☆ 38 ☆

17.2K 1.5K 67
                                    

SIAP?

*
*
*

"Bukan Aina, tapi anak pertamanya."

Mencintai seseorang akan membuat kita secara tidak sadar peduli kepada orang yang berarti bagi orang yang kita cintai itu. Benar begitu? Yuda begitu.

"Ada apa dengan anak Aina?"

Felicia menggeleng samar, "kondisi detailnya privasi pasien. Saya akan bicara pelan-pelan dengan Afkar nanti. Sementara Aina ... "

Felicia menghela napas panjang, "Aina tidak boleh memiliki beban pikiran. Dia baru saja pulih, masih harus menyusui dua bayi prematur sekaligus."

"Dokter, tolong pastikan tidak terjadi apa-apa pada anak Aina." mohon Yuda.

"Itu sudah tanggung jawab saya, Pak Yuda. Hanya saja ... ck, saya benar-benar tidak habis pikir dengan kemampuan tenaga medis yang disediakan di sana."

"Masalah ini bisa Dokter percayakan pada saya. Saya akan menyelidikinya, saya akan membawa mereka ke jalur hukum jika memang terbukti bersalah."

"Terima kasih, Pak Yuda."

"Tidak perlu sungkan. Kita sedang sama-sama berusaha mencari keadilan untuk Aina. Dia sudah sangat menderita, jangan sampai ada lagi kesedihan karena masalah kesehatan anaknya."

Yuda terduduk di kursi tunggu, mengacak rambut frustasi. "Andai saya bisa pulang lebih awal dan mencegah mereka membawa Aina ke rumah tahanan, kondisinya pasti tidak akan sekacau ini."

"Pak Yuda sudah bekerja keras, ini semua di luar kendali kita sebagai manusia biasa."

🔬🔬🔬

"Baby Al masih harus dirawat di sini lebih lama lagi."

DEG!

"Ke- kenapa sama Al, Kak?" Aina sudah gemetar.

"Sayang, tidak apa-apa. Kita dengarkan arahan Dokter Felicia saja, ya?" bisik Afkar.

"Mas udah tau?" tanya Aina, Afkar mengangguk.

"Kak, ada masalah apa sama Al? Beberapa hari ini setiap aku kasih ASI Al selalu baik-baik aja, kok. Bahkan Al lebih periang dari Arju. Ada apa sama Al, Kak? Anakku baik-baik aja, kan?!" lanjut wanita itu, memberondongi Felicia dengan berbagai pertanyaan.

"Baby Al gapapa, tapi lebih baik dirawat dulu di sini. Lo dan Baby Arju pulang dulu, oke? Gak baik kalo kalian lama-lama di rumah sakit. Gue janji akan jaga Baby Al sebaik mungkin."

🔬🔬🔬

"Sudah, kamu istirahat yang tenang di rumah. Jaga Arju baik-baik. Umma dan Ummi akan setiap hari bergantian ke rumah sakit jagain Al." Umma Nazila menenangkan kerisauan putrinya ketika membantu berkemas.

Dari balik jendela kaca, mata basah Aina memandang tak rela pada sebuah box yang di dalamnya terdapat seorang bayi bergedong biru.

Aina baru tahu, di dalam box di ruang steril khusus bayi itu, ternyata anaknya hidup dengan ditemani beberapa alat kesehatan.

Selama ini Felicia selalu mengupayakan agar kondisi Aladdin baik-baik saja saat bertemu dengannya. Nyatanya setelah kembali ke ruang perawatan, Aladdin tersiksa.

"Mau masuk dulu?" tawar Felicia, Aina mengangguk, lalu Afkar mendorong kursi roda istrinya ke ruangan tersebut.

Aina mengusap box bayi milik Aladdin. "Assalamualaikum, Sayang." Baru saja salam, isak tangisnya sudah tidak bisa disembunyikan.

Terlanjur Yours!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang