 5 menit atau 0,0833 jam atau- "

"TYAS!" sentak Indri emosi. "Lo kalo mau ngehina gue ninggal angka bisa gak, sih? Gue suntik beta karoten jadi tomat tau rasa lo!"

"Tomat kecil, In. Ada berapa persen kandungan beta karoten di tomat? Dan harus butuh berapa persen untuk nyuntik biar aku bisa- "

"Tyas, stop!" Indri mengangkat tangan, "please, gue pusing. Curhat apa aja kalo sama lo ribet urusannya."

Tyas terkekeh, "lagian kamu. Aku kan udah pernah bilang."

Karin kepo, "bilang apa?" tanyanya yang kemudian membuat Tyas mengambil bulpoin dan secarik kertas, menuliskan rumus.

PDKT = Tertarik × ( Tampang + Uang + Kencan ... )

"Maksudnya, Yas?"

"Peluang terbesar berhasilnya PDKT ada di rasa tertarik. Faktor lain cuma pendukung. Jadi ... "

"Semua usaha akan percuma kalo dari awal target gak tertarik."

"Seratus, Ning Aina!"

"Huwaaa, temen-temen gue jahat semua! Ibarat lidah kalian itu paling belakang, pahit! Huwaaa ... " rengek Indri menghentak-hentakkan kaki di lantai.

Karin geleng-geleng kepala, dia menepuk puncak kepala Indri. "Anak manis gak boleh nangis, nanti gue beliin fungi krispi, oke?"

"Jamur krispi," kata Aina menjelaskan maksud bahasa latin Karin kepada Tyas.

"Na, gue demi menghindari perjodohan dengan dokter gila itu akan lanjut S2 di Surabaya."

"Daebak, Rin! Lo emang temen gue." seru Indri girang, sudah lupa dengan sedihnya. "Lo gimana, Na?"

Aina menghela napas, "summa cum laude kayak aku gak lanjut S2 adalah kesalahan besar. Apalagi banyak banget tawaran beasiswa yang masuk. Tapi ... "

"Ayah Rahman yang protektif!" lanjut Karin dan Indri bersamaan, mereka sudah hafal.

Tyas meringis, "kalau Gus Rahman gak kasih izin Ning Aina ke Surabaya aku juga gak bisa lanjut S2 di Surabaya."

"Tuh, Na. Nasib Sarjana Matematika summa cum laude juga ada di lo, loh." sahut Indri.

"Palingan aku lanjut S2 di sini."

"Ya gak bisa gitu dong, Na! Lo gak bosen apa jadi Putri Jogja mulu? Kita harus icip-icip ke Surabaya, lah. Intip arek-arek Surabaya di sana."

"Gini gini, pokoknya kita berempat harus selalu bareng-bareng. Kalau Aina gak dibolehin sama Om Rahman, ya kita cari cara." Karin menengahi.

Indri berdecak, "Oppa Rahman yang kiyowo itu kenapa harus seprotektif itu sama lo sih, Na? Apa karena efek duda?"

"Mungkin. Makanya kamu buruan jadi ibu sambung aku."

"Dulu pengennya sih gitu, Na. Tapi cintaku ke Oppa Rahman udah teralihkan ke Kak Juni."

Pletak!

"Aduh. Sakit, Karin!"

"Otak lo turun ke dengkul, barusan gue balikin ke tempatnya." kata Karin santai setelah berhasil menggetok kepala Indri, dia juga terkekeh puas.

"Na, Yas, kalian tenang aja. Kita pikirin cara biar bisa bareng-bareng lanjut S2 di Surabaya." ucap Karin bijak.

"Selain karena kualitas kampus, Yayasan Cinta Kita di sana juga yang paling aktif setelah Jogja ini." lanjutnya.

"Iya. Bismillah, Ning. Kita pasti dapet izin Gus Rahman." Tyas menggenggam tangan Aina.

Sementara Aina asal 'iya' saja. Dia sedang merancang cara membujuk sang ayah nanti setelah sampai rumah.

Tapi tiba-tiba dia teringat sesuatu, "Indri."

"Hm?"

"Kamu yakin mau ke Surabaya? Gimana sama Paman dan Bibi kamu?"

"Ck, mereka mah selalu terserah gue, Na. Asal gak minta uang mereka aja, pasti boleh." jawab Indri kelewat santai.

"Selain itu dengan perginya gue, mudah-mudahan hidup sepupu gue lebih bahagia karena gak terus-terusan sirik sama orang."

"Kasih applouse dulu dong, Guys ... bijak sekali Kakak Indri kita ini." seru Karin yang langsung disambut riuh tepuk tangan oleh Aina dan Tyas.

Indri tersenyum angkuh, dia memasang muka congkaknya dan berkata, "Kak Juni, S2, Surabaya ... i'm coming!"

🔬🔬🔬

Bagaimana kesan pertama kalian baca prolognya? Udah kelihatan kalau bakal seru?

Mudah-mudahan kedepannya gak cuma dapet serunya aja, ya ... semoga di sini nanti kita bisa belajar bareng².

Belajar banyak hal, terutama semoga akan terselip secuil hikmah nantinya.

Semua bilang Aamiin ... 😄 Aamiin.

Demak, Rabu 22 Maret 2023


1 Ramadhan 1444 H.

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang